Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Rabu, 22 Desember 2010

Imitasi perbandingan genetik III

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Tujuan
Imitasi perbandingan genetik III
Melakukan pengujian lewat test statistic X2 (Chi-square) untuk menetahui apakah hasil yang didapat bisa dianggap baik atau tidak.

1.2 Kajian Pustaka
Banyak sifat pada tanaman, binatang dan mikrobia yang diatur oleh satu gen. Gen-gen. Gen-gen dalam individu diploid berupa pasangan-pasangan alel dan masing-masing orang tua mewariskan satu alel dari satu pasangan gen tadi kepada keturunannya. Pewarisan sifat yang dapat dikenal dari orang tua kepada keturunannya secara genetik disebut hereditas. Hukum pewarisan ini mengikuti pola yang teratur dan terulang dari generasi ke generasi. Dengan mempelajari cara pewarisan gen tunggal akan dimengerti mekanisme pewarisan suatu sifat dan bagaimana suatu sifat tetap ada dalam populasi. Demikian juga akan dimengerti bagaimana pewarisan dua sifat atau lebih (Crowder, 1990).
Hibrid adalah turunan dari suatu persilangan antara dua individu yang secara genetik berbeda. Arti hibrid semacam itu juga dikemukakan oleh Gardner. Hibrid dapat dibedakan menjadi monohibrid, dihibrid, trihibrid dan bahkan polihibrid tergantung pada jumlah sifat yang diperhatikan pada persilangan itu (Corebima, 1997).
Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi “independent assortment of genes”. Atau pengelompokan gen secara bebas. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub ketika meiosis. Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Mendel menggunakan kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua sifat beda, yaitu soal bentuk dan warna biji. B untuk biji bulat, b untuk biji kisut, K untuk warna kuning dan k untuk warna hijau. Jika tanaman ercis biji bulat kuning homozygote (BBKK) disilangkan dengan biji kisut hijau (bbkk), maka semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Apabila tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk kembali, maka tanaman ini akan membentuk empat macam gamet baik jantan ataupun betina masing-masing dengan kombinasi BK, Bk,Bk, bk. Akibatnya turunan F2 dihasilkan 16 kombinasi.yang terdiri dari empat macam fenotip, yaitu 9/16 bulat kuning, 3/16 bulat hijau, 3/16 kisut kuning dan 1/16 kisut hijau. Dua diantara fenotip itu serupa dengan induknya semula dan dua lainnya merupakan fariasi baru. (Erik,
Mendel memperoleh hasil yang tetap sama dan tidak berubah-ubah pada pengulangan dengan cara penyilangan dengan kombinasi sifat yang berbeda. Pengamatan ini menghasilkan formulasi hukum genetika Mendel kedua, yaitu hukum pilihan acak, yang menyatakan bahwa gen-gen yang menentukan sifat-sifat yang berbeda dipindahkan secara bebas satu dengan yang lain, dan sebab itu akan timbul lagi secara pilihan acak pada keturunannya. Individu-individu demikian disebut dihibrida atau hibrida dengan 2 sifat beda (Pai, 1992).
Persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua individu sejenis yang melibatkan dua sifat beda, misalnya persilangan antara tanaman ercis berbiji bulat dan berwarna hijau dengan tanaman ercis berbiji kisut dan berwarna cokelat; padi berumur pendek dan berbulir sedikit dengan padi berumur panjang dan berbulir banyak. Mendel juga meneliti persilangan dihibrid pada kacang kapri. Mendel menyilangkan kacang kapri berbiji bulat dan berwarna kuning dengan tanaman kacang kapri berbiji kisut dan berwarna hijau. Ternyata semua F1, nya berbiji bulat dan berwarna kuning. Berarti biji bulat dan warna kuning merupakan sifat dominan. Selanjutnya. semua tanaman F, dibiarkan menyerbuk sendiri. Ternyata pada F2 dihasilkan 315 tanaman berbiji bulat dan berwarna kuning. 108 tanaman berbiji bulat dan berwarna hijau. 106 tanaman berbiji kisut dan berwarna kuning, serta 32 tanaman berbiji kisut dan berwarna hijau. Hasil penelitiannya mengehasilkan hukum Mendel II atau hukum asortasi atau hukum pengelompokan gen seceru bebas. Hukum ini menyatakan bahwa gen-gen dari kedua induk akan mengumpul dalam zigot, tetapi kemudian akan memisah lagi ke dalam gamet-gantet secara bebas. (Anonim, 2009)
