PERTUMBUHAN SETEK LADA (Piper nigrum L.) YANG DISTIMULIR
DENGAN HORMON TUMBUH PADA BERBAGAI
MEDIA TANAM ORGANIK
Diajukan Untuk Tugas Mata Kuliah Fitohormon
Oleh. Kafrawi
Disusun kembali oleh
Shalha Sahpianti (A1C407009)
Dosen Pengampu
Dra. Pinta Murni, M.Si
Dra. Muswita, M.Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2010
KATA PENGANTAR
Dengan segala puji dan syukur penyusun panjatkan doa kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karuniaNya penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.Makalah yang berjudul ”Pertumbuhan Setek Lada (Piper nigrum L.) yang Distimulir dengan Hormon Tumbuh pada Berbagai Media Tanam Organik” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fitohormon.
Dalam menyelesaikan makalah ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada dosen pengampu Dra.Pinta Murni, M.Si dan Dra. Muswita, M.Si yang telah memberikan banyak masukan dan arahan terutama dalam perkuliahan. Ucapan terimakasih juga penyusun ucapkan untuk teman-teman seperjuangan biologi angkatan ’07 yang memberikan motivasi dan dorongan sampai dengan selesainya penyusunan makalah ini.
Penyusunan makalah ini mungkin sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dalam penyusunan makalah selanjutnya. Akhirnya, penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Jambi, April 2010
penulis
ABSTRAK
Kata kunci: setek, hormon tumbuh, media tanam, lada
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai zat pengatur tumbuh berbentuk pasta yang terbaik dalam menstimulir pertumbuhan akar dan tunas setek tanaman lada, juga mencari media organik yang diolah dari limbah organik sebagai media bagi pertumbuhan tanaman lada. Penelitian dilaksanakan di Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, Kab. Pangkep, Sulsel. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang disusun secara faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah media organik (M) terdiri dari tiga macam, yaitu: tanah + serbuk gergaji (m1), tanah + sekam padi (m2), dan tanah + blotong (m3). Faktor kedua adalah zat pengatur tumbuh bentuk pasta (P), terdiri dari rapid root (p1) dan growth tone (p2). Perlakuan ZPT pasta rapid root (p1) memberikan hasil yang nyata lebih tinggi dibanding dengan ZPT growth tone (p2) pada parameter tinggi tunas, diameter tunas, jumlah daun, luas daun dan volume akar. Perlakuan media organik tanah + blotong (m3) memberikan hasil yang nyata lebih tinggi dibanding dengan media organik serbuk gergaji dan sekam padi, yaitu pada parameter tinggi tunas, diameter tunas, jumlah daun, luas daun dan volume akar. Interaksi perlakuan ZPT pasta growth tone dan media organik tanah + blotong memberikan hasil yang lebih baik terhadap kecepatan bertunas setek tanaman lada.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
ABSTRAK..................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian......................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian....................................................................................... 3
1.5. Ruang Lingkup Penelitian............................................................................ 3
1.6. Hipotesis Penelitian...................................................................................... 3
BAB II. METODE PENELITIAN
2.1. Waktu dan Tempat....................................................................................... 4
2.2. Bahan dan Alat............................................................................................. 4
2.3. Rancangan Penelitian................................................................................... 4
3.4. Prosedur Penelitian...................................................................................... 4
2.5. Parameter Pengamatan................................................................................ 5
2.6. Analisis Data............................................................................................... 5
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil penelitian............................................................................................ 6
3.2. Pembahasan................................................................................................. 10
KESIMPULAN............................................................................................................. 13
DAFTAR RUJUKAN................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman lada memiliki nilai ekspor yang tinggi sehingga menjadi salah satu sumber devisa negara. Sebelum perang dunia II, lada di Indonesia mencapai 80% dari produksi lada dunia dengan rata-rata tahunan 50.000 ton. Setelah perang dunia II, banyak tanaman yang rusak dan tidak terpelihara, sehingga kedudukannya sebagai penghasil lada utama tergeser oleh India dan Malaysia (Anonim, 1980).
