Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Rabu, 22 Desember 2010

Perencanaan Pembelajaran (Lesson Plans) & Rancangan Pembelajaran (Instructional Design)



A.    Definisi Perencanaan (Planning)
1.      Henry Fayol :
Perencanaan adalah aktivitas memperkirakan keadaan di masa depan
2.      W.B. Casttater :
Perencanaan adalah cara manusia memproyeksikan keinginannya
3.      Leorin W. Anderson :
Planning is a process by which an individual visualizes the future and creates a framework to guide his or her action in the future
4.      Clark & Peterson :
Planning is preparing a framework for guiding future action
5.      Carter McNamara :
Planning is setting the direction for something -- some system -- and then working to ensure the system follows that direction.
6.      Cooper, J.M. :
All planning has a future orientation, and all planning involves some intention for action to fulfill some purpose
7.      Herbert Simon (1996)
Perencanaan adalah sebuah proses pemecahan masalah, yang bertujuan adanya solusi dalam suatu pilihan.
8.      Gordon Rowland (1993)
Perencanan bukan hanya membantu untuk mencipkan solusi tapi juga membantu untuk lebih memahami permasalahan itu sendiri, jadi sebuah usulan lebih diutamakan dibanding informasi awal. Proses perencaan menggiring kita untuk berfikir kembali atau merangkai masalah kembali.
9.      See Sabon (1987)
Perencanaan membantu kita melihat masalah dalam pemikiran yang baru, pandangan yang berbeda dari yang lain, dan lebih baik dalam memahami masalah yang kompleks menjadi lebih sederhana.


10.  Cristoper Clark (1995)
Baginya guru adalah perencana, jadi guru yang profesional, aktif, siap untuk memberikan pembelajaran dan dengan cara penyampaian yang unik adalah guru yang punya perencanaan baik.

B.     Definisi Perencanaan pengajaran
1.      Perencanaan pengajaran berarti pemikiran tentang penetrapan prinsip- prinsip umum mengajar didalam pelaksanaan tugas mengajar dalam suatu interaksi pengajaran tertentu yang khusus baik yang berlangsung di dalam kelas ataupun diluar kelas.
2.      Kaufman mengatakan bahwa perencanaan adalah suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan bernilai.
3.      Branch (2002)
Suatu sistem yang berisi prosedur untuk mengembangkan pendidikan dengan cara yang konsisten dan reliable.
4.      Ritchy (1999)
Ilmu yang merancang detail secara spesifik untuk pengembangan, evaluasi dan pemeliharaan situasi dengan fasilitas pengetahuan diantara satuan besar dan kecil persoalan pokok.
5.      Smith & Ragan(1993)
Proses sistematis dalam mengartikan prinsip belajar dan pembelajaran kedalam rancangan untuk bahan dan aktifitas pembelajaran. Proses sistematis dan berfikir dalam mengartikan prinsip belajar dan pembelajaran kedalam rancangan untuk bahan dan aktifitas pembelajaran, sumber informasi dan evaluasi.
6.      Zook (2000)
Proses berfikir sistematis untuk membantu pelajar memahami (belajar)
7.      Perencanaan berkaitan dengan penentuan apa yang akan dilakukan. Perencanaan mendahului pelaksanaan, mengingat perencanaan merupakan suatu proses untuk menentukan ke mana harus pergi dan mengidentifikasikan persyaratan yang diperlukan dengan cara yang efektif dan efesien. Maka perencanaan mengandung 6 pokok pikiran, yakni:
a.       Perencanaan melibatkan proses penetapan keadaan masa depan yang diinginkan.
b.      Keadaan masa depan dibandingkan dengan keadaan sekarang, sehingga dapat dilihat kesenjangannya.
c.       Untuk menutup kesenjangan itu perlu dilakukan usaha-usaha.
d.      Usaha yang dilakukan dapat beranekaragam dan merupakan alternatif yang mungkin ditempuh.
e.       Pemilihan alternatif yang paling baik adalah yang mempunyai efektivitas dan efesiensi.
f.       Alternatif yang dipilih harus diperinci sehingga menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan.
8.      Pendapat Banghart dan Albert Trull. Mereka tidak memberikan batasan perencanaan pengajaran secara eksklusif, melainkan mengatakan bahwa dalam rangka mengerti makna perencanaan pengajaran dapat dilihat dari 3 dimensi, yakni:
a.       Karakteristik perencanaan pengajaran berusaha menggambarkan sifat-sifat aktivitas perencanaan pengajaran.
b.      Dimensi perencanaan pengajaran, berkenaan dengan luas dan cakupan aktivitas perencanaan yang mungkin dalam sistem pendidikan.
c.       Kendala-kendala berkaitan dengan adanya beberapa faktor pembatas atau penghalang.
9.      Kegiatan yang merupakan karakteristik perencanaan pengajaran adalah:
a.       Proses rasional
b.      Konsep dinamik
c.       Perencanaan terdiri dari beberapa aktivitas
d.      Perencanaan pengajaran berkaitan dengan pemilihan sumber dana, sehingga harus mampu mengurangi pemborosan, duplikasi, salah penggunaan dan salah dalam memanajemennya.
10.  Dimensi perencanaan pengajaran yakni berkaitan dengan cakupan dan sifat-sifat dari beberapa karakteristik yang ditemukan dalam perencanaan pengajaran. Pertimbangan terhadap dimensi-dimensi itu memungkinkan diadakannya perencanaan komprehensif yang menalar dan efesien, yakni:
a.       Signifikan
b.      Feasibilitas
c.       Relevansi
d.      Kepastian atau definitiveness
e.       Ketelitian atau Parsimoniusness
f.       Adaptabilitas
g.      Waktu
h.      Monitoring atau pemantauan
i.        Isi perencanaan
11.  Perencanaan pengajaran yang bak perlu memuat:
a.       Tujuan yang diinginkan sebagai hasil proses pendidikan
b.      Program dan layanan atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajar dan layanan-layanan pendukungnya.
c.       Tenaga manusia, yakni mencakup cara-cara mengembangkan prestasi, spesialisasi, perilaku, kompetensi, maupun kepuasan mereka
d.      Bangunan pisik mencakup tentang cara-cara penggunaan, pola distribusi dan kaitannya dengan baguanan pisik lainnya
e.       Keuangan, meliputi rencana pengeluaran dan penerimaan
f.       Struktur organisasi
g.      Konteks sosial atau elemen-elemen lainnya yang dipertimbangkan dalam perencanaan pengajaran.
12.  Philip Commbs mengatakan dalam arti yang luas, perencanaan pengajaran adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efesien sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para murid dan masyarakatnya.