Faktor (alele) yang mengatur karakter yang berbeda (dua atau lebih sifat yang dikenal) memisah secara bebas ketika terbentuk gamet. Apabila dua pasang gen yang tidak bertaut terdapat dalam hibrida, nisbah fenotipe pada F2 adalah 9:3:3:1. uji silang tanaman dihibrida menghasilkan nisbah 1:1:1:1;. Makin banyak jumlah gen (pasangan alele) makin banyak jumlah kelas fenotipe dan genotipe pada F2. Metode garis cabang dalam analisa genetik menyederhanakan penentuan kelas-kelas fenotipe dan genotipe. Huruf digunakan untuk menyatakan sifat genetik tetapi simbol + dapat untuk menggantikan alele dominan atau digunakan dalam kombinasinya dengan alele resesif, terutama pada Drosophila(Crowder L.V, 1990).
Mendel menemukan pada biji tanaman ercis bulat (B) dominan terhadap keriput (b) dan berwarna kuning (K) dominan terhadap hijau (k). Perkawinan galur murni kedua alel tersebut tampak pada pola berikut:
P1              :                       Fenotip bulat kuning      X       keriput hijau
Genotip     :                                   BBKK                              bbkk
Gamet                   :                                      BK                                  bk
F1              :                       BbKk (100% bulat kuning)
(Anonim, 2009)
Suatu genotipe dihibrida adalah heterozigot pada dua lokus. Dihibrida membentuk empat gamet yang secara genetik berbeda dengan frekuensi yang kira-kira sama karena orientasi acak dari pasangan kromosom nonhomolog pada piringan metafase meiosis pertama. Uji silang (test cross) adalah perkawinan genotipe yang tidak diketahui benar dengan genotipe yang homozigot resesif pada semua lokus yang sedang dibicarakan. Fenotipe-fenotipe tipe keturunan yang dihasilkan oleh suatu uji silang mengungkapkan jumlah macam gamet yang dibentuk oleh genotipe parental yang diuji. Bila semua gamet individu diketahui, maka genotipe individu itu juga akan diketahui. Suatu uji silang monohibrida menghasilkan ratio fenotipe 1:1, menunjukkan bahwa ada satu pasang faktor yang memisah. Suatu uji silang dihibrida menghasilkan ratio 1:1:1:1, menunjukkan bahwa ada dua pasang faktor yang berpisah dan berpilih secara bebas (Stansfield, 1991).
Dua sifat beda yang dipelajari Mendel yaitu bentuk dan warna kapri. Pada penelitian terdahulu diketahui bahwa biji bulat (W) dominan terhadap biji berkerut (w), dan menghasilkan nisbah 3:1. Pada keturunan F2, Mendel juga mendapatkan bahwa warna biji kuning (G) dominan terhadap biji hijau (g), dan segregasi dengan nisbah 3:1. Persilangan kapri dihibrida berbiji kuning bulat dan berbiji hijau berkerut menghasilkan nisbah fenotipe 9:3:3:1. Nisbah genotipenya dapat diperoleh dengan menjumlahkan genotipe-genotipe yang sama di antara 16 genotipe yang terlihat dalam segitiga Punnett (Crowder, 1999).
Galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan (alele AA) maupun sifat-sifat resesif (alele aa) dari suatu karakter tertentu. Bila disilangkan, F1 akan mempunyai kedua macam alele (Aa) tetapi menampakkan sifat dominan (Apabila dominan lengkap) (Crowder L.V, 1990).
Hukum Mendel II : ”Pengelompokan gen secara bebas”. Dalam bahasa Inggeris : Independent Assortment of Genes”. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub ketika meiosis. Pembuktian hukum ini dipakai pada Dihibrid atau Polihibrid, yakni persilangan dari individu yang memiliki 2 atau lebih karakter berbeda. Disebut juga hukum Asortasi (Yatim Wildan, 2003).
Pada dihibrid, kalau P ialah AABB x aabb, tentulah F1 : AaBb, double hetrozigot, triple-heterozigot, dan seterusnya sesuai dengan jenis hibridnya, apakah Di-,Tri- atau Poli-hibrid. Waktu Anafase I itu pemisahan dan pengelompokan gen-gen itu secara bebas (Yatim Wildan, 2003).
Individu murni mempunyai dua alela yang sama (homozigot), alel dominan diberi simbol huruf besar sedang alel resesif huruf kecil genotip adalah komposisi faktor keturunan (tidak tampak secara fisik). Fenotip adalah sifat yang tampak pada keturunan.
Pada hibrida atau polihibrida berlaku prinsip berpasangan secara bebas.
