Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Rabu, 22 Desember 2010

NALISIS VEGETASI DENGAN METODE KUADRAT

ANALISIS VEGETASI DENGAN METODE KUADRAT

Shalha Sahpianti (A1C407009)

Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
 Universitas Jambi
JambiI,12 Januari 2010


Abstrak

Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi atau masyarakat tumbuhan. Vegetasi sendiri merupakan hal yang sangat kompleks sehingga pengkajiannya tidak mudah dilakukan. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain. Hal ini dikarenakan faktor lingkungan yang berbeda pula. Untuk menganalisis suatu vegetasi dibutuhkan data spesies tumbuhan beserta diameter dan tinggi pohon tumbuhan tersebut. Pada praktikum ini analisis vegetasi dilakukan terhadap tumbuhan  yang ada disekitar kampus unja. Analisis dilakukan dengan metode kuadrat. Percobaan dilakukan dengan membentangkan tali sepanjang 100 m, kemudian membuat petak dengan ukuran 10 x 10 meter dan petak dibuat berselang seling, jadi luas wilayah  analisis adalah 100 x 10 m. Tumbuhan yang termasuk dalam analisis ini adalah tumbuhan pohon yang memiliki diameter batang minimal  10 cm. Dari hasil analisis diketahui ada 18 spesies yang ditemukan dengan jumlah 39 pohon.

PENDAHULUAN

Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
Teknik kuadrat umumnya dipergunakan untuk untuk memperoleh keterangan mengenai bentuk komposisi (susunan) komunitas tumbuh-tumbuhan darat.  Ukuran petak sample ditentukan berdasarkan ukuran dan kerapatan tumbuh-tumbuhan yang dirisalah , serta dapat mewakili semua individu yang terdapat dalam lokasi penelitian. Karakteristik pohon harus dimasukkan di dalam kuadarat (Anonim, 2009a), dan memperhatikan : 1) distribusi pohon, 2) ukuran dan bentuk kuadrat, 3) jumlah ulangan pengamatan yang bisa mewakili pendugaan kepadatan. Setelah menetapkan vegetasi yang akan dihitung, pengamat harus menetapkan ukuran dan bentuk kuadrat yang akan digunakan. Pada umumnya bentuk sample yang digunakan adalah persegi panjang, persegi, dan lingkaran.
Metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Rohman, 2001).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).
Sistem Analisis dengan metode kuadrat:
Menurut Anonim (2009b) kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Dalam praktikum ini, khusus untuk variabel kerapatan dan kerimbunan, cara perhitungan yang dipakai dalam metode kuadrat adalah berdasarkan kelas kerapatan dan kelas kerimbunan.
 Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%) (Syafei, 1990).
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara numeric sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994).
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai relative dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relative, kerimbunan relative, dan frekuensi relatif). Jika disususn dalam bentuk rumus maka akan diperoleh:

Nilai Penting = Kr + Dr + Fr

Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam table. Jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Syafei, 1990).