C.    Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misahwa sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembengan pembelajaran dan pelaksanaannya.
Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. Desain pembelajaran sebagai proses. merupakan pengembangan sistematis tentang spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran dan teori belajar untuk menjamin mutu pembelajaran.
Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampaiannya. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan bahan dan kegiatan pembelajaran, uji coba dan penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan pembela.jarannya. Untuk memahami lebih jauh tentang teori dan aplikasi desain pembelajaran, pada bagian ini akan dipelajari tentang: Pengertian teori dan model; Teori dasar behavioris, kognitif, dan konstruktif; Model pembelajaran; Taksonomi Bloom; Perbaikan taksonomi Bloom;Model kondisi belajar Robert Gagne; serta Model pemrosesan informasi.
Desain pembelajaran dirumuskan secara beragam dengan menerapkan berbagai keilmuan dan pendekatan. Kemp, Marrison dan Ross menyebutkan empat komponen pokok (tujuan pembelajaran, siswa, metode, dan evaluasi) serta analisis topik menjadi landasan pemikiran desain pembelajaran. Konsep sistem hingga sekarang masih menjadi salah satu landasan ilmiah yang dipilih para ahli dalam menentukan model desain pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan rumus baru pendekatan sistem yaitu ADDIE ( analysis, desain, development evaluation).

D.    Perbedaan antara Perencanaan Pembelajaran (Lesson Plans) dengan Rancangan Pembelajaran (Instructional Design)
1.      Perencanaan Pembelajaran (Lesson Plans) = PP
a.       PP adalah Proses pengambilan keputuan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan perilaku serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada (p. i, 28);
b.      PP menekankan kepada proses penyusunan pedoman pembelajaran dalam rangka menerjemahkan kurikulum yang berlaku ke dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas (p. i, 69);
c.       PP disusun untuk kebutuhan guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya (p. 69);
2.      Rancangan Pembelajaran (Instructional Design) = RP
a.       RP adalah proses yang sistematis untuk memecahkan persoalan pembelajaran melalui proses perencanaan bahan-bahan pembelajaran beserta aktivitas yang harus dilakukan, perencanaan sumber-sumber pembelajaran yang dapat digunakan serta perencanaan evaluasi keberhasilan (p. i)
b.      RP menekankan pada proses merancang program pembelajaran untuk membantu proses belajar siswa (p. 70)
                             