Ratio fenotip (f2) hibrida normal menurut mendel
-          Monohibrida 3: 1 (hukum dominasi penuh) n= 1, jumlah gamet = 2
-          Dihibrida 9: 3: 3: 1 n= 2, jumlah gamet = 4
-          Trihibrida 27: 9: 9: 9: 3: 3 : 3: 1 n= 3, jumlah gamet = 8
-          Polihibrida (3:1)n n= n, jumlah gamet = 2n
Keterangan : (n) = jenis sifat berbeda (hibridanya).
Bagaimana bila kita memasukkan sifat kedua kacang kapri, yaitu bentuk biji bulat (dominan, genotipe WW) dan keriput (resesif, genotipe ww dari wrinkle).  Karena pada kapri kedua sifat tersebut diatur oleh gen berkedominanan penuh, maka berlaku rumus dihibrid (n=2, untuk sifat warna biji dan bentuk biji) yaitu (3+1)2 =    32 + 2 (3) + 1 yang terkenal dengan nisbah fenotipe 9:3:3:1.  Nisbah ini diuraikan sebagai 9 (sifat I dominan, sifat II dominan) : 3 (I dominan, II resesif) : 3 (I resesif, II dominan) : 1 (I resesif, II resesif).  Pada kedua sifat biji kapri tersebut, nisbah tersebut menjadi 9 kuning, bulat : 3 kuning, keriput : 3 hijau, bulat : 1 hijau, keriput.  Dengan tiga sifat berbeda dominan penuh, untuk tipe batang menjalar (dominan, genotipe DD) dan tipe semak (resesif, genotipe dd dari dwarf) yaitu (3+1)n nisbah tersebut menjadi 33 + 3(3)2 + 3(3) + 1 jadi nisbah fenotipenya 27:9:9:9:3:3:3:1 yaitu, 27 (sifat I,II,II dominan) : 9 (I dan II dominan, III resesif) : 9 (I dan III dominan, II resesif) : 9 (II dan III dominan, I resesif) : 3 (I dominan, II dan III resesif) : 3 (II dominan, I dan III resesif) : 3 (III dominan, I dan II resesif) : 1 (I, II dan III resesif) (Ardian, 2008).
Seandainya kedua sifat beda tersebut dikendalikan oleh gen berkedominanan sebagian, nisbah fenotipe akan mengikuti rumus {(1+2)+1}n = 1:2:1:2:4:2:1:2:1 yaitu 1 (I dan II dominan) : 2 (I dominan, II heterozigot) : 1 (I dominan, II resesif) : 2 (II dominan, I heterozigot) : 4 (I heterozigot, II heterozigot) : 2 (I heterozigot, II resesif) : 1 (I resesif, II dominan) : 2 (I resesif, II heterozigot) : 1 (I dan II resesif).  Kembali terlihat bahwa terjadi perbedaan nisbah fenotipe antara pengendalian gen berkedominanan penuh dan berkedominanan sebagian, karena terekspresinya fenotipe heterozigot pada kedominanan sebagian.  Ekspresi fenotipe heterozigot tersebut menghilangkan keragu-raguan dalam menentukan kombinasi gen (=genotipe) yang terdapat pada suatu individu.  Ekspresi dominan menunjukkan individu genotipe homozigot dominan, ekspresi heterozigot menunjukkan  individu genotipe heterozigot, dan ekspresi resesif menunjukkan individu genotipe homozigot resesif.  Dikatakan bahwa pada gen berkedominanan tidak penuh, nisbah fenotipe = nisbah genotipe (Ardian, 2008).
Dihibrida membentuk empat gamet yang secara genetik berbeda dengan frekuensi yang kira-kira sama karena orientasi secara acak dari pasangan kromosom nonhomolog pada piringan metafase meiosis pertama. Bila dua dihibrida disilangkan, akan dihasilkan 4 macam gamet dalam frekuensi yang sama baik pada jantan maupun betina. Suatu papan-periksa genetik 4 x 4 dapat digunakan untuk memperlihatkan ke-16 gamet yang dimungkinkan. Rasio fenotipe klasik yang dihasilkan dari perkawinan genotipe dihibrida adalah 9:3:3:1. Rasio ini diperoleh bila alel-alel pada kedua lokus memperlihatkan hubungan dominan dan resesif (Stansfield, 1991).
Pada persilangan dihibrid pada tanaman kapri, yaitu memiliki sifat warna kuning dan bentuk biji bulat (dominan) dengan biji berkerut dan warna hijau (resesif). Jika F1 diturunkan sesamanya menghasilkan F2, jika X2 hitung <>2 tabel maka hasil percobaan sesuai dengan Hukum Mendel (Hasyim, 2005). Metode chi kuadrat adalah cara yang dapat kita pakai untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh dari persilangan dengan hasil yang diharapkan (Kusdiarni, 1999).
Jika F1 diturunkan sesamanya akan menghasilkan F2, jika X2 hitung <>2 tabel maka hasil percobaan sesuai dengan Hukum Mendel. (Hasyim, 2005)
Ratio Fenotipe Dihibrid F2 : 9 : 3 : 3 : 1. Ratio fenotipe dihibrid ini juga sesungguhnya baru ratio teoritis, didapat dari perhitungan diatas kertas, dan melihat pada susunan genotipe individu-individunya(Yatim Wildan, 2003).

