BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang
Aktivitas kehidupan yang sangat tinggi yang dilakukan oleh manusia ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan tatanan lingkungan hidupnya. Aktivitas yang pada prinsipnya merupakan usaha manusia untuk dapat hidup dengan layak dan berketurunan dengan baik, telah merangsang manusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang menyalahi kaidah-kaidah yang ada dalam tatanan lingkungan hidupnya, akibatnya terjadi pergeseran keseimbangan dalam tatanan lingkungan hidupnya, dari bentuk asal kebentuk baru yang cenderung lebih buruk (Palar, 2004:11).
Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan sangat penting bagi kehidupan manusia, tetapi air dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan oleh manusia dengan tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat tercemar (Anonim,2007).
Erat kaitannya dengan masalah indikator pencemaran air, ternyata komponen pencemaran air turut menentukan bagaimana indikator tersebut terjadi. Menurut Wardhana (1995), komponen pencemaran air yang berasal dari industri, rumah tangga (pemukiman) dan pertanian dapat dikelompokkan sebagai bahan buangan:
1. Padat
2. Organik dan olahan bahan makanan
3. Anorganik
4. Cairan berminyak
5. Berupa panas
6. Zat kimia
Jika diamati secara fisik air yang tercemar berdasarkan tingkat kejernihan air (kekeruhan, perubahan warna, bau, dan rasa. Secara kimiawi pencemaran air berdasarkan zat kimia yang terlarut. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri patogen.
Dalam pengamatan sungai Batanghari ini kami mengamati dari jembatan batanghari 1 Kelurahan penyengat Rendah Kota Jambi sampai jembatan batanghari 2 Sijenjang Dalam Kota Jambi. Berikut ini letak geografis secara umum sungai batanghari Secara geografis sungai batanghari terletak antara 0o 43’ sampai 3o 46 LS dan 100o 45’ sampai 104o25’ BT dengan luas total sekitar 4,9 juta ha. Sekitar 80% dari luasan DAS tersebut termasuk dalam kawasan propinsi Jambi, sedangkan sisanya sekitar 20% masuk kawasan Sumatera Barat. Das batanghari yang termasuk dalam wilayah propinsi jambiterdiri dari 6 sub-DAS yaitu batang hilir(746.236 ha), batang sangir(380.605ha), batang tebo(473.231ha), batang tabir(303.821ha), batang merangin-tembesi(1.335.734ha), dan batanghari hulu(289776ha).
Melihat fakta yang terjadi di lingkungan sungai Batanghari, masyarakat memanfaatkan sungai Batanghari dengan berbagai aktivitas harian seperti MCK (mandi, cuci, kakus) dengan membuat jamban, transportasi, mancing dan bahkan tidak sedikit yang memanfaatkan sungai tersebut untuk minum serta tidak kalah menarik disungai Batanghari juga dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai lahan pencarian emas, hal ini ditandai dengan adanya PETI (Penambangan Emas Tanpa Izin). Mereka beroperasi dengan menggunakan kapal kayu bermuatan mesin dan menggunakan merkuri (Hg) untuk mempercepat pemisahan antara emas dengan partikel lain. Belum lagi adanya pengambilan pasir disungai ini yang akhirnya menyebabkan abrasi.
Mengingat beberapa fungsi dan manfaat penting Sungai Batanghari bagi masyarakat Sungai Bengkal Barat Kecamatan Tebo Ilii kabupaten Tebo, perlu diterapkan atau digalakkan upaya konservasi yang meliputi prinsip save it (lindungi), studi it (pelajari), dan use it (manfaatkan). Semua itu tentu memerlukan koordinasi antara stakeholders dan masyarakat di sekitar kawasan maupun para pencinta lingkungan, terutama kalangan akademis. Untuk itu, perlu diusahakan agar pemanfaatan sungai Batanghari berjalan sesuai dengan tujuan pengelolaan Sungai yang lestari, yaitu dengan menerapkan teknologi yang tepat serta pengelolaan terpadu dan berkelanjutan (Anonim, 2010).
Pentingnya Sungai batanghari serta laju kerusakan yang semakin meningkat, masyarakat perlu memahami benar arti pentingnya sungai batanghari bagi kehidupan. Dengan demikian, diharapkan akan timbul kesadaran dan kerjasama yang baik antara masyarakat dan pemerintah dalam upaya perlindungan dan pemanfaatan sungai batanghari secara berkelanjutan. Pengetahuan dan Persepsi masyarakat yang baik tentunya akan menimbulkan sikap yang baik pula terhadap sungai batanghari..
