Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Rabu, 22 Desember 2010

TES OBJEKTIF DAN TES SUBJEKTIF

TES OBJEKTIF DAN TES SUBJEKTIF

Pendahuluan
Tes berasal dari kata “testum” dari bahasa Perancis yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Istilah itu kemudian diadopsi dalam psikologi dan pendidikan untuk menjelaskan sebuah alat yang digunakan untuk melihat anak-anak yang merupakan “logam mulia” di antara anak yang lain.
Menurut Webster’s Collegiate, tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 1995 : 29). Cronbach (Azwar, 1987 : 3) mendefinisikan tes sebagai “a systematic procedure for observing a person’s behavior and describing it with the aid of a numerical scale or category system”. Dengan demikian, tes merupakan prosedur sistematis. Butir-butir tes disusun menurut cara dan aturan tertentu, prosedur administrasi dan pemberian angka (scoring) harus jelas dan spesifik, dan setiap orang yang mengambil tes harus mendapat butir-butir yang sama dan dalam kondisi yang sebanding. Tes berisi sampel perilaku. Populasi butir tes yang bisa dibuat dari suatu materi tidak terhingga jumlahnya. Keseluruhan butir itu mustahil dapat seluruhnya tercakup dalam tes. Kelayakan tes lebih tergantung kepada sejauh mana butir-butir di dalam tes mewakili secara representatif kawasan (domain) perilaku yang diukur. Butir-butir tes menghendaki subjek agar menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang dipelajari subjek dengan cara menjawab butir-butir atau mengerjakan tugas yang dikehendaki oleh tes. Respon subjek atas tes merupakan perilaku yang ingin diketahui dari penyelenggaraan tes.
Di dalam kelas, tes merupakan salah satu alat evaluasi untuk menggali informasi tentang sejauhmana penguasaan anak terhadap suatu materi (mastering test). Tes diadministrasikan untuk mengetahui performansi maksimum (Cronbach dalam Azwar, 1987 : 8). Tes hasil belajar adalah suatu prosedur sistematik untuk mengetahui jumlah bahan yang dipelajari oleh seorang siswa (Grounlund, 1981 : 1). Jadi, tes berfungsi sebagai “alat timbang” untuk mengetahui “bobot” kemampuan yang dimiliki anak.
Tes dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori. Berdasarkan bentuk pertanyaannya, tes dapat berbentuk objektif dan esai (Grounlund, 1981; Grounlund dan Linn, 1985; Popham, 1981; Nurkancana dan Sumartana, 1986; Arikunto, 1995; Subino, 1987).

TES OBJEKTIF
A.    Pengertian Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia. Oleh karena sifatnya yang demikian Popham (1981 : 235) menyebutnya dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test). Butir soal telah mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes. Kemungkinan jawaban telah dipasok oleh pengkonstruksi tes dan peserta hanya memilih jawaban dari kemungkinan jawaban yang telah disediakan (Zainul dan Nasoetion, 1996). Menurut Subino (1987 : 4) perbedaan yang khas bentuk soal objektif dibanding dengan soal esai adalah tugas peserta tes (testee) dalam merespons tes. Pada tes objektif, tugas testi adalah memanipulasikan data yang telah ada dalam butir soal. Hal ini berbeda dengan soal esai dimana testi harus menciptakan dan mencari sendiri unsur-unsur yang dibutuhkan untuk menjawab soal.
Sebagaimana nama yang digunakannya, soal objektif adalah soal yang tingkat kebenarannya objektif. Oleh karenanya, tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif (Arikunto, 1995 : 165). Karena sifatnya yang objektif maka penskorannya dapat dilakukan dengan bantuan mesin. Soal ini tidak memberi peluang untuk memberikan penilaian yang bergradasi karena dia hanya mengenal benar dan salah. Apabila respons siswa sesuai dengan jawaban yang dikehendaki maka respons tersebut benar dan biasa diberi skor 1. Apabila kondisi yang terjadi sebaliknya, maka respons siswa salah dan biasa diberi skor 0. Jawaban siswa bersifat mengarah kepada satu jawaban yang benar (convergence).
Merujuk kepada berbagai pendapat tentang tes objektif dapat diambil kesimpulan bahwa tes objektif adalah tes yang semua informasi yang diperlukan peserta tes untuk memberikan respon telah disediakan oleh penyusun tes, sehingga peserta tes tinggal memilihnya. Jawaban yang berupa pilihan bersifat deterministik, sehingga hanya ada dua kemungkinan kebenaran jawaban – benar atau salah.