Usaha-usaha yang dilakukan untuk memulihkan kembali potensi lada adalah dengan intensifikasi, sehingga pada pelita IV luas areal pertanaman lada telah mencapai 90.979 ha. Kegiatan intesifikasi tanaman lada meliputi pula penyediaan bibit yang baik dimana dewasa ini petani lebih dianjurkan untuk menggunakan bibit hasil perbanyakan secara vegetatif, diantaranya dengan menggunakan bahan setek. Perbanyakan tanaman dengan cara setek menguntungkan sebab tanaman yang dihasilkan memiliki sifat-sifat yang sama dengan induknya dan kemampuan berproduksi merata.
Bila saat membuat setek dan cangkok diberikan sesuatu hormon, pertumbuhan akar akan dipacu dalam waktu yang relatif singkat. Zat-zat penggerak atau pemacu ini dikenal sebagai fitohormon (auksin, gibberelin, sitokinin, etilen dan asam absisik) yang mengawali reaksi-reaksi biokimia dan mengubah komposisi di dalam tanaman.
Cara pemberian zat pengatur tumbuh pada setek dapat ditempuh dengan berbagai
cara diantaranya dengan mengoleskan atau merendam setek pada cairan zat pengatur tumbuh dengan lama perendaman bervariasi menurut jenis tanaman(Koesriningroem dan Setyati, 1973). Di pasaran, telah ditemukan beberapa produk zat pengatur tumbuh (ZPT) bentuk pasta yang belum diketahui efektivitasnyaterhadap pertumbuhan tanaman, khususnya bibit tanaman lada.
Menstimulir pertumbuhan akar dan tunas sangat ditentukan oleh kerja zat pengatur tumbuh yang bekerja di dalam setek, namun demikian faktor pertumbuhan yang lain pun masih tetap harus diperhatikan, di antaranya adalah penyediaan media tumbuh yang efektif menyediakan zat hara bagi pertumbuhan setek, seperti yang telah didapatkan oleh Sastjati (1991) pada bibit tanaman anggrek. Menurut Koesriningroem dan Setyati (1973), jika keadaan lingkungan diabaikan, pemakaian zat tumbuh tetap tidak akan membantu keluarnya akar pada setek. Faktor lingkunganyang terpenting dalam pertumbuhan bibit adalah media tumbuh yang memberi hara, kelembaban dan tempat tumbuhnya akar.
Akibat sulit dan mahalnya mendapatkan tanah ataupun pasir untuk media tumbuh,
maka di beberapa dekade ini, penggunaan limbah organik banyak dimanfaatkan sebagai media tumbuh tanaman. Limbah organik tersebut disamping cukup melimpah, harganya pun cukup murah sekaligus dapat mengatasi problem kebersihan di perkotaan. Informasi mengenai pengaruh jenis ZPT bentuk pasta terhadap pertumbuhan tanaman dan penggunaan limbah organik yang efektif untuk pertumbuhan tanaman masih sangat terbatas. Padahal, masalah ini sangat penting dalam meminimalkan biaya usahatani. Olehnya perlu dilakukan suatu penelitian mendalam terhadap usaha merangsang pertumbuhan setek tanaman lada dengan input-input produksi tersebut. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai zat pengatur tumbuh bentuk pasta yang terbaik dalam menstimulir pertumbuhan akar dan tunas setek tanaman lada juga mencari media organik yang diolah dari limbah organik yang tersedia cukup melimpah untuk dijadikan media bagi pertumbuhan tanaman lada.
1.2. Rumusan Masalah
- Apakah terdapat pengaruh hormon tumbuh dan media tanam organik terhadap pertumbuhan setek lada?
- Hormon tumbuh dan media tanam organik apa yang memberikan hasil optimal terhadap pertumbuhan setek lada?
- Interaksi hormon tumbuh dan media tanam organik apa yang memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan setek lada?
1.3. Tujuan Penelitian
- Untuk mengetahui pengaruh hormon tumbuh dan media tanam organik terhadap pertumbuhan setek lada.
- Untuk mengetahui hormon tumbuh dan media tanam organik apa yang terbaik digunakan untuk pertumbuhan setek lada.
- Untuk mengetahui interaksi hormon dan media tanam organik apa yang terbaik digunakan untuk pertumbuhan setek lada.
1.4. Manfaat Penelitian
- Memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat tentang bagaimana cara pemanfaatan limbah organik sebagai media tanam dan penggunaan hormon tumbuh untuk meningkatkan produktivitas setek lada
- Memberikan masukan bagi dunia pendidikan untuk materi praktikum fisiologi tumbuhan mengenai hormon dan nutrisi tumbuhan
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
- Jenis lada yang digunakan adalah Piper ningrum L.
