E-Mail dan E-Book :
Solusi Cerdas Menghemat Kertas
Berapa banyakkah kertas yang telah kita gunakan selama ini?
Sekilas, pertanyaan ini kita anggap hanya membuang-buang waktu saja untuk menjawabnya. Namun, siapa sangka kalau ternyata selama itu juga kita telah ikut andil dalam perusakkan hutan di negara kita tercinta ini. Padahal, kita terus berkoak-koak tentang "Save Our Forest". Kita pun terus saja mengeluh tentang ilegal logging dan atau pembalakkan liar. Dengan kata lain, ‘kita mengutuk deforestasi’. Namun, sadarkah kita kalau selama ini hutan itu sendiri mengeluh pada kita?
Hutan dan Kertas, apa hubungannya?
Kertas, siapa yang tidak mengenalnya. Dari mulai TK atau SD, kita sudah dikenalkan dengan kertas. Berlanjut pada jenjang yang lebih tinggi, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi, kebutuhan kertas merupakan suatu kebutuhan primer yang tidak dapat tergantikan (asumsi umum). Di Perguruan Tinggi, penggunaan kertas ini lebih marak lagi. Mulai dari Artikel, Paper, Jurnal, Laporan, Makalah, Skripsi, Thesis, dsb membutuhkan kertas yang tidak sedikit.
Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lihat seperti penggunaan untuk menulis (catatan, nota, surat, kwitansi, bon, dsb), barang sekali pakai (tissue, kotak makanan, label produk, undangan, dsb), bahan bacaan (buku, majalah, koran, dsb), dan banyak lagi penggunaan lainnya.
Lalu, hubungannya dengan hutan? Sekarang kita ambil satu contoh saja, yaitu penggunaan kertas oleh mahasiswa Universitas Jambi, Program Studi Pendidikan Biologi, semester V tahun 2009/2010.
Dalam satu minggu, seorang mahasiswa melakukan 4 praktikum untuk 4 mata kuliah. Hal ini berarti ada 4 buah laporan tiap minggunya. Satu laporan praktikum rata-rata menghabiskan kertas sebanyak 10 lembar. Berarti untuk 4 buah laporan menghabiskan kertas sebanyak 40 lembar/orang dalam satu minggu. Jumlah mahasiswa angkatan itu keseluruhan adalah 39 orang. Dengan demikian, setiap minggu ada sebanyak 40x39=1.560 lembar kertas yang digunakan untuk menulis/mengetik laporan oleh seluruh mahasiswa. Dalam sebulan penggunaan kertas adalah sebanyak 4x1.560=6.240 lembar. Dan dalam setahun dapat pula dihitung yaitu sebanyak 12x6.240=74.880 lembar kertas. Kalau dijadikan dalam satuan rim, maka akan didapat sebanyak 74.880/500=149,76 rim kertas.
Menurut Prof. Dr. Sudjarwadi (UGM), 1 rim kertas setara dengan 1 pohon berumur 5 tahun. Dengan demikian, ada sebanyak 149,76 atau 150 pohon yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan laporan praktikum mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Jambi. Jumlah yang sangat besar, bukan? Itu hanya untuk kebutuhan laporan saja, belum kebutuhan lainnya, seperti makalah, jurnal, artikel, skripsi, dsb. Kemudian, perhitungan ini juga hanya untuk satu angkatan, tidak termasuk angkatan diatas atau dibawahnya. Dan yang paling menyedihkan adalah ini baru untuk satu universitas. Bagaimana dengan universitas lainnya?
Sungguh miris sekali. Padahal terjadi dalam dunia pendidikan dan akademik yang seharusnya menjadi penyelamat bagi kelestarian hutan itu sendiri.
Bahan baku kertas ternyata dari hutan alam (?)
Kita menganggap bahwa tidak apa-apa menggunakan kertas, toh itu juga berasal dari Hutan Produksi atau dikenal dengan Hutan Tanaman Industri (HTI). Sebuah perspektif umum yang salah dan terjadi turun-temurun. Inilah fakta yang sebenarnya : daur ulang tumbuh acacia yang cukup lama, yakni 6 tahun, menyebabkan industri pulp membutuhkan lebih banyak hutan untuk beroperasi. Berdasarkan data dari Departemen Kehutanan pada tahun 1997, total kapasitas produksi industri perkayuan di Indonesia setara dengan 68 juta m3 kayu bulat. Kapasitas tersebut 3 kali lipat lebih besar dibandingkan kemampuan hutan produksi Indonesia untuk menghasilkan kayu secara lestari. Akibatnya, bahan baku industri kertas banyak berasal dari hutan alam, dan diperparah dengan tidak dilakukannya penanaman hutan kembali. Ini menunjukkan kertas erat kaitannya dengan hutan.
Bahkan menurut World Wide Fund (WWF), penggunaan 1 rim kertas telah mengorbankan dua meter persegi hutan alam. Saat ini hutan-hutan di Indonesia mengalami kerusakan yang cukup parah. Jika dahulu Indonesia termasuk dalam 3 negara dengan hutan terluas di dunia, bahkan diyakini 84% daratan Indonesia adalah hutan, maka saat ini Indonesia telah menjadi negara dengan laju perusakan hutan yang cukup tinggi. Menurut data Food and Agriculture Organizations (FAO), setiap harinya hutan di Indonesia berkurang seluas 500 kali luas lapangan sepak bola.