1.3    Waktu Pelaksanan
Hari/Tanggal        : Senin/9 November 2009
Pukul                    : 13.00 WIB-selesai
Tempat                 : Laboratorium Biologi UPMIPA Universitas Jambi













BAB II
METODE PERCOBAAN


2.1 Alat dan Bahan
a.      Alat
-          Gunting
-          Koin 100 rupiah
-          Pensil
b.      Bahan
-          Karton merah
-          Karton biru
-          Karton putih
-          Karton kuning
-          Kantong baju praktikum

2.2 Cara Kerja
  1. Untuk percobaan ini digunakan kancing dari empat warna kontras, yaitu 4 buah kancing merah kuning (Rb) untuk sifat bunga merah, buah oval dan 4 buah kancing merah biru (RB) untuk sifat Bunga merah, buah Bulat; 4 buah kancing putih biru (rB) untuk sifat Bunga putih buah bulat dan 4 buah kancing putih kuning (rb) untuk sifat bunga putih buah oval.
  2. Setiap warna kancing dibagi 2, kemudian masing-masing dimasukkan kedalam saku kanan dan kiri. (Dalam percobaan ini kantung saku diumpamakan sebagi alat kelamin, dengan demikian harus memakai 2 buah kantung saku, masing-masing saku untuk tetua jantan dan betina.
  3. Kancing dalam saku diguncang merata untuk meniru segregasi bebas meiosis pada pembentukkan gamet.
  4. Satu kancing diambil dari setiap saku, paduan warna kedua kancing menggambarkan genotipe zigot hasil persilangan gamet jantan dan betina.
  5. Hasil ambilan tersebut dicatat, dengan kemungkinan : R-B-, R-bb, rrB-, rrbb. 
  6. Kancing tersebut dimasukkan kembali ke dalam saku asalnya.
  7. Prosedur 3-6 tersebut diulangi sebanyak 16 kali.



BAB III
HASIL
3.1 Tabel Data Kelompok
No
Pengambilan
Kelompok
Genotip dan fenotip
Jumlah
R-B-
R-bb
rrB-
rrbb

1
Dedi
74
19
23
12
128
2
Sonita
70
24
23
11
128
3
Anik
72
17
24
15
128
Jumlah
216
60
70
38
384
%
56%
16 %
18%
10%
100%

3.2 Tabel Data kelas  Imitasi perbandingan genetis III
No
Kelompok
Genotip dan fenotip
Jumlah
R-B-
R-bb
rrB-
rrbb

1
1
345
118
128
49
640
2
2
443
139
152
34
768
3
3
328
135
127
50
640
4
4
345
131
118
46
640
5
5
360
113
123
44
640
6
6
283
95
111
23
512
7
7
351
119
127
43
640
8
8
298
98
93
23
512
9
9
216
60
70
38
384
Jumlah
2969
1008
1049
350
5376
%
55%
19%
19%
7%
100%