- Hormon tumbuh yang digunakan adalah ZPT berbentuk pasta yakni rapid root (p1) dan growth tone (p2).
- Media tanam Organik yang di gunakan adalah tanah + serbuk gergaji (m1), tanah + sekam padi (m2), dan tanah + blotong (m3).
1.6. Hipotesis Penelitian
- Terdapat pengaruh homon tumbuh dan media tanam organik terhadap petumbuhan setek lada.
- Terdapat hormon tumbuh dan media tanam organik yang terbaik digunakan pada pertumbuhan setek lada.
- Terdapat interaksi antara hormon tumbuh dan media tanam organik yang terbaik digunakan untuk pertumbuhan setek lada.
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, Segeri Mandalle pada bulan September sampai November 2006.
2.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Setek lada, hormon tumbuh yakni rapid root dan growth tone,tanah, sekam pedi, Sebuk gergaji, blotong, insektisida (Furadan) dan fungisida (Dithane M-45). Sedangkan alatnya adalah polibag, cangkul, pisau, sendok, penggaris dan alat tulis
2.3. Rancangan Penelitian
Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang disusun secara faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah media organik (M) terdiri dari tiga macam, yaitu: tanah + serbuk gergaji (m1), tanah + sekam padi (m2), dan tanah + blotong (m3). Faktor kedua adalah zat pengatur tumbuh bentuk pasta (P), terdiri dari rapid root (p1), dan growth tone (p2). Berdasarkan jumlah perlakuan masing-masing faktor tersebut diperoleh 6 kombinasi perlakuan. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali dan setiap ulangan terdiri dari 2 unit, sehingga terdapat 36 unit pengamatan.
3.4. Prosedur Penelitian
Polibag diisi dengan media tanam berupa campuran tanah dan media organik dengan perbandingan 1:1. Setek lada kemudian ditanam setelah terlebih dahulu dioles bagian pangkalnya dengan zat pengatur tumbuh (masing-masing sesuai perlakuan). Pemeliharaan yang dilakukan berupa penyiraman, penyiangan gulma, dan pemberantasan hama. Furadan diberikan di sekitar media untuk mencegah gangguan semut terhadap setek, dan sevin diberikan selama masa pertumbuhan untuk mencegah serangan hama yang lain.
2.5. Parameter Pengamatan
Paramater yang dihitung dan diamati,yaitu:
- Kecepatan bertunas (hari) yang dihitung sejak mata tunas pecah
- Tinggitunas (cm)
- Diameter tunas (cm)
- Jumlah daun (helai)
- Luas daun (cm2), luas daun dihitung dari keseluruhan jumlah daun pada setiap tunas
- Volume akar (ml) yang dihitung diakhir percobaan.
2.6. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan analisis varians yang dilanjutkan dengan analisis uji lanjutan Duncan Multiple Range Test (DMRT), jika perlakuan memberikan pengaruh yang nyata.
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Penelitian
Kecepatan Bertunas
Sidik ragam kecepatan tunas menunjukkan bahwa perlakuan ZPT bentuk pasta dan interaksi perlakuan berpengaruh nyata, sedangkan perlakuan media organik berpengaruh sangat nyata terhadap kecepatan bertunas.
Tabel 1. Rata-rata kecepatan bertunas (hst) setek tanaman lada
Perlakuan | Rata-rata | NP DMRT 0.05 |
p1m2 p2m2 p2m1 p1m1 p1m3 p2m3 | 11.33 a 9.67 b 8.33 c 8.00 c 7.67 c 7.33 c | 1.03 1.08 1.10 1.12 |
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf 0.05
Hasil uji DMRT pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan ZPT pasta rapid root dengan media organik tanah + sekam padi (p1m2) paling lambat pertumbuhan tunasnya dan berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan yang lain, sedangkan kecepatan bertunas paling cepat diperoleh dari kombinasi perlakuan ZPT pasta growth tone dan media organik tanah + blotong (p2m3) dan berbeda tidak nyata dengan kombinasi perlakuan p1m3, p1m1, dan p2m1, tetapi berbeda tidak nyata dengan kombinasi perlakuan p2m2 dan p1m2.
Tinggi Tunas
Hasil analisis sidik ragam tinggi tunas menunjukkan bahwa perlakuan media organik dan interaksi perlakuan berpengaruh tidak nyata sedangkan perlakuan ZPT pasta berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tunas.