1.2 Waktu dnya dapat menyebabkan aan Tempat
- Waktu : Minggu, 18 juli 2010
- Tempat : Sungai Batanghari
1.3 Tujuan
Mahasiswa dapat mengidentifikasi berbagai macam pencemaran yang terdapat di sekitar sungai batanghari. Seperti pembuangan limbah rumah tangga, limbah industri, limbah transportasi, limbah hasil pertambangan dan abrasi sungai. serta menganalisis hubungan antara makhluk hidup yang terdapat di sekitar sungai dengan kondisi lingkungannya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satu pun makhluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan mengandung air. Sel hidup, baik tumbuh-tumbuhan ataupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air, seperti di dalam sel tumbuh-tumbuhan terkandung lebih dari 75% atau di dalam sel hewan terkandung lebih dari 67% (Suriawiria,1985).
Perairan alami memang merupakan habitat atau tempat yang sangat parah dikenai oleh pencemaran. Sehingga kalau sejak di SLTA dulu kita mengenal rumus kimia air adalah H2O, ternyata itu adalah rumus kimia air yang hanya berlaku untuk air-air bersih seperti aquades, akuademin, dan sebagainya. Sedang untuk air alami yang berada di dalam sungai, kolam, danau laut dan sumber-sumber lainnya, rumus tersebut menjadi:
H2O + X
Di mana X berbentuk:
- Faktor yang bersifat hidup (biotik).
- Faktor yang bersifat tidak hidup (abiotik) (Suriawiria,1985).
Kehidupan di air dijumpai tidak hanya pada badan air tetapi juga pada dasar air yang padat. Di dasar air, jumlah kehidupan sangat terbatas, karena ketersediaan nutrien juga terbatas. Oleh karena itu hewan yang hidup di air dalam, hanyalah hewan-hewan yang mampu hidup dengan jumlah dan jenis nutrien juga terbatas, sekaligus bersifat bartoleran (Isnaeni, 2002).
Berdasarkan PP no 82 tahun 2001 pasal 8 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, klasifikasi dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi 4 kelas yaitu (Anonim, 2009):
Kelas 1 : yaitu air yang dapat digunakan untuk bahan baku air minum atau peruntukan lainnya mempersyaratkan mutu air yang sama
Kelas 2 : air yang dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, budidaya ikan air tawar, peternakan, dan pertanian
Kelas 3 : air yang dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar, peternakan dan pertanian
Kelas 4 : air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman/pertanian
Hewan yang hidup di dasar perairan adalah makrozoobentos. Makrozoobentos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam ekosistem perairan sehubungan dengan peranannya sebagai organisme kunci dalam jaring makanan. Selain itu tingkat keanekaragaman yang terdapat di lingkungan perairan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran. Dengan adanya kelompok bentos yang hidup menetap (sesile) dan daya adaptasi bervariasi terhadap kondisi lingkungan, membuat hewan bentos seringkali digunakan sebagai petunjuk bagi penilaian kualitas air. Jika ditemukan limpet air tawar, kijing, kerang, cacing pipih siput memiliki operkulum dan siput tidak beroperkulum yang hidup di perairan tersebut maka dapat digolongkan kedalam perairan yang berkualitas sedang (Pratiwi dkk, 2004).
Kelompok Kehidupan di dalam Air
1. Bakteria.
2. Fungi atau jamur.
3. Mikroalgae atau ganggang mikro.
4. Protozoa atau hewan bersel tunggal.
5. Virus.
6. Serta sekumpulan hewan ataupun tanaman air lainnya yang tidak termasuk kelompok mikroba (Suriawiria,1985).
Masalah yang paling pelik yang harus dihadapi dalam masalah mengolah air adalah karena semakin meningkat dan tingginya pencemaran yang memasuki badan air. Pencemaran tersebut berasal dari (Suriawiria,1985):
- Sumber domestik, yang terdiri dari rumah tangga.
- Sumber non-domestik, yang terdiri dari kegiaan pabrik, industry, pertanian dan sebagainya.
