Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Rabu, 22 Desember 2010

PENGATURAN SUHU TUBUH MANUSIA DAN KATAK

STATUS FAALI MANUSIA DAN
PENGATURAN SUHU TUBUH MANUSIA DAN KATAK





















Nama                      : Ari Febrianto
NPM                       : 200110080100
Kelompok               : 10
Kelas                       : C
Tanggal percobaan : 6 MEI 2009














FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2009

STATUS FAALI MANUSIA DAN
PENGATURAN SUHU TUBUH MANUSIA DAN KATAK

1.   Pendahuluan
1.1.                     Tujuan Praktikum
         Mengetahui status faali pada manusia dan konsep homoiterm dan poilikoterm.
1.2.             Teori Dasar
           Perubahan lingkungan di luar tubuh selalu mempengaruhi lingkungan di dalam tubuh, sehingga bila suhu udara meningkat, suhu tubuh juga sedikit meningkat. Kondisi ini akan mendapat respon dari organ-organ yang mengatur suhu tubuh. Sebagai hewan homoiterm, ternak akan berusaha mengembalikan suhu tubuh ke keadaan smula atau ke keadaan normal, melalui suatu proses yang disebut homeostasis.
           Tubuh manusia terdiri dari masyarakat sel yang saling berinteraksi. Sel adalah satuan dasar bagi struktur dan fungsi tubuh manusia. Setiap sel melakukan fungsi-fungsi dasar yang penting bagi kelangsungan hidupnya sendiri, misalnya memperoleh O2 dan zat-zat gizi, yang digunakan sel untuk memperoleh energi; bereaksi terhadap perubahan di lingkungan sekitar; mengontrol perpindahan bermacam-macam bahan di dalam sel dan antara sel dengan lingkungannya; dan bereproduksi.
           Pada organisme multisel, setiap sel melakukan, selain fungsi-fungsi fundamental di atas, suatu aktivitas khusus yang biasanya merupakan elaborasi dari fungsi-fungsi dasar sel di atas. Sel-sel tubuh sangat terorganisasi dalam kelompok-kelompok fungsional, yakni sel-sel yang memiliki struktur dan aktivitas khusus serupa terorganisasi menjadi jaringan.          Terdapat empat jenis dasar jaringan: (1) jaringan otot, yang khusus berkontraksi dan menghasilkan gaya; (2) jaringan saraf, yang mengkhususkan diri untuk inisiasi dan transmisi impuls listrik; (3) jaringan epitel, yang melapisi dan membungkus berbagai permukaan dan rongga tubuh dan juga membentuk kelenjar sekretorik; dan (4) jaringan ikat, yang menghubungkan, menyokong, dan melekatkan berbagai bagian tubuh.           Jaringan-jaringan lebih lanjut tersusun membentuk organ-organ, yaitu struktur yang terdiri dari beberapa jaringan primer yang berfungsi bersama melakukan suatu fungsi-fungsi tertentu. Organ-organ membentuk sistem, yaitu kumpulan organ yang melakukan fungsi-fungsi terkait dan saling berinteraksi untuk menyelesaikan suatu aktivitas bersama yang penting bagi kelangsungan hidup tubuh keseluruhan.
Sistem organ kemudian membentuk tubuh keseluruhan.
           Homeostasis mengacu kepada pemeliharaan suatu keadaan stabil dinamis di dalam lingkungan cairan internal yang membasuh semua sel tubuh. Karena sel-sel tubuh tidak berkontak langsung dengan lingkungan luar, kelangsungan hidup sel bergantung pada pemeliharaan lingkungan cairan internal yang stabil yang berhubungan langsung dengan sel. Sebagai contoh, di lingkungan internal O2 dan zat-zat gizi harus terus menerus diganti sesuai kecepatan penggunaannya oleh sel. Faktor-faktor lingkungan internal yang harus dipertahankan secara homeostasis adalah (1) konsentrasi molekul-molekul nutrien, (2) konsentrasi O2 dan CO2, (3) konsentrasi zat-zat sisa, (4) pH, (5) konsentrasi air, garam dan elektrolit lain, (6) suhu, serta (7) volume dan tekanan.
           Fungsi-fungsi yang dilaksanakan oleh masing-masing dari ketujuh tubuh diarahkan untuk mempertahankan homeostasis. Fungsi sistem tubuh akhirnya bergantung pada aktivitas-aktivitas khusus sel-sel yang menyusun setiap sistem. Dengan demikian, homeostasis penting bagi kelangsungan hidup setiap sel, dan setiap sel memberikan kontribusinya untuk mempertahankan homeostasis.
           Sistem kontrol yang mengatur aktivitas berbagai sistem tubuh untuk mempertahankan homeostasis dapat diklasifikasikan sebagai (1) kontrol intrinsik, yaitu respons kompensatorik inheren suatu organ terhadap perubahan, dan (2) kontrol ekstrinsik, yaitu respons suatu organ yang dicetuskan oleh faktor-faktor di luar organ tersebut, seperti sisem saraf dan endokrin. Baik kontrol intrinsik maupun ekstrinsik umumnya beroperasi berdasarkan prinsip umpan balik negatif, yaitu suatu perubahan pada sebuah variabel yang diatur mencetuskan respons yang mendorong variabel itu berlawanan arah dengan perubahan awal, sehingga terjadi perlawanan terhadap perubahan.
           Keadaan patofisiologi terjadi jika satu atau lebih sistem tubuh gagah berfungsi secara benar, sehingga lingkungan internal yang optimal tidak lagi dapat dipertahankan. Gangguan homeostasis serius dapat menyebabkan kematian.
           Berdasarkan kemampuannya dalam mempertahankan suhu tubuh, hewan dibagi menjadi dua kelompok yaitu hewan berdarah panas atau homoioterm dan hewan berdarah dingin atau poikiloterm. Ternak merupakan hewan homoioterm dan mempertahankan suhu tubuhnya melalui proses homeostatis, sedangkan ikan dan katak suhu tubuhnya selalu sesuai dengan lingkungannya. Diantara kedua kelompok hewan diatas terdpat hewan yang melakukan hibernasi, artinya pada periode waktu tertentu. Dalam satu tahun hewan tersebut berdarah panas, namun pada saat lain berdarah dingin. Mamalia dan burung merupakan hewan homoioterm, namun pada saat baru lahir atau baru menetas, kemampuan mempertahankan suhu tubuh itu rendah. Oleh karena itu pada unggas, selama kurang lebih 30 hari harus diberi bantuan pemanasan suhu disekitarnya.
Alat dan Bahan
o   Objek percobaan : manusia dan katak
o   Stetoskop  
o   Termometer
o   Alat pencatat waktu (stop watch)

2.     Prosedur Kerja
2.1.   Status Faali Manusia
Langkah I
1.      Membiarkan objek tidur terlentang dengan tenang selama 5 menit.
2.      Mengukur suhu tubuh dalam keadaan tenang dengan memasukkan termometer ke dalam mulut selama 5 menit
3.      Mengukur frekuensi pernafasan dengan mengamati gerakan perut pada waktu inspirasi dan ekspirasi selama 1 menit.
4.      Menghitung frekuensi denyut jantung denganmenempelkan stetoskop di daerah coastal 4-5 dada sebelah kiri selama 4-5 menit.
5.      Menghitung nadi pada arteri yang terletak di pergelangan tangan objek dengan menggunakan jari tangan selama 1 menit.
6.      Mencatat hasil pengukuran.

Langkah II
1.      Menyuruh objek bekerja fisik : lari-lari selama 10 menit, kemudian tidur terlentang, langsung di ukur suhu tubuh dengan termometer di mulut selama 5 menit.
2.      Bersama dengnan pengukuran suhu tubuh dilakukan pengukuran frekuensi pernafas, denyut jantung, dan nadi selama 1 menit. Penghitungan diulangi pada menit ke-3 dan ke-5.
3.      Mencatat hasilnya.

2.2.   Pengaturan Suhu Tubuh Manusia dan Katak
a.       Manusia
1.      Mengukur suhu tubuh normal objek manusia, letakkan di dalam mulut selama 5 menit.
2.      Memasukkan air es ke dalam mulut objek manusia, dan berkumur selama 1 menit. Memasukkan termometer, mencatat hasilnya.

b.      Katak
1.      Menyiapkan seekor katak segar, memasukkan kedalam gelas beaker agar terbebas dari pengaruh suhu praktikan, mengukur suhu tubuh katak tersebut, dengan memasukkan termometer ke dalam oesophagus selama 5 menit, kemudian catat hasilnya.
2.      Merendam katak di dalam air es selama 5 menit, termometer tetap dalam oesophagusnya, menacatat suhunya!
3.      Mengistirahatkan katak selama 5 menit, lau merendamnya dalam air hangat selama 5 menit.
4.      Mencatat hasil.

3.     Hasil Pengamatan
( pada lampiran)
1.      Status faali manusia
o   Tahap Awal
      Denyut jantung : 73 kali
      Denyut nadi      : 81 kali
      Respirasi            : 21 kali
      Temperatur        : 36,1 ºC
o   Tahap Aktivitas
Waktu (menit)
Denyut jantung
Denyut nadi
Respirasi
Temperatur
(ºC)
1
110 kali
115 kali
34 kali
36,3
3
101 kali
101 kali
28 kali
36,2
5
91 kali
95 kali
24 kali
36,2


2.      Thermoregulasi
Objek
Suhu tubuh (ºC)
Normal
Rangsang air hangat
Rangsang air dingin
Manusia
37
37
37,1
Katak
26
30
27

Objek manusia
Nama              : Wahyu R.
Umur               : 19 Tahun
Jenis kelamin   : Laki-laki
Tinggi badan   : 173 cm
Berat badan    : 75 Kg
5.     Pembahasan
       Pada status faali manusia, setelah melakukan kegiatan yanitu berupa lari-lari kecil segala halnya meningkat mulai dari denyut jantung, denyut nadi, respirasi, dan temperatur. Hal ini disebabkan tubuh mengalami serangkaian aktivitas fisik dan kimiawi, yang menyebabkan tubuh akan menjaga kestabilandalam dirinya. Maka jantung bekerja lebih keras untuk menyalurkan asupan nurtrisi ke saluruh tubuh guna pembentukan energi. Karena jantung bekerja lebih cepat maka pembuluh blaik juga akan mengalirkan darah kotor ke jantung dengan lebih cepat pula, untuk keseimbanagn tubuh, yang akan menyebabkannaiknya denyut nadi. Begitu pula dengan respirasi udara dalam pau-paru, karena tubuh memerlukan energi yang banyak, maka diperlukan oksigen yang banyak pula, dan menghasilkan karbon yang banyak, sehingga kerja paru-paru meningkat dari keadaan normal. Dengan meningkatnya keseluruhan kerja organ-organ tubuh maka akan menghasilkan panas tubuh yang berlebih yang nantinya kan dikeluarkan oleh tubuh, melalui keringat dan uap udara lewat mulut dan hidung, sehingga temperatur tubuh pun naik.
       Pada thermoregulasi atau pengaturan suhu tubuh pada manusia dan katak. Terdapat perbedaan pengaturan suhu tubuh antara kedua objek ini. Pada manusia,suhu tubuh normal dan suhu tubuh ketika diberikan rangsangan berupa air hangat dan air dingin hambir tidak berubah. Sedang pada katak, antara suhu tubuh normal dan suhu tubuh setelah diberi rangsangan ada perubahan suhu tubuh, pada saat diberi air dingin maka suhu tubuh katak akan menurun, dan pada saat diberi air hangat suhu tubuh katak akan naik.

Kesimpulan
l  Denyut jantung, denyut nadi, dan respirasi saling berkaitan satu sama lain.
l  Suhu tubuh manusia akan meningkat setelah melakukan pekerjaan.
l  Suhu tubuh akan kembali normal pada jangka waktu tertentu.
l  Manusia merupakan organisma homoioterm
l  Katak merupakan organisma polikioterm.

DAFTAR PUSTAKA

http://bubblehousebandryfarm.blogspot.com/2009/01/pengaruh-lingkungan-terhadap-keadaan.html
St. Mainah, Henni. Ir, DAA ; Lovita ariani, Dr. Ir. M.S. ; dkk . 2009 . Penuntun Praktikum Fisiologi Ternak . Jatinangor

1 komentar:

Unknown mengatakan...

blog'y bgus..ajarin donk :)
sngat mmbantu..

Pengikut