3.3 Chi-Square test untuk Dihibrid Dominansi Penuh
Data Kelas
GEN
Q
e
(Q-e)2/e
Bunga merah, Buah bulat (R-B-)
2969
9/16 x 5376 = 3024
(2969–3024)2/3024 = 1
Bunga merah, Buah oval (R-bb)
1008
3/16 x 5376 = 1008
(1008–1008)2/1008 = 0
Bunga putih, Buah bulat (rrB-)
1049
3/16 x 5376 = 1008
(1049-1008)2/1008 = 1.67
Bunga putih, Buah oval (rrbb)
350
1/16 x 5376 = 336
(350-336)2/336 = 0.58
5376
5376
X2 = 3.25
Merah Bulat : Merah Oval : Putih Bulat : Putih Oval = 9 : 3 : 3 : 1
df = n – 1 = 4 – 1 = 3
X2 < 7,815 (Signifikan)
Data Kelompok
GEN
Q
e
(Q-e)2/e
Bunga merah, Buah bulat (R-B-)
216
9/16 x 384 = 216
(216–216)2/216 = 0.0
Bunga merah, Buah oval (R-bb)
60
3/16 x 384 = 72
(60–72)2/72 = 2
Bunga putih, Buah bulat (rrB-)
70
3/16 x 384 = 72
(70-72)2/72 = 0.06
Bunga putih, Buah oval (rrbb)
38
1/16 x 384 = 24
(38-24)2/24 = 8.17
384
384
X2 = 10.23
Merah Bulat : Merah Oval : Putih Bulat : Putih Oval = 9 : 3 : 3 : 1
df = n – 1 = 4 – 1 = 3
X2 > 7,815 (Signifikan)

BAB IV
PEMBAHASAN

            Percobaan ini merupakan bentuk imitasi dari percobaan persilangan dihibrida, yaitu persilangan dengan dua sifat beda. Berasal dari kata di yang berarti dua dan hibrida yang berarti sifat beda. Bentuk persilangan ini dikenal dalam Hukum Mendel II, Hukum Assortasi.
Hibrid adalah turunan dari suatu persilangan antara dua individu yang secara genetik berbeda. Arti hibrid semacam itu juga dikemukakan oleh Gardner. Hibrid dapat dibedakan menjadi monohibrid, dihibrid, trihibrid dan bahkan polihibrid tergantung pada jumlah sifat yang diperhatikan pada persilangan itu (Corebima, 1997).
Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi “independent assortment of genes”. Atau pengelompokan gen secara bebas. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub ketika meiosis. Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Mendel menggunakan kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua sifat beda, yaitu soal bentuk dan warna biji. B untuk biji bulat, b untuk biji kisut, K untuk warna kuning dan k untuk warna hijau. Jika tanaman ercis biji bulat kuning homozygote (BBKK) disilangkan dengan biji kisut hijau (bbkk), maka semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Apabila tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk kembali, maka tanaman ini akan membentuk empat macam gamet baik jantan ataupun betina masing-masing dengan kombinasi BK, Bk,Bk, bk. Akibatnya turunan F2 dihasilkan 16 kombinasi.yang terdiri dari empat macam fenotip, yaitu 9/16 bulat kuning, 3/16 bulat hijau, 3/16 kisut kuning dan 1/16 kisut hijau. Dua diantara fenotip itu serupa dengan induknya semula dan dua lainnya merupakan fariasi baru. (Erik,
            Dalam percobaan ini Fenotip dan Genotif diwakili oleh warna karton yang digunakan, yaitu :
-          4 buah kancing merah kuning (Rb) untuk sifat bunga merah, buah oval.
-          4 buah kancing merah biru (RB) untuk sifat Bunga merah, buah Bulat.
-          4 buah kancing putih biru (rB) untuk sifat Bunga putih buah bulat.
-          4 buah kancing putih kuning (rb) untuk sifat bunga putih buah oval.
Masing-masing dua dari setiap kancing dimasukkan kedalam kantong baju kanan dan kiri. Kantong disini berperan sebagai kelamin parental, kelamin jantan dan betina.
Faktor (alele) yang mengatur karakter yang berbeda (dua atau lebih sifat yang dikenal) memisah secara bebas ketika terbentuk gamet. Apabila dua pasang gen yang tidak bertaut terdapat dalam hibrida, nisbah fenotipe pada F2 adalah 9:3:3:1. uji silang tanaman dihibrida menghasilkan nisbah 1:1:1:1;. Makin banyak jumlah gen (pasangan alele) makin banyak jumlah kelas fenotipe dan genotipe pada F2. Metode garis cabang dalam analisa genetik menyederhanakan penentuan kelas-kelas fenotipe dan genotipe. Huruf digunakan untuk menyatakan sifat genetik tetapi simbol + dapat untuk menggantikan alele dominan atau digunakan dalam kombinasinya dengan alele resesif, terutama pada Drosophila (Crowder L.V, 1990).
Dalam persilangan dihibrid terjadi pemisahan alel secara bebas. Dan dalam percobaan ini alel memisah secara bebas diimitasikan dengan pengambilan secara acak dari masing-masing kantong. Alel dominan adalah alel kancing merah terhadap putih (R terhadap r), alel bulat terhadap oval (B terhadap b). Hal ini berarti tidak ada alel yang intermediet. Perbandingan fenotif yang diharapkan seharusnya adalah 9 : 3 : 3 : 1 untuk Merah Bulat : Merah Oval : Putih Bulat : Putih Oval.
Bagaimana bila kita memasukkan sifat kedua kacang kapri, yaitu bentuk biji bulat (dominan, genotipe WW) dan keriput (resesif, genotipe ww dari wrinkle).  Karena pada kapri kedua sifat tersebut diatur oleh gen berkedominanan penuh, maka berlaku rumus dihibrid (n=2, untuk sifat warna biji dan bentuk biji) yaitu (3+1)2 =    32 + 2 (3) + 1 yang terkenal dengan nisbah fenotipe 9:3:3:1.  Nisbah ini diuraikan sebagai 9 (sifat I dominan, sifat II dominan) : 3 (I dominan, II resesif) : 3 (I resesif, II dominan) : 1 (I resesif, II resesif).  Pada kedua sifat biji kapri tersebut, nisbah tersebut menjadi 9 kuning, bulat : 3 kuning, keriput : 3 hijau, bulat : 1 hijau, keriput.  Dengan tiga sifat berbeda dominan penuh, untuk tipe batang menjalar (dominan, genotipe DD) dan tipe semak (resesif, genotipe dd dari dwarf) yaitu (3+1)n nisbah tersebut menjadi 33 + 3(3)2 + 3(3) + 1 jadi nisbah fenotipenya 27:9:9:9:3:3:3:1 yaitu, 27 (sifat I,II,II dominan) : 9 (I dan II dominan, III resesif) : 9 (I dan III dominan, II resesif) : 9 (II dan III dominan, I resesif) : 3 (I dominan, II dan III resesif) : 3 (II dominan, I dan III resesif) : 3 (III dominan, I dan II resesif) : 1 (I, II dan III resesif) (Ardian, 2008).
Perbandingan (Rasio) fenotif hasil imitasi persilangan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
Data Kelas
Merah Bulat : Merah Oval : Putih Bulat : Putih Oval =  2969 : 1008 : 1049 : 350
Data Kelompok
Merah Bulat : Merah Oval : Putih Bulat : Putih Oval =  216 : 60 : 70 : 38

Dengan demikian dapat kita sederhanakan menjadi seperti di bawah ini :
Data Kelas
Merah Bulat : Merah Oval : Putih Bulat : Putih Oval =  8.48 : 2.88 : 3 : 1
                                                                                     = 9 : 3 : 3 : 1
Data Kelompok
Merah Bulat : Merah Oval : Putih Bulat : Putih Oval = 5.68 : 1.58 : 1.84 : 1
                                                                                     = 6 : 2 : 2 : 1
Perbandingan untuk data kelas sudah benar dan menunjukkan perbandingan seperti yang sebenarnya yaitu 9 : 3 : 3 : 1. sedangkan untuk data kelompok data menunjukkan penyimpangan yang agak jauh, yaitu 6 : 2 : 2 : 1.
            Dari hasil praktikum perkawinan Dihibrid dominansi penuh diatas dapat dilihat pada tabel bahwa bahwa X2 lebih besar daripada 7,815 yaitu signifikan atau dianggap tidak baik. Dari rumus diperoleh X2 = 10.23 dan derajat bebasnya 3. Penyimpangan dapat juga dilihat dari perbandingan yang yang tidak sesuai dengan perbandingan yang diharapkan.
Kesalahan yang mungkin terjadi adalah :
-          Karena kesalahan perhitungan saat pengambilan kancing
-          Kesalahan saat penjumlahan turus hitung
-          Kesalahan dan mengacak kancing




1 komentar:

Anonim mengatakan...

maaf bisa ditampilkan daftar pustakanya?????terimakasih

Pengikut