BAHAN DAN METODE

Pada praktikum ini bahan yang digunakan adalah tali rafia untuk pembatas petak atau plot, pasak kayu, meteran, buku identifikasi, pena serta hutan yang menjadi tempat analisis vegetasi.
Analisis vegetasi dilakukan dengan menarik tali  sepanjang 100 meter, kemudian dibuat plot/petak dengan ukuran 10 x10 meter sebanyak 10 plot. Plot dibuat secara berselang seling. Setiap kelompok praktikan menangani 2 plot. Dicatat spesies apa saja yang ditemukan dan dilakukan pengukuran terhadap keliling dari pohon yang ada didalam tiap plot tersebut, bila perlu ambil daun dari spesies yang tidak diketahui namanya, untuk disesuaikan dengan spesies dari plot lain. Dikumpulkan data jumlah dan diameter keliling batang dari spesies yang ditemukan untuk smua plot. Setelah data terkumpul, maka dilakukan perhitungan untuk mengetahui kerapatan mutlak spesies, kerapatan relatif, frekuensi mutlak spesies, frekuensi relatif, dominasi mutlak spesies, dominasi relatif, indeks nilai penting serta perbandingan nilai penting.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan analisis dengan metode kuadrat, jumlah spesies yang ditemukan adalah 18 spesies, dengan jumlah 39 pohon. Spesies yang diketahui namanya hanya spesies Karet (Hevea sp) dan spesies Pulai (Alstonia sp), sedangkan 16 spesies lainnya tidak diketahui maka nama spesies itu disimbolkan dengan huruf dari A hingga P. Spesies A adalah spesies dengan jumlah terbanyak, yaitu 10 pohon yang tersebar pada plot 1,2 dan 8.
Menurut Waiver dan Demeats (1980) dalam Yuni (2009) bahwa metode kuadran adalah metode analisa vegetasi yang menggunakan daerah persegi panjang sebagai sampel uniknya. Ukuran yang digunakan yaitu untuk semak dan pohon digunakan kuadran diameter anti meter. Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam area kuadran. Pada beberapa keadaan, kesulitan dalam menentukan batasan individu tumbuhan, kerapatan dapat ditentukan dengan cara pengelompokan berdasarkan criteria tertentu (kelas kerapatan).
Dari hasil analisis, diketahui bahwa spesies yang paling banyak tersebar adalah spesies A dengan jumlah 10 pohon tersebar pada 4 plot dan spesies B dengan jumlah 5 pohon tersebar pada 4 plot. Pada percobaan ini, selain menghitung jumlah spesies dalam plot, tumbuhan yang ditemukan juga diukur keliling nya. Dari keliling tersebutlah kemudian dicari, diamater dan jari-jarinya,  dengan rumus:
            k                                                             k
D =                                     dan                  r =
            π                                                            2 π
Pada tabel hasil pengamatan dapat dilihat, jari-jari batang tumbuhan yang ditemukan pada analisis ini, spesies O mempunyai keliling terbesar yaitu sebesar 180 cm, dan jari-jarinya adalah 28,66 cm. Dari semua spesies yang ada yaitu dengan jumlah 39 tumbuhan diketahui rata-rata jari-jarinya adalah 11 cm.
 Dengan diketahui jari-jari kemudian di cari luas dari batang tumbuhan dengan rumus:
L = π . r2
Setelah itu, kemudian dicari luas bidang dasar spesies dengan cara menjumlahkan luas batang tumbuhan yang merupakan satu spesies. Dari analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa spesies A mempunyai bidang dasar yang paling besar yaitu 3517,88 cm2, setelah itu ada spesies B dengan luas bidang dasar sebesar 3073,58 cm2. Kedua spesies ini mempunyai bidang dasar yang besar dikarenakan jumlah tumbuhan nya lebih banyak dari spesies lainnya, spesies A berjumlah 10 dan spesies B berjumlah 5 tumbuhan. Selain itu, luas bidang dasar juga dipengaruhi besarnya diameter batang, seperti tumbuhan spesies O, hanya ada satu tumbuhan namun luas bidang dasarnya cukup besar yaitu 2579,18 cm2, jadi semakin besar diameter batang yang ada dalam spesies maka semakin besar pula luas bidang dasarnya.
            Setelah diperoleh data jumlah dan diameter batang tumbuhan yang telah dianalisis, kemudian dicari kerapatan spesies yang ada di area tersebut. Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu. Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam area tersebut. Kerapatan dapat dicari dengan rumus berikut :
Jumlah Individu suatu jenis
    Kerapatan Mutlak (KM)  = 
                                                                          Luas contoh (ha)

Pada lampiran dapat dilihat, bahwa kerapatan terbesar ada pada spesies A. Dengan  jumlah total 39  pohon dan luas area analisis 100 x 10 meter atau 0,1 ha, jumlah pohon spesies A adalah 10, maka kerapatannya pun sebesar 100 pohon / ha. Hal ini lebih besar dibandingkan spesies lain. Spesies B kerapatannya adalah 50 pohon /ha. Sedangkan spesies lain, kerapatannya lebih kecil yaitu  40 pohon / ha untuk spesies G, 30 pohon / ha untuk spesies F, 20 pohon /ha untuk spesies D, K, O, P dan pulai, dan sisa spesies lain kerapatannya hanya 10 pohon / ha. Setelah itu, kemudian dicari kerapatan relatif untuk tiap spesies, kerapatan relatif ini dicari dengan menggunakan rumus berikut :
                                                            Kerapatan suatu jenis
    Kerapatan Relatif (KR)   =                                                     x 100 %
                                                            Kerapatan seluruh jenis

Dari rumus itu , maka dicari  kerapatan relatif dengan cara mencari persentase kerapatan mutlak suatu jenis dari kerapatan mutlah seluruh jenis. Kerapatan mutlak seluruh jenis diperoleh dengan cara menjumlahkan kerapatan mutlak seluruh spesies. Sama dengan kerapatan mutlak, kerapatan relatif yang terbesar juga ada pada spesies dengan besar kerapatan 25,6 %,  kerapatan relatif terbesar kedua juga ada pada spesies B yaitu sebesar 12,8 %, sedangkan kerapatan terbesar berikutnya adalah spesies G 10,2 %.
            Pada analisis vegetasi ini juga dicari frekuensi spesies yang ada pada seluruh petak atau plot. Frekuensi untuk tiap spesies ini dicari dengan rumus berikut:
   Jumlah Plot Terisi Suatu spesies
 
 Frekuensi Mutlak (FM) =                                                                   
                                                                          Jumlah seluruh petak

Jumlah seluruh petak yang ada yaitu sebanyak 10 petak, dengan membagikan jumlah petak yang terisi suatu spesies maka diperolehlah frekuensi mutlak suatu spesies. Pada tabel pengamatan yang ada pada lampiran dapat dilhat bahwa spesies A dan B mempunyai frekuensi mutlak terbesar yaitu 0,4. Hal ini karena spesies A dan B tersebar di 4 plot dari 10 plot yang ada.
Selain frekuensi mutlak, dicari juga frekuensi relatif untuk tiap spesies. Menurut Syafei (1990) frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%). Frekuesi relatif dicari dengan rumus berikut:
                                                            Frekuensi suatu jenis
                                                           
      Frekuensi Relatif (FR) =                                                            x 100 %
                                                             Frekuensi Seluruh Jenis

Seperti halnya pada frekuensi mutlak, pada frekuensi relatife spesies A dan spesies B mempunyai juga mempunyai nilai frekuensi relative lebih besar dari spesies lain, nilai frekuensi relative spesies A dan B sama yaitu 10,25 %. Dari analisis yang telah dilakukan  dapat dilihat bahwa besarnya frekuensi ini tidak dipengaruhi oleh jumlah tumbuhan yang ditemukan , tetapi dipengaruhi banyaknya sebaran untuk tiap spesies atau jumlah plot yang ditumbuhi oleh suatu spesies. Semakin banyak plot yang ditumbuhi oleh suatu spesies berarti semakin besar pula frekuensi (penyebarannya).

           

                                                              Luas bidang dasar suatu jenis
Dominasi Mutlak (DM) =
                                                                         Luas contoh (ha)                   




                                                            Dominasi suatu jenis
Dominasi Relatif (DR) =                                                        x  100 %
                                                            Dominasi seluruh jenis







KESIMPULAN

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
  1. Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi atau masyarakat tumbuhan
  2. Metode kuadrat adalah metode analisa vegetasi yang menggunakan daerah persegi panjang sebagai tempat pengambilan sampelnya
  3.  








DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009 b. Analisis Vegetasi. http://mei-smart.blogspot.com/2009/10/analisis- vegetasi.html. diakses tanggal 10 januari 2010. Jambi
Anonim. 2009a. Analisis Vegetasi Metode Kuadrat. http://biologi08zone.blogspot. com/2009/06/analisis- vegetasi-metode –kuadrat. html. Diakses tanggal 10 januari 2010. Jambi

Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta: UI Press.
Rohman, Fatchur.dkk. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
Yuni. 2009. Metode Kuadrat dan Metode Garis. http://biologi-yunniebio .blogspot.com /2009/12/metode-kuadrat-dan-metode-garis.html. Diakses tanggal 10 januari 2010. Jambi








Tidak ada komentar:

Pengikut