Tabel 2. Rata-rata tinggi tunas (cm) setek tanaman lada pada umur 3 bst
Perlakuan | Rata-rata | NP DMRT 0.05 |
ZPT Pasta: Rapid Root Growth Tone Media Organik: Tanah+Serbuk Gergaji (m1) Tanah+Sekam Padi (m2) Tanah+Blotong (m3) | 19.32 a 17.37 b 18.67 a 17.40 a 18.96 a | 1.85 |
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama pada perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT taraf 0.01
Hasil uji DMRT pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan ZPT pasta rapid root mempunyai tunas paling tinggi, yaitu 19.32 yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan ZPT pasta growth tone (17.37). Perlakuan media organik tanah + blotong cenderung mempunyai tunas tertinggi (18.96), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan media organik lainnya, yaitu tanah + serbuk gergaji (18.67) dan tanah + sekam padi (17.40).
Diameter Tunas
Analisis sidik ragam diameter tunas menunjukkan bahwa interaksi perlakuan berpengaruh tidak nyata, perlakuan ZPT Pasta berpengaruh nyata, sedangkan perlakuan media organik berpengaruh sangat nyata terhadap diameter tunas.
Tabel 3. Rata-rata diamater tunas (cm) setek tanaman lada pada umur 3 bst
Perlakuan | Rata-rata | NP DMRT 0.05 |
ZPT Pasta: Rapid Root Growth Tone Media Organik: Tanah+Serbuk Gergaji (m1) Tanah+Sekam Padi (m2) Tanah+Blotong (m3) | 0.52 a 0.46 b 0.47 b 0.43 b 0.58 a | 0,05: 0,04 0,01: 0,078 0,082 |
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama pada faktor perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT.
Hasil uji DMRT pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan ZPT pasta rapid root mempunyai diameter tunas paling besar, yaitu 0.56 yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan ZPT pasta growth tone (0.46). Perlakuan media organik tanah + blotong mempunyai diameter tunas terbesar (0.58) dan berbeda nyata dengan perlakuan media organik lainnya, yaitu tanah + serbuk gergaji (0.47) dan tanah + sekam padi (0.43) dimana kedua perlakuan ini berbeda tidak nyata.
Jumlah Daun
Hasil analisis sidik ragam jumlah daun menunjukkan bahwa interaksi perlakuan berpengaruh tidak nyata, perlakuan ZPT Pasta berpengaruh nyata, sedangkan perlakuan media organik berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun.
Tabel 4. Rata-rata jumlah daun (helai) setek tanaman lada pada umur 3 bst
Perlakuan | Rata-rata | NP DMRT 0.05 |
ZPT Pasta: Rapid Root Growth Tone Media Organik: Tanah+Serbuk Gergaji (m1) Tanah+Sekam Padi (m2) Tanah+Blotong (m3) | 1.89 a 1.72 b 1.75 b 1.58 b 2.08 a | 0,05: 0,14 0,01: 0,25 0,26 |
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama pada faktor perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT
Hasil uji DMRT pada Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan ZPT pasta rapid root mempunyai jumlah daun terbanyak, yaitu 1.89 yang berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan ZPT pasta growth tone (1.72). Perlakuan media organik tanah + blotong mempunyai jumlah daun terbanyak (2.08) dan berbeda nyata dengan perlakuan media organik lainnya, yaitu tanah + serbuk gergaji (1.75) dan tanah + sekam padi (1.58) dimana kedua perlakuan ini berbeda tidak nyata.
Luas Daun
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan ZPT Pasta dan interaksi perlakuan berpengaruh tidak nyata, sedangkan perlakuan media organik berpengaruh sangat nyata terhadap luas daun.
Tabel 5. Rata-rata luas daun (helai) setek tanaman lada pada umur 3 bst
Perlakuan | Rata-rata | NP DMRT 0.05 |
ZPT Pasta: Rapid Root Growth Tone Media Organik: Tanah+Serbuk Gergaji (m1) Tanah+Sekam Padi (m2) Tanah+Blotong (m3) | 52.71 a 50.12 a 49.74 b 48.68 b 55.84 a | 5,05 5,33 |
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama pada faktor perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT
Hasil uji lanjut DMRT pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan ZPT pasta rapid root cenderung memiliki luas daun terbesar yaitu 52.71 namun berbeda tidaknyata bila dibandingkan dengan perlakuan ZPT pasta growth tone (50.12). Perlakuan media organik tanah + blotong mempunyai luas daun terbesar (55.84) dan berbeda nyata dengan perlakuan media organik lainnya, yaitu tanah + serbuk gergaji (49.74) dan tanah + sekam padi (48.68) dimana kedua perlakuan ini berbeda tidak nyata.