B.     Penggolongan dan Contoh Tes Objektif
Soal objektif sangat bervariasi bentuknya. Variasi yang bisa dibuat dari soal objektif adalah benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi dan jawaban singkat.
Menurut Tim PEKERTI-AA PPSP Lembaga Pengembangan Pendidikan (2007), Tes obyektif dapat berbentuk jawaban singkat, benarsalah, menjodohkan dan pilihan ganda dengan berbagai variasi: biasa, hubungan antar hal, kompleks, analisis kasus, grafik dan gambar tabel.
Macam Tes Objektif:
  1. Bentuk Tes Benar Salah (True-False Test)
Tes benar salah adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa pernyataan yang bernilai benar atau salah. Biasanya ada dua pilihan jawaban yaitu huruf B yang berarti pernyataan tersebut benar dan S yang berarti pernyataan tersebut salah. Tugas peserta tes adalah menentukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah.
Contoh salah satu tes bentuk uraian adalah :
B S : Ibukota Peru berjumlah lima buah.
B S : Manado adalah Ibukota propinsi Sulawesi Utara

Kelebihan Tes Benar Salah:
-          Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak memakan tempat yang banyak
-          Mudah dalam penyusunannya
-          Petunjuk mengerjakannya mudah dimengerti
-          Dapat digunakan berkali-kali
-          Objektif
-          Praktis
Kelemahan Tes Benar Salah:
-          Mudah ditebak
-          Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan kemungkinan benar atau salah
-          Reliabilitasnya rendah.
-          Hanya dapat mengungkapkan daya ingat dan pengenalan kembali


Petunjuk Penyusunan:
-          Hindari kalimat negatif, yakni kalimat yang mengandung kata “tidak” atau “bukan”.
-          Pernyataan harus disusun sedemikian rupa sehingga siswa yang memiliki pengertian samar-samar dapat terkecoh dalam menjawabnya.
-          Dalam menyusun keseluruhan tes, diharapkan item yang mengandung “salah sedikit” cukup banyak.
Cara Melakukan Penskoran Tes Benar Salah
-          Dengan Denda
Skor = Jumlah jawaban benar – Jumlah jawaban Salah
-          Tanpa Denda
Skor = Jumlah jawaban yang benar
  1. Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
Tes pilihan ganda merupakan tes yang menggunakan pengertian/ pernyataan yang belum lengkap dan untuk melengkapinya maka kita harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban benar yang telah disiapkan.
Apabila dilihat konstruksinya maka tes pilihan ganda terdiri dari dua hal pokok yaitu stem atau pokok soal dengan 4 atau 5 alternatif jawaban. Satu di antara alternatif jawaban tersebut adalah kunci jawaban. Alternatif jawaban selain kunci disebut dengan pengecoh (distractor). Semakin banyak alternatif jawaban yang ada (misalnya 5) maka probabilitas menebaknya akan semakin kecil. Ada lima ragam tes pilihan ganda yang sering digunakan yaitu:
a.      Pilihan ganda biasa (melengkapi pilihan)
Bentuk ini merupakan suatu kalimat pernyataan yang belum lengkap dan diikuti empat atau lima kemungkinan jawaban yang tepat dan melengkapi pernyataan tersebut.
b.      Hubungan antar hal (Sebab akibat)
Bentuk tes ini terdiri dari dua kalimat : satu kalimat pernyataan dan satu kalimat alasan. Ditanyakan apakah pernyataan memiliki hubungan sebab akibat atau tidak dengan alasan.
c.       Analisa Kasus
Bentuk tes analisa kasus ini menghadapkan peserta pada satu masalah.
d.      Membaca Diagram, atau tabel
Bentuk soal ini mirip dengan bentuk pilihan ganda biasa, hanya saja disertai dengan tabel.
e.       Asosiasi pilihan ganda
Bentuk soal ini sama dengan bentuk soal melengkapi pilihan, yakni suatu pernyataan yang tidak lengkap yang diikuti dengan beberapa kemungkinan, hanya perbedaan pada bentuk asosiasi pilihan ganda kemungkinan jawaban bisa lebih dari satu, sedangkan melengkapi pilihan hanya satu yang paling tepat.
Petunjuk :
Pilih A jika (1), (2) dan (3) benar
Pilih B jika (1) dan (3) benar
Pilih C jika (2) dan (4) benar
Pilih D jika hanya (4) yang benar
Pilih E jika semuanya benar
Saran Pembuatan Soal Pilihan Ganda:
-          Pernyataan dan pilihan merupakan suatu rangkaian kalimat
-          Hindari pilihan yang tidak ada kaitannya satu sama lain
-          Buat pilihan yang mirip dengan jawaban kunci
-          Letak kunci jawaban sebaiknya tidak selalu berada pada tempat (poin) yang sama
-          Hindari kaitan antara satu soal dengan soal lainnya
Cara Memberikan Skor:
-          Tanpa Denda
Skor = Banyaknya jawaban yang benar
-          Dengan Denda
  1. Menjodohkan (Matching Test)
Menjodohkan terdiri atas satu sisi pertanyaan dan satu sisi jawaban, setiap pertanyaan mempunyai jawaban pada sisi sebelahnya. Siswa ditugaskan untuk memasangkan atau mencocokkan, sehingga setiap pertanyaan mempunyai jawaban yang benar.
            Kelebihan:
-          Dipergunakan untuk menilai bermacam-macam hal, misalnya: problem dan penyelesaiannya, sebab akibat, istilah dan definisinya, dsb.
-          Relatif mudah disusun.
-          Jika disusun dengan baik, maka faktor menerka-nerka dapat dihilangkan.
-          Dapat dinilai dengan mudah, cepat dan objektif.
Kelemahan:
-          Sukar menyusun test jenis ini yang benar-benar baik.
-          Untuk menilai ingatan saja.
-          Pengarahan jawaban sering terjadi
-          Memakan banyak waktu dan tenaga untuk menyusunnya.
Saran Penulisan:
-          Banyaknya jawaban di sebelah kanan lebih dari jawaban di sebelah kiri
-          Lebihnya jawaban hendaknya menunjukkan jawaban yang salah
-          Materinya setiap sisi baiknya mengenai satu pokok bahasan saja
-          Pisahkan menjadi dua kolom, kolom pertama memuat jawaban, nomor soal dan pertanyaan. Sedangkan kolom kedua memuat kode dan pilihan jawaban.
Cara Memberikan Skor:
Penskoran pada tes menjodohkan tidak diberikan denda terhadap jawaban yang salah. Skor = Jumlah jawaban benar
  1. Tes Isian (Complementary Test)
Tes isian terdiri dari kalimat yang dihilangkan (diberi titik-titik). Bagian yang dihilangkan ini yang diisi oleh peserta tes merupakan pengertian yang diminta agar pernyataan yang dibuat menjadi pernyataan yang benar.
            Contoh:
1.      Yang merupakan nama asli dari Sultan Hamengkubuwono X adalah …..
2.      Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran ……………….. beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran ……………, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi.
Cara Memberikan Skor:
Pada tes ini sulit dilakukan tebakan, sehingga tidak diperlukan denda terhadap jawaban yang salah. Maka rumus yang digunakan adalah :
Skor = Jumlah jawaban benar

C.    Petunjuk Penyusunan Tes Objektif
-          Pokok soal harus dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas.
-          Hindari pengulangan kata yang sama pada pokok soal.
-          Hindari penggunaan kalimat yang berlebihan pada pokok soal.
-          Soal harus sesuai dengan indikator.
-          Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
-          Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.
-          Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
-          Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.
-          Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif.
-          Jumlah pilihan jawaban untuk soal SD dan SMP adalah empat pilihan
-          Jumlah pilihan jawaban untuk SMA dan sederajat yaitu lima pilihan
-          Alternatif jawaban yang dibuat harus logis, homogen, dan pengecoh menarik untuk dipilih.
-          Dalam merumuskan pokok soal, hindari adanya petunjuk ke arah jawaban yang benar.
-          Setiap butir soal hanya mempunyai satu jawaban yang benar.
-          Hindari penggunaan ungkapan negatif pada pokok soal.
-          Hindari altenatif-jawaban yang berbunyi semua jawaban benar atau semua jawaban salah.
-          Jika alternatif jawaban berbentuk angka, urutkan mulai dari yang besar atau yang kecil.
-          Hindari penggunaan istilah yang terlalu teknis pada pokok soal.
-          Upayakan agar jawaban butir soal yang satu tidak tergantung soal yang lain.
-          Pokok soal tidak menggunakan pernyataan yang bersifat negatif ganda;
-          Panjang rumusan pilihan jawaban relatif sama;
-          Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecil atau secara kronolis
-          Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang sama.

D.    Ketepatan penggunaan Tes Objektif
Soal tes objektif sangat bermanfaat untuk mengukur hasil belajar kognitif tingkat rendah. Hasil-hasil belajar kompleks seperti menciptakan dan mengorganisasikan gagasan kurang cocok diukur menggunakan soal bentuk ini.
Agar tes objektif yang akan ditulis tidak melenceng dari materi yang telah diajarkan selarna proses pernbelajaran maka tes tersebut harus ditulis berdasarkan kisi-kisi. Kisi-kisi inilah yang harus menjadi pedoman bagi penulis dalam menulis setiap butir soal. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat kisi-kisi antara lain: Pemilihan sampel materi yang akan diujikan: Pemilihan sampel materi harus diupayakan serepresentatif mungkin. Penentuan jenis tes yang akan digunakan: Penentuan jenis tes yang akan digunakan apakah akan menggunakan tes pilihan ganda, tes uraian, atau gabungan antara keduanya harus diperhitungkan terutarna terkait dengan materi, jumlah butir soal, dan waktu tes yang disediakan. Jenjang kemampuan berpikir yang akan diujikan: Jenjang kemampuan berpikir yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang kemampuan berpikir yang dilatihkan selama proses pembelajaran. Sebaran tingkat kesukaran: Penentuan sebaran tingkat kesukaran butir soal sebenarnya tergantung pada interpretasi skor yang akan digunakan. Jika akan digunakan pendekatan penilaian acuan kriteria maka sebaran tingkat kesukaran butir soal tidak perlu dipikirkan tetapi jika akan digunakan pendekatan penilaian acuan norma maka sebaran tingkat butir soal harus diperhatikan. Waktu ujian yang disediakan: Waktu ini akan membatasi jumlah butir soal yang akan ditanyakan. Jumlah butir soal: Jumlah butir soal yang akan ditanyakan tergantung pada waktu ujian yang disediakan.
      Ketentuan Pokok:
-          Kelompok yang akan dites banyak dan tesnya akan digunakan lagi berkali-kali
-          Skor yang diperoleh diperkirakan akan dapat dipercaya (mempunai reliabilitas yang tinggi).
-          Guru lebih mampu menyusun tes bentuk objektif dapri pada tes bentuk uraian.
-          Hanya mempunyai waktu sedikit untuk koreksi dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk menyusun test




















E.     Tabel spesifikasi Tes Objektif
F.     Kelebihan dan kelemahan Tes Objektif
1.      Kelebihan
-          Penilaiannya yang sangat objektif: Sebuah jawaban hanya mempunyai dua kemungkinan, benar atau salah.
-          Toleransi di antara salah dan benar tidak diberikan karena tingkat kebenarannya bersifat mutlak.
-          Soal objektif memiliki reliabilitas yang tinggi, siapapun yang menilai dan kapanpun dinilai, hasilnya akan tetap sama.
-          Butir soal yang banyak memungkinkan untuk mencakup semua daerah prestasi yang hendak diukur (representatif).
-          Lebih mudah dan cepat karena pemeriksaannya menggunakan kunci.
-          Dapat digunakan untuk menilai kelompok yang besar
-          Menghindari kemungkinan siswa berspekulasi dalam mempelajari bahan pelajaran.
-          Tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.
-          Dalam satu kali ujian dapat menanyakan banyak materi yang telah diajarkan dalam proses pembelajaran.
-          Validitas isi tes dapat dipertanggungjawabkan.
-          Jika dikonstruksi dengan baik tes objektif dapat mengukur semua jenjang proses berpikir dari yang sederhana (ingatan) sampai dengan yang kompleks (evaluasi).
2.      Kelemahan
-          Tes objektif diragukan kemampuannya untuk mengukur hasil belajar yang kompleks dan tinggi.
-          Peluang melakukan tebakan (guessing) sangat tinggi.
-          Penyusunan tes sukar dan memerlukan waktu yang cukup banyak
-          Kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk menyatakan kemampuan ilmiahnya
-          Sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi
-          Kerjasama antar siswa dalam mengerjakan soal lebih terbuka
-          Menggunakan bahan (kertas) yang lebih banyak

TES ESSAY (TES SUBJEKTIF)
A.    Pengertian Tes Uraian (esai)
Tes esai adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan atau suruhan yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang Nurkancana dan Sumartana (1986: 42). Tes dirancang untuk mengukur hasil belajar di mana unsur-unsur yang diperlukan untuk menjawab soal dicari, diciptakan dan disusun sendiri oleh pengambil tes. Peserta tes harus menyusun sendiri kata-kata dan kalimat-kalimat dalam merumuskan jawabannya. Butir soal mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes (Zainul dan Nasoetion, 1996 : 33), constructed-response tests are those that call for the examinee to produce something (Popham, 1981 : 266).
Soal uraian (essay) berbeda dengan soal objektif dalam kebenarannya yang bertingkat. Jawaban tidak dinilai mulai dari 100% benar dan 100% salah. Kebenaran bertingkat tergantung tingkat kesesuaian jawaban siswa dengan jawaban yang dikehendaki yang dituangkan dalam kunci. Jawaban mungkin mengarah kepada jawaban yang tidak tunggal (divergence). Kebenaran yang dicapai bisa 0%, 20%, 30%, 50%, 70%, atau 100% tergantung ketepatan jawabannya.
Mengenai tes esai, berdasarkan berbagai pendapat dapat disimpulkan sebagai tes yang semua unsur yang diperlukan oleh peserta tes untuk menjawabnya harus diciptakan, dicari dan disusun sendiri. Jawaban yang berupa uraian menyebabkan tingkat kebenarannya berderajad, sesuai dengan tingkat kesesuaian jawaban dengan kunci jawabannya.

B.     Penggolongan dan contoh Tes Uraian
Secara garis besar tes uraian dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1.      Tes uraian terbuka (Extended respons question)
Tes uraian terbuka tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam: menghasilkan, mengorganisasi, mengekspresikan ide; mengintegrasikan pelajaran dalam berbagai bidang; membuat desain eksperimen; mengevaluasi manfaat suatu ide; dan sebagainya.
Pada test uraian bentuk terbuka, jawaban yang dikehendaki muncul dari teste sepenuhnya diserahkan kepada teste itu sendiri. Artinya, teste mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya dalam merumuskan,mengorganisasikan dan menyajikan jawabannya dalam bentuk uraian.
Contoh :
“Allah telah melimpahkan nikmatnya kepada kita yang amat banyak, sehingga kita tak mampu untuk menghitungnya. Oleh karena itu sudah sepatuhnya kita mensyukuri nikmat tersebut kepada Allah SWT”.

Jelaskan, bagaimana caranya kita mensyukuri nikmat Allsah itu sesuai dengan ajaran Rasulullah!


2.      Tes uraian terbatas (Restricted respons question).
Tes uraian terbatas tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam: menjelaskan hubungan sebab akibat, menerapkan suatu prinsip atau teori, memberikan alasan yang relevan, merumuskan hipotesis, membuat kesimpulan yang tepat, menjelaskan suatu prosedur, dan sebagainya.
Contoh:
Coba jelaskan tentang peringat Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang diadakan di Kantor Kabupaten tanggal 17 Agustus 1998 yang lalu, ceritakan mengenai :
a) Pengaturan tempat
b) Pejabat dan undangan yang hadir
c) Acara peringatan
d) Atraksi yang disuguhkan
e) Hidangan yang diberikan

C.    Petunjuk Penyusunan Tes Uraian
-          Tentukan tujuan pembelajaran yang ingin diukur.
-          Pilih pokok bahasan dan sub-pokok bahasan yang relevan untuk mencapai tujuan tersebut.
-          Hendaknya tes meliputi ide-ide pokok bahan yang akan dites-kan
-          Soal tidak sama persis dengan contoh yang ada pada catatan
-          Pada waktu menyusun soal, hendaknya juga dibuatkan kunci jawaban
-          Pertanyaan menggunakan kata tanya yang bervariasi
-          Hendaknya rumus yang digunakan dalam menjawab soal jelas dan mudah dipahami
-          Hendaknya ditegaskan model jawaban yang dikehendaki oleh pembuat, untuk itu harus spesifik dan tidak terlalu umum
-          Tentukan proses berpikir yang ingin diukur.
-          Tentukan jenis tes yang tepat digunakan untuk mengukur tujuan pembelajaran tersebut.
-          Tentukan tingkat kesukaran butir soal yang akan dibuat.
-          Tentukan jumlah butir soal yang sesuai untuk dikerjakan siswa dalam satu waktu ujian yang telah ditentukan.
-          Tuangkan komponen-komponen tersebut dalam tabel perencanaan tes
-          Batasan pertanyaan dengan jawaban yang diharapkan harus jelas
-          Rumusan kalimat butir soal harus menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban uraian.
-          Tulislah tes uraian berdasarkan perencanaan tes (kisi-kisi) yang ada.
-          Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang kurang tepat atau tidak dapat diukur dengan tes objektif.
-          Gunakan tes uraian terbatas untuk menambah sampel yang dapat ditanyakan dalam satu waktu ujian.
-          Gunakan tes uraian untuk mengungkap pendapat, tidak hanya sekedar menyebutkan fakta. Untuk itu gunakan kata tanya seperti: jelaskan, bandingkan, hubungkan, simpulkan, analisislah, kelompokkanlah, formulasikan, dan lain sebagainya.
-          Hindarkan penggunaan kata tanya seperti sebutkan karena kata tanya seperti itu biasanya hanya meminta siswa untuk menyebutkan fakta saja.
-          Rumuskan butir soal dengan jelas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir.
-          Usahakan agar jumlah butir soal dapat dikerjakan dalam waktu yang telah ditentukan.
-          Jangan menyediakan sejumlah pertanyaan yang dapat dipilih oleh siswa.
-          Tuliskan skor maksimal yang dapat diperoleh siswa pada setiap butir soal.
-          Sebelum digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa maka tes uraian yang selesai ditulis harus ditelaah terlebih dulu.

D.    Ketepatan penggunaan Tes Uraian
Tes uraian hendaknya digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kurang tepat atau tidak dapat diukur dengan tes objektif. Jangan gunakan tes uraian hanya untuk mengukur proses berpikir rendah tetapi gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang kompleks.
Tes uraian terbuka tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam: menghasilkan, mengorganisasi, dan mengekspresikan ide; mengintegrasikan pelajaran dalam berbagai bidang; membuat desain eksperimen; mengevaluasi manfaat suatu ide; dan sebagainya. Sedangkan tes uraian terbatas tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam: menjelaskan hubungan sebab akibat, menerapkan suatu prinsip atau teori, memberikan alasan yang relevan, merumuskan hipotesis, membuat kesimpulan yang tepat, menjelaskan suatu prosedur, dan sebagainya.
Bentuk-bentuk pertanyaan atau suruhan meminta pada murid-murid untuk menjelaskan, membandingkan, menginterpretasikan dan mencari perbedaan. Semua bentuk pertanyaan tersebut mengharapkan agar murid-murid menunjukkan pengertian mereka terhadap materi yang dipelajari. Tes esai digunakan untuk mengatasi kelemahan daya ukur soal objektif yang terbatas pada hasil belajar rendah. Soal tes bentuk ini cocok untuk mengukur hasil belajar yang level kognisinya lebih dari sekedar memanggil informasi, karena hasil belajar yang diukur bersifat kompleks (Subino, 1987 : 1) dan sangat mementingkan kemampuan menghasilkan, memadukan dan menyatakan gagasan (Grounlund, 1981: 71).
      Ketentuan Pokok:
-          Bila jumlah murid dan peserta ujian terbatas maka soal tipe uraian dapat digunakan karena masih mungkin bagi guru untuk dapat memeriksa atau menskor hasil ujian tersebut secara baik.
-          Bila waktu yang dimiliki guru untuk mempersiapkan soal sangat terbatas, sedangkan ia mempunyai waktu yang cukup untuk memeriksa hasil ujian, maka tipe soal uraian dapat digunakan.
-          Bila tujuan instruksional yang ingin dicapai adalah kemampuan mengekspresikan pikiran dalam bentuk tertulis, menguji kemampuan menulis dengan baik, atau kemampuan penggunaan bahasa secara tertib, maka haruslah menggunakan tes tipe uraian.
-          Bila guru ingin memperoleh informasi yang tidak tertulis secara langsung didalam soal ujian tetapi dapat disimpulkan dari tulisan peserta tes, seperti sikap, nilai, atau pendapat. Soal tipe uraian dapat digunakan untuk mendapatkan informasi tidak langsung tersebut, tapi digunakan harus sangat hati-hati oleh guru.
-          Bila guru ingin agar peserta tes memperoleh pengalaman belajar atau ujian lebih bervariasin maka ujian dengan menggunakan tes tipe uraian salah satu bentuk pengalaman itu dapat diperoleh.



E.     Kelebihan dan kelemahan Tes Uraian
1.      Kelebihan
-          Kekuatan soal untuk mengukur hasil belajar yang kompleks dan melibatkan level kognitif yang tinggi.
-          Memberi kesempatan pada anak untuk menyusun jawaban sesuai dengan jalan pikirannya sendiri.
-          Tepat digunakan untuk melatih siswa dalam mengemukakan dan mengorganisasi gagasan atau ide, serta lebih cepat dan mudah membuatnya.
2.      Kelemahan
-          Terdapat subjektivitas dalam penilaiannya karena penilai yang berbeda atau situasi yang berbeda.
-          Tes esai menghendaki jawaban yang panjang, sehingga tidak memungkinkan ditulis butir tes dalam jumlah banyak (soal menjadi tidak representatif).
-          Penggunaan soal esai membutuhkan waktu koreksi yang lama dalam menentukan nilai.
-          Sering terjadi hallo effect, carry over effect, dan order effect.

PERBANDINGAN ANTARA TES OBJEKTIF DENGAN TES URAIAN
Keterangan
Tes Objektif
Tes Uraian
Taksonomi yang diukur
Baik untuk mengukur pengetahuan ingatan, pemahaman, aplikasi dan analisa. Kurang tepat untuk mengukur sintesa dan evaluasi
Kurang baik untuk mengukur ingatan, lebih baik untuk mengukur pemahaman, aplikasi, analisa, paling baik untuk mengukur sintesa dan evaluasi
Jumlah Sampel
Dapat mengukur bayak sampel pertanyaan sehingga benar-benar mewakili materi yang diajarkan
Hanya dapat menanyakan beberapa pertanyaan sehingga kurang mewakili materi yang diajarkan
Menyusun Pertanyaan
Menyusun pertanyaan yang baik sulit dilakukan dan memakan waktu yang panjang
Menyusun pertanyaan yang baik sulit tetapi lebih mudah dibandingkan pertanyaan objektif, waktu yang digunakan sedikit
Pengolahan
Pengolahan Objektif, sederhana dan ketepatannya (reliabilitas) tinggi.
Pengolahan sangat subjektif, sukar dan ketepatannya (reliabilitas) rendah
Faktor-faktor yang Mengganggu Hasil Pengolahan
Hasil kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuan membaca dan menerka.
Mendorong siswa untuk lebih banyak mengingat, membuat interpretasi dan menganalisa ide orang lain.
Penyelesaian tes oleh siswa dan pengolahan tes oleh  guru memerlukan waktu singkat
Hasil kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuan menulis dan mendongeng.
Mendorong siswa untuk mengorganisasikan, menghubungkan dan menyatakan ide sendiri secara tertulis.
Penyelesaian tes oleh siswadan pengolahan tes oleh guru memerlukan waktu banyak.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi (1995). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Azwar, Saifuddin (1987). Tes Prestasi. Yogyakarta : Liberty
Ditjen Dikti Depdikbud (1981). Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V. Jakarta : Ditjen Dikti Depdikbud
Grounlund, Nourman E (1981). Constructing Achievement Test. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, Inc.
Grounlund, Nourman E dan Linn, Robert L (1985). Measurement and Evaluation in Teaching. New York : McMillan Publishing Company
Nurkancana, Wayan dan Sumartana, PPN (1986). Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional
Popham, W James (1981). Modern Educational Measurement. Englewood Cliffs, NJ : Prentice Hall, Inc.
Soedijarto (1993). Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu. Jakarta : Balai Pustaka
Subino. (1987). Konstruksi dan Analisis Tes : Suatu Pengantar Kepada Teori Tes dan Pengukuran. Jakarta : Ditjen Dikti Debdikbud
Sukmadinata, Nana Syaodih (2000) Pengembangan kurikulum : Teori dan praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Zainul, Asmawi, dan Nasoetion, Noehi (1996). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta : Ditjen Dikti Depdikbud.

7 komentar:

fauzia resty mengatakan...

isinya bagus..
izin copas ya buat tugas kuliah.. :)

Dhira mengatakan...

Makasih y atas informasinya.
isinya bagus banget.

Aku copy beberapa bgian buat tugas kuliah..
:)

Rifki Luthfidyanto ICMBS mengatakan...

Subhanallah,.bagus Mas ni tulisan,.makisih jadi bikin makalah kelompok.q berhasil baik dan sepat,.semoga anda diberi pahala yang banyak,.amiin,.

Rifki Luthfidyanto ICMBS mengatakan...

makasih,.
Subhanallah bagus baget,.sangat membantu kelompok kami membuat makalah bagus dan cepat,.
semoga anda diberi karunia yang banyak oleh Allah atas jasa anda,.

Unknown mengatakan...

tpas...ijin copy sbgian..trims

Sukardi mengatakan...

thanks. sangat membantu
kunjungi blog sy juga ya :D
http://saintpaul50.blogspot.co.id/

Sukardi mengatakan...

Thanks. sangat bermanfaat
kunjungi blog sy
http://saintpaul50.blogspot.co.id/

Pengikut