Di kawasan Asia, Indonesia bahkan memegang peranan penting dalam memasok kebutuhan pulp dan kertas dunia. Proses pembuatan kertas yang dilakukan melalui penebangan hutan telah menyebabkan kerusakan lingkungan. Akibatnya, industri kertas telah meluluhlantakkan hutan alam di negeri ini. Tidak hanya itu saja penggunaan kertas yang tinggi juga telah menyebabkan banyaknya sampah kertas.
Musnahnya Hutan terbesar didunia pada tahun 2050.
Hutan Amazon yang dikenal sebagai hujan tropis terbesar di dunia, menjelang tahun 2050, menurut proyeksi-proyeksi menunjukkan hutan ini akan lenyap. Kalau hutan terbesar yang memiliki jutaan spesies dan cadangan 1/5 air bersih dunia ini saja bisa lenyap, bagaimana dengan Hutan Hujan Tropis di negara kita tercinta ini? Saat itu mungkin Indonesia akan menjadi sebuah negara gurun. (Coba bedakan suhu dulu dan suhu sekarang serta kemungkinan suhu pada masa yang akan datang). Semua itu tidak lain adalah akibat perbuatan manusia, termasuk industri kertas.
Kertas dan Global Warming
Berikut ini beberapa fakta tentang kertas dan pemanasan global (Global Warming) :
- 42% industri kayu digunakan untuk membuat kertas.
- Industri kertas merupakan penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar ke 4 di Amerika.
- Kertas memberikan konstribusi 25% dari penimbunan sampah.
- Jika Amerika mengurangi penggunaan kertas oleh kantor sebesar 10%, hal tersebut dapat mencegah 1,6 juta ton emisi gas rumah kaca atau setara dengan menarik 280.000 mobil dari jalanan.
E-mail dan E-Book: Solusi canggih menghemat kertas.
Nah, bukankah sudah saatnya kita belajar untuk mengurangi ketergantungan kita terhadap kertas? Tapi, bagaimana solusinya?
Saat ini, di dunia maya internet sudah mulai mempromosikan E-book (Electronic book atau buku elektronik), sedangkan untuk E-mail sudah lama populer dan banyak digunakan serta sudah menjadi kebutuhan sebagian besar orang. Oleh karena itu hanya akan saya bahas tentang E-book.
Apa sebenarnya E-book? E-book atau Buku-e (singkatan dari buku elektronik) atau buku digital adalah versi elektronik dari buku. Jika buku pada umumnya terdiri dari kumpulan kertas yang dapat berisikan teks atau gambar, maka buku-e berisikan informasi digital yang juga dapat berwujud teks atau gambar. Dewasa ini buku-e diminati karena ukurannya yang kecil bila dibandingkan dengan buku, dan juga umumnya memiliki fitur pencarian, sehingga kata-kata dalam buku-e dapat dengan cepat dicari dan ditemukan. Terdapat berbagai format buku-e yang populer, antara lain adalah teks polos, pdf, jpeg, lit dan html. Masing-masing format memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan juga bergantung dari alat yang digunakan untuk membaca buku-e tersebut. Saat ini banyak sekali alat yang sudah dilengkapi dengan pembaca E-book (E-book Reader). Dan juga tidak lagi terbatas pada komputer atau laptop, tetapi juga dapat dinikmati pada Telepon Genggam.
Buku-e di Indonesia
Sumber buku elektronik yang legal di Indonesia, antara lain dirilis oleh Departemen Pendidikan Nasional dengan dibukanya Buku Sekolah Elektronik (BSE). BSE adalah buku elektronik legal dengan lisensi terbuka yang meliputi buku teks mulai dari tingkatan dasar sampai lanjut. Buku-buku di BSE telah dibeli hak ciptanya oleh pemerintah Indonesia melalui Depdiknas, sehingga bebas diunduh, direproduksi, direvisi serta diperjualbelikan tetapi dengan batas atas harga yang telah ditentukan. Lebih dari itu, seluruh buku ini telah dinilai dan lolos saringan dari penilai di Badan Nasional Standardisasi Pendidikan (BNSP).
Lebih lengkapnya, inilah keunggulan e-book dibanding buku konvensional :
- Cepat dikirim kemana saja di seluruh dunia (karena bentuknya digital).
- Hemat tempat (kita bisa membangun sebuah perpustakaan hanya dengan flashdisk, laptop atau PDA).
- Dapat interaktif (memungkinkan hyperlink yang langsung menghubungkan pembaca ke halaman-halaman lain di dalam e-book maupun di luarnya).
- Ilustrasi bisa multimedia (gambar bergerak, bersuara).
- Efisiensi bagi penerbit (biaya produksi jauh lebih murah, tak ada istilah e-book yang tidak laku harus ditumpuk di gudang sampai dikencingi kecoak).
- Mengurangi dampak global warming (sebab secara signifikan menekan penebangan pohon untuk produksi kertas, dan mengurangi kepulan asap knalpot untuk mendistribusikannya).
Nah, sudah saatnya kita beralih ke teknologi yang lebih mencintai lingkungan. Mudah-mudahan keberadaan E-book ini bisa mengubah dunia menjadi lebih baik.
Written by : Dedi Harmoko
NIM A1C407033
Tidak ada komentar:
Posting Komentar