Volume Akar
Analisis sidik ragam volume akar menunjukkan bahwa perlakuan ZPT pasta dan interaksi perlakuan berpengaruh tidak nyata, sedangkan perlakuan media organik berpengaruh nyata terhadap volume akar.
Tabel 5. Rata-rata volume akar (ml) setek tanaman lada pada umur 3 bst
Perlakuan | Rata-rata | NP DMRT 0.05 |
ZPT Pasta: Rapid Root Growth Tone Media Organik: Tanah+Serbuk Gergaji (m1) Tanah+Sekam Padi (m2) Tanah+Blotong (m3) | 4.92 a 4.18 a 4.57 ab 3.64 b 5.43 a | 1.12 1.18 |
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama pada faktor perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf nyata 0.05
Hasil uji DMRT pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan ZPT pasta rapid root memiliki volume akar terbesar, yaitu 4.92 namun berbeda tidak nyata bila dibandingkan dengan perlakuan ZPT pasta growth tone (4.18). Perlakuan media organik tanah + blotong mempunyai volume akar terbesar (5.43) dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan media organik lainnya, yaitu tanah + serbuk gergaji (4.57) tetapi berbeda nyata dengan perlakuan media organik tanah + sekam padi (3.64), sedangkan antara perlakuan media organik tanah + serbuk gergaji dengan perlakuan tanah + sekam padi berbeda tidak nyata.
3.2. Pembahasan
Pembentukan akar merupakan masalah pokok dari perbanyakan vegetatif, terutama untuk cara setek. Jika masalah ini sudah terpecahkan, maka cara perbanyakan dengan setek akan merupakan cara perbanyakan yang paling baik, praktis, dan ekonomis.
Interaksi antara ZPT pasta dengan media organik berpengaruh nyata terhadap kecepatan bertunas. Hasil percobaan menunjukkan bahwa waktu bertunas tercepat diperoleh pada interaksi ZPT pasta growth tone dengan media organik blotong. Hal ini disebabkan media blotong mampu menciptakan kondisi media yang bersifat porous sehingga daya pegang airnya tinggi yang berguna mempertahankan kelembaban media di sekitar perakaran setek. Menurut Hendroko dkk. (1993), blotong mampu membenahi kemampatan tanah, kandungan lengas tanah jenuh dan kapasitas lapang. Kondisi yang diciptakan oleh media blotong sangat membantu pergerakan bakal akar menempati ruang pori sekaligus menyediakan air lebih banyak untuk pertumbuhan setek. Apalagi media blotong dikombinasikan dengan ZPT growth tone di mana kandungan auksinnya diekstraksi langsung dari dedaunan, sehingga diduga lebih aman diberikan ke setek karena lebih alamiah.
Berbeda dengan rapid root yang mengandung bahan kimia indole-3 butirat acid (IBA) dimana pemberian konsentrasinya harus dicocokkan betul dengan kebutuhan tanaman karena menurut Salisbury and Cleon (1995), pemberian auksin dengan konsentrasi yang tinggi dapat merangsang terbentuknya etilen yang pada akhirnya malah dapat menghambat pertumbuhan akar. Namun, pada parameter lainnya terlihat bahwa efek rapid root jauh lebih baik dalam pertumbuhan setek lada pasca pertunasan, yaitu terhadap tinggi tunas, diameter tunas, jumlah daun, luas daun, dan volume akar. Walaupun pada parameter- parameter tersebut tidak terlihat adanya pengaruh interaksi, namun kecenderungan pertumbuhan yang diperlihatkan oleh setek yang diberikan rapid root jelas membuktikan bahwa penekanan kandungan bahan aktifnya, yaitu IBA hanya sampai pada fase pertunasan setelah itu maka rapid root membuktikan jauh lebih efektif dalam menstimulir pertumbuhan akar. Menurut Salisbury and Cleon (1995) IBA bersifat aktif, sekalipun cepat dimetabolismekan menjadi IBAaspartat dan sekurangnya menjadi satu konjugat dengan peptide lainnya. Diduga, terbentuknya konjugat tersebut dapat menyimpan IBA, yang kemudian secara bertahap dilepaskan, hal itu menjadikan konsentrasi IBA bertahan pada tingkat yang tepat, khususnya pada tahap pembentukan akar selanjutnya.