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL VS KONTEMPORER
Salah satu indikator keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh seberapa besar kualitas proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Selama ini, se-bagian orang beranggapan bahwa faktor utama keberhasilan pendidikan terletak pada sarana dan parasarana pendidikan yang berkualitas. sehingga beberapa diantara mereka lebih memprioritaskan pembangunan aspek fisik pendidikan, seperti pembangunan gedung sekolah yang mewah dan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap sebagai langkah pengembangan mutu pendidikan. Asumsi mereka, pendidikan tidak akan berjalan tanpa kesemua hal tersebut.
Kegiatan pembelajaran yang ditunjang dengan ke-lengkapan sarana dan pra-sarana pembelajaran yang memadai, serta kondisi belajar yang kondusif adalah bukan menjadi satu-satunya faktor yang memicu terciptanya pembelajaran yang bermutu, akan tetapi,  tanpa ditunjang oleh kompetensi guru dan respon positif peserta didik sebagai subjek (pelaku) utama kegiatan pembelajaran, tentu-nya hal yang pertama tersebut akan menjadi tidak berarti.
Apabila membandingkan peran dari kedua pelaku kegiatan pembelajaran di atas, tentunya guru memegang peran paling utama dalam mengarahkan kemudi sebuah kegiatan pembelajaran. Artinya, bahwa bentuk dan hasil pembelajaran yang akan dilakukan dan dicapai oleh peserta didik tergantung se-penuhnya pada guru, sehingga baik dan buruknya perjalanan sebuah kegiatan pembelajaran, secara garis besar ada di tangan guru.
Mengingat begitu pentingnya peran seorang pendidik dalam menciptakan kondisi belajar yang berkualitas, maka sangat dituntut kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan sebuah desain atau skenario pembelajaran yang tidak hanya menyampaikan atau membelajarkan  materi kepada peserta didik, akan tetapi sekaligus meransang respon siswa untuk terlibat aktif dalam mengembangkan pola pikir mereka dalam belajar. Sehingga pada akhirnya memunculkan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik akibat dampak dari kebermaknaan yang mereka peroleh dari kegiatan pembelajaran.
Berbagai pendekatan pembelajaran yang dewasa ini banyak dikembangkan, dapat menjadi alternatif bagi para pendidik untuk diambil sebagai pilihan desain pembelajaran yang akan dilakukan, yang intinya membelajaraktifkan para peserta didik sesuai harapan dan sasaran pendidikan kontemporer. Salah satunya adalah kegiatan belajar mengajar yang berorientasi pada Contextual Teaching and Learning (CTL) yang mem-punyai tujuh pilar yaitu: (1) Inkuiri (inquiry); (2) bertanya (questioning); (3) konstruktivisme (constructivism); (4) masyarakat belajar (learning community); (5) penilaian autentik (autentic assesment); (6) refleksi (reflection); dan (7) pemodelan (modelling).
Pada upaya pengembangan model dan strategi pembelajaran, prinsip-prinsip CTL banyak memberikan sumbangan terhadap pengembangan model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning/CL) dan model pengajaran berdasarkan masalah (Problem Based Instructions /PBI). Hal ini disebabkan karena prinsip-prinsip CTL ini temyata sangat terkait erat dengan teori konstruktivis. Di samping itu, salah satu pilar CTL tentang pemodelan memberikan sumbangan ter-hadap model pengajaran langsung (Direct Instructions/ DI). Demikian pula dengan aplikasi prinsip CTL lainnya tercermin pada strategi pembelajaran (Learning Strategy / LS) (Faiq. 2009).
Persoalan yang ber-kembang kemudian adalah sejauhmana kesiapan dan kemauan para pendidik dalam mengimplementasikan pendekatan tersebut dalam aktifitas pembelajaran yang mereka lakukan. Sebab tak jarang diantara para pendidik, terdapat anutan paradigma lama yang berpegang teguh pada pemahaman guru sebagai pengajar. Artinya, bahwa guru menjadi sumber segala pengetahuan yang akan diterima dan diketahui oleh peserta didik (Teacing Center). Paradigma tersebut diatas telah diyakini merupakan ciri guru konvensional yang berat untuk menerima perubahan.
Salah satu faktor penyebab ketidaksiapan dan atau ketidakmauan para guru konvensional untuk me-nerapkan model-model pem-belajaran kontemporer adalah kurangnya pengetahuan dan pengalaman guru tentang teknis pendekatan belajar tersebut. akibatnya, mereka tidak cukup confidence untuk memulai menerapkan pen-dekatan tersebut di dalam aktifitas pembelajaran mereka. Sebaliknya, untuk menutupi kekurangan tersebut, di-munculkanlah seribu satu dalih yang makin memperberat usaha mereka  untuk memulai. Misalnya saja, alasan mem-butuhkan banyak waktu, siswa akan  ribut dan sulit diatur, tidak ada keseriusan atau terlalu santai dan main-main, dan berbagai alasan lainnya, yang pada akhirnya meng-giring mereka pada pilihan metode ceramah monoton sebagai metode populer.
Perlu ditekankan bahwa, kegiatan mengajar bukanlah sekedar kegiatan mengingat fakta untuk mempersiapkan peserta didik mengikuti dan melulusi kegiatan evaluasi yang akan dilakukan di akhir pembelajaran. Akan tetapi, kegiatan mengajar juga diharapkan mampu memperluas wawasan pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menumbuhkan sejumlah sikap positif yang direfleksikan peserta didik melalui cara berpikir dan cara bertindak atau berperilaku sebagai dampak hasil belajamya. Oleh karena itu cara guru mengajar perlu diubah. Ditinjau dari esensi proses pembelajarannya, perlu adanya pengubahan paradigma “mengajar” (teaching) menjadi “membelajarkan” (learning how to learn) sehingga proses belajarnya cenderung dinamis dan bersifat praktis dan analitis dalam dua dimensi yaitu pengembangan proses eksplorasi dan proses kreativitas. Proses eksplorasi menjadi titik pijak untuk menggali pengalaman dan penghayatan khas peserta didik, bukan dari pihak luar, bukan dari apa yang dimaui orang tua, guru, maupun masyarakat bahkan pemerintah sekalipun. Dari proses tersebut dikembangkan prakarsa untuk bereksperimen-kreatif, berimajinasi-kreatif dengan metode belajar yang memungkinkan peserta didik untuk melatih inisiatif berpikir, mentradisikan aktivitas kreatif, mengembangkan kemerdekaan berpikir, mengeluarkan ide, menumbuhkan kenikmatan bekerjasama, memecahkan masalah-masalah hidup dan kehidupan nyata. Karena itu, dalam proses pembelajaran seharusnya tampak dalam bentuk kegiatan prakarsa bebas (independent study), komunikasi dialogis antar peserta didik maupun antara peserta didik dan guru, spontanitas kreatif, yang kadang-kadang terkesan kurang tertib menurut pandangan pendidikan. Guru perlu menyediakan beragam kegiatan pembelajaran yang berimplikasi pada beragamnya pengalaman belajar supaya peserta didik mampu mengembangkan kompetensi setelah menerapkan pe-mahaman dan pengetahuannya. Untuk itu strategi belajar aktif melalui multi ragam metode sangat sesuai untuk digunakan ketika akan menerapkan KTSP.
Dalam paradigma pendidikan saat ini guru tidak hanya berfungsi sebagai pengajar, tetapi juga sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar yaitu relasi dan aktualisasi sifat-sifat uluhiah manusia dengan cara aktualisasi potensi-potensi manusia untuk mengimbangi kelemahan-kelemahan yang dimilikinya. Dengan demikian seorang pendidik dituntut untuk bisa memainkan peranan dan fungsinya dalam men-jalankan tugas keguruannya secara proporsional disamping harus menjalankan tugas dan fungsinya yang lain sebagai individu, anggota masyarakat, warga negara, dan tugas serta fungsi lainnya.
Tentu tidak semudah membalik telapak tangan untuk mengubah sebuah perilaku yang telah mengakar dan mendarah daging pada diri seseorang, apalagi terhadap prilaku yang telah berlangsung lama dan bahkan telah menjadi sebuah budaya hidup, walaupun jelas-jelas lingkungan tempat mereka berada, mengakui  bahwa kebiasaan mereka tersebut merupakan sebuah hal yang sudah tidak layak lagi untuk dipertahankan. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan motivator-motivator dan fasilitator-fasilitator untuk lebih menggiatkan upaya transisi tersebut, transisi dari pemahaman konservatif ke kontemporer, transisi dari guru konvensional ke guru pro-fesional, atau transisi dari paradigma lama guru ke paradigma baru. Dalam hal ini, program DBE3 telah banyak berperan dalam fungsi tersebut.
Kehadiran program DBE3 di beberapa daerah diharapkan dapat menjadi mediator transisi paradigma guru. Bentuk pelatihan-pelatihan DBE3 yang di desain dengan pola penyajian teori dan praktik adalah pada intinya memberikan pengetahuan dan pemahaman mendalam kepada para peserta pelatihan (guru) tentang bagaimana bentuk dan teknis penerapan pendekatan pengajaran profesional  dan pembelajaran bermakna (mis: CTL). Hal ini, secara tidak langsung ataupun tidak langsung diharapkan dapat menutupi kekurangan-kekurangan guru selama ini.
Apresiasi positif yang dilontarkan oleh para peserta pelatihan setelah mengikuti pelatihan yang diinisiasi oleh DBE3 menjadi indikator awal adanya pergerakan paradigma guru dari zona konvensional ke zona kontemporer.

Tidak ada komentar:

Pengikut