Limbah pemukiman mengandung limbah domestik berupa sampah organik dan sampah anorganik serta deterjen. Sampah organik adalah sampah yang dapat diuraikan atau dibusukkan oleh bakteri. Contohnya sisa-sisa sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah ini tidak dapat diuraikan oleh bakteri (non biodegrable). Sampah organik yang dibuang ke sungai menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen terlarut, karena sebagian besar digunakan bakteri untuk proses pembusukannya. Apabila sampah anorganik yang dibuang ke sungai, cahaya matahari dapat terhalang dan menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga, yang menghasilkan oksigen. Tentunya anda pernah melihat permukaan air sungai atau danau yang ditutupi buih deterjen. Deterjen merupakan limbah pemukiman yang paling potensial mencemari air. Pada saat ini hampir setiap rumah tangga menggunakan deterjen, padahal limbah deterjen sangat sukar diuraikan oleh bakteri (Anonim, 2009).
Mikroorganisme beserta kegiatannya dalam banyak hal amatlah penting. Mereka dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan kehidupan hewan; mereka menempati posisi kunci di dalam rantai makanan dengan cara menyediakan makanan bagi kehidupan akuatik berikutnya yang bertaraf lebih tinggi. Mereka membantu berlangsungnya rantai reaksi biokimia yang mengatur daur ulang unsur-unsur, seperti yang terjadi di dalam tanah (Pelczar,1988).
Plankton (fitoplankton dan zooplankton). Kumpulan organisme hidup yang sebagian besar terdiri dari mikroorganisme, yang terapung dan hanyut pada permukaan ekosistem akuatik, dinamakan plankton. Populasi plankton terdiri dari algae (fitoplankton), protozoa, hewan kecil (zooplankton), dan mikroorganisme lain. Mikroorganisme fototrofik dianggap sebagai plankton yang paling penting karena merupakan produsen primer bahan organik ; artinya, pelaku fotosintesis. Sebagian besar organism planktonik dapat bergerak, atau mengandung tetesan minyak, atau memiliki struktut khusus yang memungkinkan mereka mengapung ; kesemua cirri ini membantu organism tersebut mempertahankan lokasinya di zona fotosintetik yang berada di lapisan air bagian atas (Pelczar,1988).
Menurut Suriawiria (1985), kehadiran mikroba di dalam air, mungkin akan mendatangkan keuntungan tetapi juga mungkin mendatangkan kerugian.
1. Mendatangkan keuntungan
a. Banyak plankton, baik yang terdiri dari plankton-tumbuh-tumbuhan (fitoplankton) ataupun plankton-hewan (zooplankton), merupakan makanan utama ikan-ikan kecil. Sehingga kehadirannya meupakan tanda kesuburan kolam ikan misalnya, untuk perikanan. Ini misalnya untuk jenis-jenis microalgae: Chlorella, Scenedesmus, Hydrodiction, Pinnularia, Sinedra, dan sebagainya.
b. Banyak jenis bakteri atau fungi di dalam badan air berlaku sebagai jasad decomposer. Artinya jasad tersebut mempunyai kemampuan untuk mengurai atau merombak senyawa yang berada (masuk) ke dalam badan air. Sehingga kehadirannya telah dimanfaatkan di dalam rangka pengolahan buangan di dalam air secara biologis.
c. Pada umumnya microalgae mempunyai klorofil, sehingga dapat melakukan proses fotosintesis dengan menghasilkan oksigen. Di dalam air, kegiatan fotosintesis tersubut akan menambah jumlah (kadar) oksigen di dalamnya, sehingga nilai kelarutan oksigen (umumnya disebut DO atau dissolved oxygen) akan naik atau bertambah.
d. Kehadiran hasil uraian senyawa hasil rombakan bakteri atau fungi, ternyata digunakan atau dimanfaatkan oleh jasad-jasad lain, antara lain oleh microalgae, oleh bakteri atau fungi sendiri. Sehingga dalam masalah ini jasad-jasad pengguna tersebut dinamakan consumer atau jasad pemakai. Tanpa adanya jasad pemakai, kemungkinan besar penimbunan (akumulasi) hasil uraian tersebut dapat mengakibatkan keracunan terhdap jasad lain, khususnya ikan.
Menurut Arisandi (2001) penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesa dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman dan kekeruhan, terutama bila disebabkan oleh lumpur dan partikel yang dapat mengendap seringkali penting sebagai fakor pembatas. Karena padatan terlarut yang tinggi akan menimbulkan kekeruhan yang dapat mengakibatkan sebagai berikut:
1. Menurunnya Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen/DO) dalam badan air, yang selanjutnya mengganggu suplai oksigen bagi organisme air termasuk bentos.
2. Menurunkan penetrasi cahaya matahari yang masuk ke dalam badan air, sehingga mengganggu proses fotosintesis tumbuhan air seperti Hidrilla, ganggang air, dan alga sedimentasi dasar sungai, sehingga akan menutupi dasar sungai yang merupakan habitat bagi bentos (kerang, remis, kijing, siput dan lain-lain) lambat laun kondisi ini akan berdampak pada punahnnya berbagai jenis bentos.
Untuk mengatasi ketidak praktisan pengukuran kualitas air secara kimia dan fisika dapat digunakan biota air sebagai penentu kualitas air. Cara biologis - dalam bentuk indeks - sebagai penentu kualitas air telah dikembangkan dan banyak digunakan di berbagai negara maju. Dari sekitar 100 sistem indeks, 60% diantaranya adalah indeks biotik, 30% indeks keragaman, dan 10% indeks saprobik (De Pauw dkk., 1992 dalam Trihadiningrum & Tjondronegoro, 1998).
Limbah domestik kerapkali mengandung sabun dan deterjen. Keduanya merupakan sumber potensial bagi bahan pencemar organik. Sabun adalah senyawa garan dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat, C17H35COO-Na+. Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan dari kekuatan pengemulsian dan kemampuan menurunkan tegangan permukaan dari air. Konsep ini dapat dipahami dengan mengingat kedua sifat dari ion sabun. Suatu gambaran dari stearat terdiri dari ion karboksil sebagai “kepala” dengan hidrokarbon yang panjang sebagai “ekor“.Dengan adanya minyak, lemak dan bahan organik tidak larut dalam air lainnya, kecenderungan untuk ‘ekor” dari anion melarut dalam bahan organik, sedangkan bagian “kepala” tetap tinggal dalam larutan air.Oleh karena itu sabun mengemulsi atau mengsuspensi bahan organik dalam air. Dalam proses ini, anion-anion membentuk partikel-partikel micelle seperti gambar berikut.
Gambar 3 Bentuk partikel-partikel koloid Micelle dari sabun
Keuntungan yang utama dari sabun sebagai bahan pencuci terjadi dari reaksi dengan kation-kation divalen membentuk garam-garam dari asam lemak yang tidak larut.
2 C17H35COO-Na+ + Ca2+ –> Ca(C17H35CO2)2(s) + 2 Na+
Padatan-padatan tidak larut ini, biasanya garam-garam dari mahnesium atau kalsium. Keduanya tidak seluruhnya efektif seperti bahanbahan pencuci. Bila sabun digunakan dengan cukup, semua kation divalen dapat dihilangkan oleh reaksinya dengan sabun, dan air yang mengandung sabun berlebih dapat mempunyai kemampuan pencucian dengan kualitas yang baik. Begitu sabun masuk ke dalam buangan air atau suatu sistem akuatik biasanya langsung terendap sebagai garam-garam kalsium dan magnesium, oleh karena itu beberapa pengaruh dari sabun dalam larutan mungkin dapat dihilangkan. Akhirnya dengan biodegridasi, sabun secara sempurna dapat dihilangkan dari lingkungan. Oleh kerena itu i terlepas dari pembentukan buih yang tidak enak dipandang, sabun tidak menyebabkan pencemaran yang penting.
Deterjen sintentik mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan tidak membentuk garam-garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dari magnesium yang biasa terdapat dalam air sadah. Deterjen sintetik mempunyai keuntungan tambahan karena secara relatif bersifat asam kuat, oleh karena itu tidak menghasilkan endapan sebagai asam-asam yang mengendap suatu karakteristik yang tidak nampak pada sabun.
Unsur kunci dari deterjen adalah bahan surfaktan atau bahan aktif permukaan yang bereaksi dalam menjadikan air menjadi basah (wetter) dan sebagai bahan pencuci yang lebih baik. Surfaktan terkonsentrasi pada batas permukaan antara air dengan gas (udara), padatan-padatan (debu) dan cairan-cairan yang tidak dapat bercampur (minyak). Hal ini terjadi karena struktur “Amphiphilic” yang berarti bagian yang satu dari molekul adalah suatu yang bersifat polar atau gugus ionik (sebagai kepala) dengan afinitas yang kuat untuk air dan bagian lainnya suatu hidrokarbon (sebagai ekor) yang tidak suka air.
Senyawa ini suatu surfaktan alkil sulfat, suatu jenis yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan seperti shampo, kosmetik, pembersih, dan loundry. Sampai tahun 1960-an sufaktan yang paling umum digunakan adalah alkil benzen sulfonat. ABS suatu produk derivat alkil benzen. ABS sangat tidak menguntungkan karena ternyata sangat lambat terurai oleh bakteri pengurai disebabkan oleh adanya rantai bercabang pada strukturnya. Oleh kerena itu ABS kemudian digantikan oleh surfaktan yang dapat dibiodegradasi yang dikenal dengan Linier Alkil Sulfonat (LAS). Sejak LAS menggantikan ABS dalam deterjen masalah-masalah yang timbul seperti penutupan permukaan air oleh gumpalan busa dapat dihilangkan dan toksinitasnya terhadap ikan di air telah banyak dikurangi.
Sampah dan buangan-buangan kotoran dari rumah tangga, pertanian dan pabrik/industri dapat mengurangi kadar oksigen dalam air yang dibutuhkan oleh kehidupan dalam air. Di bawah pengaruh bakteri anaerob senyawa organik akan terurai dan menghasilkan gas-gas NH3 dan H2S dengan bau busuknya. Penguraian senyawa-senyawa organik juga akan menghasilkan gas-gas beracun dan bakteri-bakteri patogen yang akan mengganggu kesehatan air.
Detergen tidak dapat diuraikan oleh organisme lain kecuali oleh ganggang hijau dan yang tidak sempat diuraikan ini akan menimbulkan pencemaran air. Senyawa-senyawa organik seperti pestisida (DDT, dikhloro difenol trikhlor metana), juga merupakan bahan pencemar air. Sisa-sisa penggunaan pestisida yang berlebihan akan terbawa aliran air pertanian dan akan masuk ke dalam rantai makanan dan masuk dalam jaringan tubuh makhluk yang memakan makanan itu.Bahan pencemar air yang paling berbahaya adalah air raksa. Senyawasenyawa air raksa dapat berasal dari pabrik kertas, lampu merkuri. Karena pengaruh bakteri anaerob garam anorganik Hg dengan adanya senyawa hidrokarbon akan bereaksi membentuk senyawa dimetil mekuri (CH3)2Hg yang larut dalam air tanah dan masuk dalam rantai makanan yang akhirnya dimakan manusia. Energi panas juga dapat menjadi bahan pencemar air, misalnya penggunaan air sebagai pendingin dalam proses di suatu industri atau yang digunakan pada reaktor atom, menyebabkan air menjadi panas. Air yang menjadi panas, selain mengurangi kelarutan oksigen dalam air juga dapat berpengaruh langsung kehidupan dalam air.( Anonim.2010 : 01).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hewan yang ditemukan*) :
Keterangan : *) dapat dilihat pada lampiran. | B. Tumbuhan yang ditemukan*) : Ø Tumbuhan yang terdapat di dalam kolam : 1. Lumut air 2. Ganggang 3. Teratai kecil Ø Tumbuhan yang terdapat di sekitar kolam : 1. Pulai 2. Waru 3. Kelapa 4. Pinang 5. Alang-alang 6. Paku-pakuan 7. Talok 8. Senduduk Keterangan : *) dapat dilihat pada lampiran. |
C. Detritus yang ditemukan*) : 1. Sampah organik - Daun-daunan (pulai, paku-pakuan, kelapa, pinang) - Buah (kelapa dan pinang) - Kayu | 2. Sampah anorganik - Plastik - Botol minuman - Kaleng - Sandal Karet |
B. Pembahasan Data Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui telah terjadi pencemaran pada kolam Universitas Jambi. Pencemaran ini dapat dilihat melalui berbagai indikator antara lain (yang mudah diamati): kejernihan air, ada tidaknya bahan pencemar, bau air dan homogenitas makhluk hidup. Banyak lagi indikator pencemaran yang lain (sulit diamati/dengan alat khusus) seperti oksigen terlarut (DO), kadar karbondioksida, kadar logam berat, keadaan mikroorganisme, dan sebagainya. Dalam kenyataannya, memang tidak ada perairan yang bersifat alami.
Perairan alami memang merupakan habitat atau tempat yang sangat parah jika dikenai oleh pencemaran. Sehingga kalau sejak di SLTA dulu kita mengenal rumus kimia air adalah H2O, ternyata itu adalah rumus kimia air yang hanya berlaku untuk air-air bersih seperti aquades, akuademin, dan sebagainya. Sedang untuk air alami yang berada di dalam sungai, kolam, danau laut dan sumber-sumber lainnya, rumus tersebut menjadi:
H2O + X
Di mana X berbentuk:
- Faktor yang bersifat hidup (biotik).
- Faktor yang bersifat tidak hidup (abiotik) (Suriawiria,1985).
Air pada kolam menunjukan warna yang agak gelap dan berbau. Hal ini sangat berbeda dengan lebih kurang sekitar 3 tahun yang lalu. Keadaan air kolam UNJA tersebut tidak demikian. Lebih dari itu, banyak sekali aktivitas yang dapat dilakukan oleh warga dalam memanfaatkan kolam tersebut. Diantaranya adalah untuk mandi, mencuci, dan bahkan dahulunya juga digunakan untuk acara Games.
Berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 pasal 8 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, klasifikasi dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi 4 kelas yaitu (Anonim, 2009):
Kelas 1 : yaitu air yang dapat digunakan untuk bahan baku air minum atau peruntukan lainnya mempersyaratkan mutu air yang sama
Kelas 2 : air yang dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, budidaya ikan air tawar, peternakan, dan pertanian
Kelas 3 : air yang dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar, peternakan dan pertanian
Kelas 4 : air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman/pertanian
Pada kolam ini, bahan pencemar terutama berasal dari sampah dan limbah buangan masyarakat serta pencemar lainnya. Sampah dan limbah ini disebut dengan sampah/limbah domestik. Sampah dan limbah yang terdapat dikolam ini berupa organik dan anorganik (lihat lampiran).
Sampah adalah semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Menurut Soewedo dalam Anonim (2010) menyatakan bahwa sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan yang biologis. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan tempat perdagangan dikenal dengan limbah municipal yang tidak berbahaya (non hazardous).
Di sekitar kolam maupun di dalam kolam di temui sampah organik dan anorganik. Sampah organik yang ditemukan di kolam yaitu: daun-daunan yang sudah mati (daun pulai, daun paku-pakuan, daun kelapa, dan daun pinang), papan dan buah dari tumbuhan yang tumbuh sekitar kolam seperti buah kelapa dan pinang. Selain sampah organik ditemukan juga sampah anorganik seperti jenis plastik (botol minuman dan plastik kemasan dari makanan ringan), kaleng, gabus dan jenis karet seperti sandal. Diduga pencemaran sampah ini berasal dari masyarakat sekitar dan mahasiswa Universitas Jambi. Sampah organik dan anorganik ini terlihat sangat mencemari kolam.
Limbah pemukiman mengandung limbah domestik berupa sampah organik dan sampah anorganik serta deterjen. Sampah organik adalah sampah yang dapat diuraikan atau dibusukkan oleh bakteri. Contohnya sisa-sisa sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik seperti kertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Sampah-sampah ini tidak dapat diuraikan oleh bakteri (non-biodegrable). Sampah organik yang dibuang ke sungai menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen terlarut, karena sebagian besar digunakan bakteri untuk proses pembusukannya. Apabila sampah anorganik yang dibuang ke sungai, cahaya matahari dapat terhalang dan menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga, yang menghasilkan oksigen (Anonim, 2009).
Dari hasil pengamatan terhadap hewan di kolam UNJA, kelompok Insecta yang ditemukan terdiri atas 5 spesies (capung, kupu-kupu, tawon, semut, dan nyamuk); Pisces 2 spesies (ikan nila dan anakan ikan gabus); Amphibi 1 spesies (katak hijau) dan Mollusca 1 spesies (keong) (lihat lampiran). Sedangkan hewan lain yang mungkin ada pada kolam tersebut adalah Protozoa.
Dari data tersebut dapat kita lihat rendahnya keanekaragaman makhluk hidup yang terdapat di dalam dan di sekitar kolam. Dapat kita lihat dari kelas hewan yang ditemukan, yaitu hanya berjumlah 5 kelas (4 kelas vertebrata dan 1 kelas invertebrata). Dari tiap kelas pun hanya sedikit sekali keragaman jenis makhluk hidupnya. Misalnya : pada kelas pisces hanya ditemukan 2 spesies ikan dan pada kelas amphibia hanya ditemukan 1 spesies. Kondisi mengindikasikan bahwa semakin tercemar suatu kawasan (dalam kaitan ini: perairan), maka akan semakin homogen makhluk hidupnya. Dibawah ini dijelaskan bagaimana seharusnya keanekaragaman hewan di perairan air tawar.
Kelompok Kehidupan di dalam Air :
7. Bakteria.
8. Fungi atau jamur.
9. Mikroalgae atau ganggang mikro.
10. Protozoa atau hewan bersel tunggal.
11. Virus.
12. Serta sekumpulan hewan ataupun tanaman air lainnya yang tidak termasuk kelompok mikroba (Suriawiria,1985).
Yang perlu diperhatikan disini adalah keberadaan keong air yang sangat banyak. Hal ini karena mereka menyukai sampah organik yang dibuang oleh masyarakat ke kolam tersebut. Peristiwa ini sering disebut dengan istilah Blooming, yaitu berkembang dengan pesatnya pertumbuhan suatu makhluk hidup sehingga biasanya akan mengganggu makhluk hidup lainnya.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan tentang tumbuhan yang didapatkan di sekitar kolam unja ditemukan jenis tumbuhan yang terdapat didalam kolam unja dan tumbuhan di sekitar kolam unja. Tumbuhan yang terdapat didalam unja yaitu lumut air, teratai kecil dan ganggang. Tumbuhan ini menyebar merata dan hampir menutupi seluruh permukaan kolam ini. Peristiwa ini disebut dengan Blooming (Eutrofikasi). Hal ini akan mengambat masuknya cahaya matahari menuju dasar kolam sehingga makhluk hidup autotrof lainnya yang berada di dalam kolam atau di dasar kolam tidak dapat melakukan fotosintesis dan akhirnya akan mati. Dengan demikian apabila makhluk hidup autotrofnya tidak dapat melakukan fotosintesis maka tidak dapat menghasilkan makanan untuk organisme selanjutnya, sehingga dapat mengganggu rantai makanan yang terdapat dalam ekosistem kolam tersebut. Peristiwa ini sebenarnya disebabkan masuknya bahan pencemar kedalam ekosistem kolam Unja sehinggan terjadinya blooming seperti yang dijelaskan diatas.
Dari data yang didapatkan didalam kolam UNJA, jenis-jenis tumbuhannya bersifat homogen karena terjadi ledakan pertumbuhan beberapa jenis tumbuhan yang hampir menutupi seluruh permukaan kolam. Sedangkan untuk jenis-jenis tumbuhan disekitar kolam tidak mendapat pengaruh secara langsung dari pencemaran kolam tersebut. Tumbuhan disekitar kolam tetap bersifat bersifat heterogen.
Efek Negatif Sampah :
Dampak Sampah Organik
Penyebab utama bekurangnya kadar oksigen dalam air ialah limbah organik yang terbuang dalam air. Limbah organik akan mengalami degradasi dan dekomposisi oleh bakteri aerob (menggunakan oksigen dalam air), sehingga lama-kelamaan oksigen yang terlarut dalam air akan sangat berkurang. Dalam kondisi berkurangnya oksigen tersebut hanya spesies orgnisme tertentu saja yang dapat hidup. (Darmono, 2008).
Dampak Sampah Anorganik
Konsumsi berlebih terhadap plastik mengakibatkan jumlah sampah plastik yang besar. Karena bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki sifat sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Sampah kantong plastik dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan udara. Menurut Alamendah (2009) Kantong plastik terbuat dari penyulingan gas dan minyak yang disebut ethylene. Minyak, gas dan batu bara mentah adalah sumber daya alam yang tak dapat diperbarui. Semakin banyak penggunaan palstik berarti semakin cepat menghabiskan sumber daya alam tersebut.
Agar pengelolaan sampah berlangsung dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan, maka setiap kegiatan pengelolaan sampah harus mengikuti filosofi pengelolaan sampah. Filosofi pengelolaan sampah adalah bahwa semakin sedikit dan semakin dekat sampah dikelola dari sumbernya, maka pengelolaannya akan menjadi lebih mudah dan baik, serta lingkungan yang terkena dampak juga semakin sedikit.
Dengan pengelolaan sampah yang baik, sisa sampah akhir yang benar-benar tidak dapat dimanfaatkan lagi akan menjadi kecil. Kegiatan ini tentu saja akan melestarikan lingkungan, mengurangi luasan kebutuhan tempat untuk lokasi TPS, serta memperkecil permasalahan sampah yang saat ini dihadapi oleh banyak pemerintah daerah.
1 komentar:
judul lagunya apa ? :D
Posting Komentar