Perlakuan media organik memperlihatkan bahwa pertumbuhan setek lada yang terbaik didapatkan dari perlakuan media organik tanah + blotong. Hal ini disebabkan blotong mampu menciptakan ruang pori yang baik pada media, sehingga mendukung pertumbuhan akar, dalam hal ini penerobosan akar ke dalam media tidak mendapatkan halangan. Kedudukan ruang pori sangat penting karena pertumbuhan tanaman dan proses fisik maupun kimia yang terjadi dalam tanah terdapat pada dan lewat ruang pori. Demikian pula tempat air disimpan, pergerakan air dan pergerakan zat hara (Islami dan Utomo, 1995). Media blotong memantapkan struktur tanah lebih baik dibandingkan media serbuk gergaji dan sekam padi dimana blotong mampu menahan/memegang air lebih besar sehingga kelembaban media dapat dipertahankan disamping itu sifat blotong yang mudah lapuk mampu menyediakan unsur hara dibanding media serbuk gergaji dan sekam padi yang diperlukan untuk pertumbuhan setek.
Menurut Hendroko dkk. (1993), blotong mempunyai kandungan senyawa-senyawa yang mudah lapuk, dari proses pelapukan dihasilkan CO2, H2O, dan mineral (Agoes,1994). Nutrisi mineral dan ketersediaan air mempengaruhi pertumbuhan ruas, terutama oleh perluasan sel. Nitrogen dan air, diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman seperti akar, batang, dan daun (Gardner et al., 1991; Sarief, 1989). Selanjutnya dijelaskan, bahwa apabila unsur nitrogen yang tersedia lebih banyak serta dibantu oleh unsur kalium maka akan dihasilkan protein yang lebih banyak pula, dan daun dapat tumbuh lebih lebar.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian ini adalah:
1. Perlakuan ZPT berbentuk pasta berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tunas, diameter tunas, dan jumlah daun, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun dan volume akar. Perlakuan media organik berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali pada parameter tinggi tunas. Sementara itu, interaksiperlakuan hanya terlihat pada kecepatan bertunas.
2. Perlakuan ZPT Pasta rapid root (p1) memberikan hasil yang nyata lebih tinggi dibanding dengan ZPT growth tone (p2) pada parameter tinggi tunas, diameter tunas, jumlah daun, luas daun dan volume akar. Perlakuan media organik tanah + blotong (m3) memberikan hasil yang nyata lebih tinggi dibanding dengan media organik serbuk gergaji dan sekam padi, yaitu pada parameter tinggi tunas, diameter tunas, jumlah daun, luas daun dan volume akar.
3. Interaksi perlakuan ZPT pasta growth tone dan media organik tanah + blotong memberikan hasil yang lebih baik terhadap kecepatan bertunas setek tanaman lada.
DAFTAR RUJUKAN
Anonim, 1980. Bercocok Tanam Lada. Yayasan Kanisius, Yogyakarta.
Agoes, D., 1994. Aneka Jenis Media Tanam dan Penggunaannya. Penebar Swadaya, Jakarta
Deward, P.W.F and A.C. Zeven, 1969. Out Lines of Perennial Crop Breeding in The Tropics. (Eds:F.D. Fermerda and I Wit. H. Vennman and Zonen) N.V. Wageningen Miscellaneous PaperLandbouwgesschool Wageningen , Netherlands .
Koesriningroem dan S. Setyati, 1973. Pembiakan Vegetatif. Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.
Hendroko, R., Adinurani, dan Syekhfani,1993. Majalah Gula Indonesia Vol.XVIII/2, Juni 1993.
Sarief, S., 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.
Salisbury, F.B. dan W.R Cleon., 1995. Fisiologi Tumbuhan. Penerbit ITB, Bandung.
Sastjati, 1991. Pengaruh media tumbuh terhadap pertumbuhan bibit anggrek Dendrobium Youphadeewan. Jurnal Hortikultura 1 No 3: 35 – 39.
Islami, T. dan W.H. Utomo, 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press, Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar