Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Rabu, 22 Desember 2010

Tekanan Darah (Desakan Darah Manusia)


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Arteri adalah pembuluh darah yang membawa darah dari jantung yang memompa ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat darah dialirkan itu disebut tekanan darah. Dengan adanya tekanan ini, aliran darah akan lancar. Tekanan darah dibagi menjadi dua, yaitu sistolik dan diastolik. Sistolik adalah tekanan dalam arteri yang terjadi saat dipompanya darah dari jantung ke seluruh tubuh. Adapun diastolik yaitu sisa tekanan dalam arteri saat jantung beristirahat. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah dari pada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh posisi tubuh, suhu dan aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat (Pearce, 2002).
Tekanan darah biasanya diukur dengan alat portable kecil yang disebut manset tekanan darah (sphygmomanometer), (Sphygmo dalam bahasa Yunani untuk pulse, dan manometer mengukur tekanan). Manset tekanan darah yang terdiri dari sebuah pompa angin, sebuah alat pengukur tekanan, dan manset karet. Instrumen yang mengukur tekanan darah di unit bernama millimeters of mercury (mm Hg) (Guyton, 1997).
Karena itulah dilakukan praktikum ini dimana tujuannya adalah untuk mempelajari cara penggunaan Sphygmomanometer sebagai alat pengukur desakan darah arteriol serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi desakan darah khususnya pada manusia.

 Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi dalam praktikum ini adalah bagaimana mempelajari cara penggunaan Sphygmomanometer sebagai alat pengukur desakan darah arterial dan bagaimana mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi desakan darah.

Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari cara penggunaan Sphygmomanometer sebagai alat pengukur desakan darah arteriol dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi desakan darah.

METODOLOGI

Alat dan Bahan
·                     Alat
Peralatan yang dibutuhkan dalam praktikum ini antara lain yaitu Sphygmo-manometer, stetoskop, dan timbangan badan.

·                     Bahan
Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah air es dengan suhu ± 5˚C.

Cara Kerja
·                     Posisi Tubuh Terlentang
Lengan kiri seorang probandus yang tidur terlentang di bebat tangannya, kemudian diisikan udara ke dalam pembebat itu sehingga air raksa menunjukkan pada angka ±170 mm Hg, sebelum dilakukan pengisian udara sebaiknya dicari lebih dulu posisi darah arteri (arteria branchialis) yang berdekatan dengan bagian lengan yang dibebat lalu diletakkan stetoskopnya. Sebelum dipompakan melalui stetoskop terdengar denyut nadi, dengan penuhnya udara maka bunyi itu semakin melemah dan menghilang. Pada waktu bunyi mulai melemah, dicatat berapa tinggi permukaan air raksa dan pengisian udara dilanjutkan. Kemudian udara dikeluarkan kembali, sambil didengarkan melalui stetoskop dan pada waktu denyut nadi terdengar pertama kali, dicatat tinggi air raksanya. Pengosongan dilanjutkan terus, sehingga bunyi melemah dan permukaan air raksa dicatat tingginya dan pada saat bunyi menghilang sama sekali, diulangi hingga tiga kali per satu probandus dan dicatat rata-ratanya.

·                     Posisi Tubuh Berdiri Tegak
Probandus dalam keadaan berdiri, diukur tekanan darah seperti yang dilakukan pada pengukuran di posisi terlentang.

·                     Pengaruh Latihan
Probandus melakukan latihan atau olah raga berupa lari-lari kecil selama 5 menit kemudian diukur tekanan darah dalam keadaan terlentang, pengukuran dilakukan seperti percobaan sebelumnya.

·                      Pengaruh Suhu Dingin
Tangan probandus dicelupkan ke dalam wadah berisi air dingin selama 2 menit, kemudian tekanan darah diukur dalam keadaan terlentang.





HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Pengamatan
·                     Denyut Nadi

Keterangan
Mahmud
(per 1 menit)
Meirina
(per 1 menit)
Atik
(per 1 menit)
Terlentang
85
67
72
Berdiri tegak
102
69
83
Latihan
136
88
96
Suhu Dingin
90
63
74

·                     Tekanan / Desakan Darah

Keterangan
Mahmud (mmHg)
Meirina
(mmHg)
Atik
(mmHg)
Terlentang
120/80
120/70
115/60
Berdiri tegak
110/80
120/80
120/55
Latihan
120/65
120/80
120/65
Suhu Dingin
120/85
120/50
120/70
Data sekunder
(Berat Badan)
51 kg
41 kg
49 kg

Pembahasan

Praktikum kali ini adalah mengenai desakan darah manusia. Praktikum desakan darah bertujuan untuk mempelajari cara penggunaan Sphygmomanometer sebagai alat pengukur desakan darah arterial dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi desa-kan darah. Sebelum semua perlakuan dimulai dipilih tiga orang probandus yaitu satu laki-laki dan dua perempuan dimana masing-masing probandus memiliki berat badan yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk membuktikan apakah berat badan mempengaruhi tekanan darah seseorang. Selain itu, dapat diperkirakan banyaknya lemak pada tubuh dimana lemak dapat menyebabkan tekanan darah lebih tinggi karena adanya penyempitan pembuluh darah. Sementara itu dipilihnya probandus laki-laki dan perempuan dikarenakan jenis kelamin turut mempengaruhi tekanan darah seseorang (Guyton, 1997).
Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi sesuai pembuluh darah terkait dan denyut jantung. Pada praktikum ini dilakukan pengukuran tekanan sistole dan diastole menggunakan Sphygmomanometer. Tekanan sistol merupakan tekanan darah memuncak pada saat jantung memompa (kontraksi) sedangkan tekanan diastole merupakan tekanan darah pada saat jantung tidak memompa (relaksasi). Pengukuran tekanan darah pada praktikum ini sendiri dilakukan dengan menggunakan metode auskultasi.
Metode auskultasi merupakan metode yang menggunakan suatu manset yang dapat dipompa dihubungkan pada manometer air raksa (sphygmomanomater) kemudian dililitkan di sekitar lengan dan stetoskop diletakkan di atas arteri brakialis pada siku, manset secara cepat dipompa sampai tekanan di dalamnya di atas tekanan sistolik yang diharapkan dalam arteri brakialis. Arteri diokulasi oleh manset, dan tidak ada suara terdengar oleh stetoskop. Kemudian tekanan dalam manset diturunkan secara perlahan-lahan. Pada titik tekanan sistolik tepat melampaui tekanan manset, semburan darah melewatinya pada tiap denyut jantung, dan secara bersama terdengar dengan tiap denyut, bunyi detakan didengar di bawah manset. Tekanan manset pada waktu bunyi pertama terdengar adalah tekanan sistolik. Dengan menurunnya tekanan, suara menjadi lebih keras kemudian tidak jelas dan menutupi, akhirnya pada kebanyakan individu menghilang. Bunyi tersebut adalah bunyi Korotroff (Ganong, 1998).
Bunyi Korotroff dihasilkan oleh arus turbulen dalam arteri brakialis. Semburan darah akan menimbulkan aliran turbulen di dalam pembuluh yang terletak di luar area manset, dan keadaan ini akan menimbulkan getaran yang terdengar melalui stetoskop yang dikenal dengan bunyi Korotroff. Arus laminar dalam arteri yang tidak berkonstriksi adalah tidak bersuara, tetapi apabila arteri menyempit, kecepatan aliran melalui konstriksi melampaui kecepatan kritis dan terjadilah arus turbulen (Ganong, 1998).
Sphygmomanometer merupakan suatu lembaran pengikat yang dapat digelembungkan yang terhubung dengan pengukur tekanan. Fungsinya adalah untuk mengukur tekanan darah dalam arteri. Lembaran pengikat itu dililitkan di sekitar lengan kiri atas. Digunakan lengan kiri karena letak arterinya dekat dengan jantung sehingga perhitungannya dapat mendekati kondisi jantung. Selain itu, pada lengan kiri terdapat arteri branchialis yang merupakan arteri terdekat dengan kulit sehingga dapat dirasakan denyutnya dengan stetoskop.
Selain itu, dilakukan pula penghitungan denyut nadi pada ketiga probandus selama satu menit dengan perlakuan awal yang sama seperti penghitungan tekanan darah dengan sphygmomanometer yaitu pada posisi terlentang, posisi berdiri tegak, setelah beraktivitas (latihan), serta pengaruh suhu dingin. Pembuluh nadi ini merupakan pembuluh arteri. Denyut nadi yang dihitung adalah nadi di pergelangan tangan yang merupakan pembuluh arteri radial.
Perhitungan denyut nadi ini dilakukan secara manual (langsung) dimana tujuannya adalah untuk membandingkan denyut nadi probandus dengan tekanan darah yang diukur dengan metode auskultasi. Denyut nadi ini seirama dengan detak jantung dimana detak jantung tersebut dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah seseorang. Karena itulah jumlah denyut nadi seseorang sama dengan detak jantungnya dimana pengukuran secara langsungnya dapat dilakukan pada pembuluh-pembuluh arteri yang paling dekat dengan organ tubuh dan disebut sebagai denyut nadi apical (Anonim, 2010).


Tabel 4.1. Denyut Nadi Manusia Pada Berbagai Tingkatan Usia

Kelompok Umur
Normal denyut nadi saat istirahat
Bayi umur 1 th
10-100 denyut per menit
Anak-anak (1-10 th)
60-140 denyut per menit
Anak-anak (11-17 th)
60-140 denyut per menit
Dewasa (> 18  th)
60-160 denyut per menit
(Anonim, 2010)
Posisi Tubuh Terlentang
Praktikum ini dilakukan dengan beberapa langkah. Langkah awal yaitu membebat lengan kiri seorang probandus yang tidur terlentang. Telah dikatakan sebelumnya nahwa penggunaan lengan kiri dikarenakan lengan kiri lebih dekat dengan jantung sehingga bunyi denyut jantungnya lebih terasa.
Setelah tangan kiri probandus dibebat, kemudian udara diisikan ke dalam pembebat tersebut sehingga air raksa menunjukkan angka 170 mmHg. Angka 170 mmHg dipilih karena dianggap melebihi tekanan sistol yang diharapkan dalam arteri brakialis dari seorang probandus. Tekanan sistol 170 mmHg merupakan tekanan darah tinggi (Hypertensi).
Sebelum dilakukan pengisian udara sebaiknya dicari lebih dahulu posisi darah arteri (arteri branchialis) yang berdekatan dengan bagian lengan yang dibebat. Dan disitulah kemudian diletakkan stetoskop. Sebelum udara dipompakan, melalui stetoskop terdengan denyut nadi. Namun dengan penuhnya udara maka bunyi itu semakin melemah dan menghilang. Pada waktu bunyi itu melemah, tinggi permukaan air raksa dicatat dan pengisian udara dilanjutkan. Kemudian udara dikeluarkan kembali sambil didengarkan melalui stetoskop dan pada waktu denyut nadi terdengar pertama kali, tinggi permukaan air raksa dicatat. Angka yang diperoleh merupakan besarnya tekanan darah sistol, yaitu tekanan darah memuncak pada saat jantung memompa (kontraksi).
Pengosongan udara dilanjutkan terus sehingga bunyi melemah dan kemudian menghilang. Pada saat bunyi menghilang, tinggi permukaan air raksa dicatat kembali. Angka yang diperoleh merupakan besarnya tekanan darah diastol, yaitu tekanan darah pada saat jantung tidak memompa (relaksasi).
Probandus dalam posisi tidur terlentang ini adalah kontrol perlakuan dimana berat badan merupakan factor yang mempengaruhi tekanan darah selain suhu, posisi tubuh, aktifitas, usia, dan sebagainya. Biasanya dalam posisi ini jantung memompa darah secara normal karena tidak ada aktivitas yang dilakukan oleh tubuh. Hal ini dibuktikan melalui hasil percobaan dimana setiap probandus dinyatakan memiliki tekanan darah normal. Tekanan darah Mahmud adalah 120/80, Meirina 120/70, dan Atik 115/65. hasil tekanan darah probandus Atik memang sedikit menyimpang dari literature, tetapi hasil tersebut masih dianggap normal karena penyimpangan angkanya tidak terlalu besar.
Untuk pengukuran denyut nadi, pada posisi terlentang ini semua probandus memperlihatkan kenormalan denyt nadi karena telah dituliskan sebelumnya bahwa denyut nadi permenit orang dewasa adalah 60-160 (tabel 4.1). denyut nadi Mahmud adalah 85, Meirina 67, dan Atik 72. Denyut nadi probandus Mahmud menunjukkan nilai tertinggi dimana hal ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan denyut nadi seseorang yaitu jenis kelamin. Jenis kelamin laki-laki pada umunya memiliki memiliki denyut nadi yang lebih tinggi dibandingkan wanita. Hal tersebut berkaitan pula dengan aktifitas laki-laki yang biasanya lebih tinggi dibandingkan wanita sehingga tekanan darah dan denyut nadinya lebih tinggi pula daripada wanita.

1.2.2 Posisi Tubuh Berdiri Tegak
Metode pengukuran tekanan darah dengan posisi berdiri tegak sama dengan posisi terlentang, namun pada waktu pengukurannya probandus dalam keadaan berdiri. Posisi berdiri tegak ini menyebabkan tekanan darah berubah akibat adanya gaya gravitasi dimana darah yang mengalir ke atas lebih sulit karena adanya tekanan ke bawah. Jantung akan memompa darah lebih keras sehingga aliran darah berjalan lebih cepat.
Campbell (2004) mengatakan bahwa otot yang berkontraksi (ketika berdiri tegak) akan memeras vena dimana kelepak-kelepak jaringan bertindak sebagai katub satu arah yang menjaga agar darah mengalir hanya menuju jantung. Hasil praktikum menunjukkan bahwa semua probandus memiliki tekanan darah normal. Selain hasil pengukuran melalui Sphygmomanometer, perhitungan manual denyut nadi probandus juga dinyatakan normal dimana jumlahnya tidak kurang dari 60 dan tidak lebih dari 160 (mahmud 102 per menit, Meirina 69 permenit, dan Atik 83 permenit).

Pengaruh Latihan
Metode pengukuran tekanan darah dengan melakukan latihan berat (lari-lari kecil/naik turun tangga selama ± 10 menit) hampir sama dengan percobaan sebelumnya, namun pengukurannya dilakukan setelah probandus melakukan latihan berat (lari).
Percobaan pengaruh latihan ini merupakan salah satu factor yang mempengaruhi besarnya tekanan darah sebab ketika manusia beraktivitas maka otot-otot akan saling berkontraksi. Dalam proses kontraksi, otot memerlukan suplai oksigen yang banyak uantuk memenuhi kebutuhan akan energi. Darah sebagai media yang bertujuan untuk menyuplai oksigen harus segera memenuhinya. Oleh karena itu, curah jantung akan ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan darah tersebut dan selanjutnya akan meningkatkan aliran darah (Anonim, 2009).
Perangsangan implus simpatis menyebabkan vasokonstriktor pembuluh darah pada tubuh kecuali pada otot yang aktif, terjadi vasodilatasi. Hal inilah yang menyebabkan tekanan darah akan meningkat setelah melakukan aktivitas fisik. Selain itu, sewaktu otot-otot itu berkontraksi, otot-otot tersebut menekan pembuluh darah di seluruh tubuh. Akibatnya terjadi pemindahan darah dari pembuluh perifer ke jantung dan paru. Dengan demikian akan meningkatkan curah jantung yang selanjutnya mening-katkan tekanan darah (Anonim, 2009).
Latihan fisik dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatis, yang dapat menimbulkan peningkatan tekanan arterial, sehingga juga meningkatkan denyut nadi dan tekanan darah (pengeluaran dan pengembalian darah ke jantung) (Anonim, 2009).
Peningkatan denyut nadi pada saat beraktivitas dibuktikan dengan hasil pengamatan dimana denyut nadi ketiga probandus meningkat dibandingkan perlakuan sebelumnya. Denyut nadi probandus Mahmud adalah 136 permenit, Meirina 88 permenit, dan Atik 96 permenit.

Pengaruh Suhu Dingin
Metode pengukuran tekanan darah dengan pengaruh suhu dingin hampir sama dengan percobaan sebelumnya, namun pengukurannya dilakukan setelah tangan probandus dimasukkan ke dalam air es selama ± 2 menit.
Percobaan pengukuran tekanan darah dengan pengaruh dingin ini juga untuk membuktikan bahwa suhu atau temperatur berpengaruh terhadap besarnya tekanan darah. Peningkatan temperatur akan sangat meningkatkan frekuensi denyut jantung, kadang-kadang dua kali dari frekuensi denyut normal. Penurunan temperatur sangat menurunkan frekuensi denyut jantung, sehingga turun sampai beberapa denyut per menit seperti pada seseorang yang mendekati kematian akibat hipotermia dalam kisaran 60˚-70˚F (15.5˚-21.2˚C). Penyebab pengaruh ini kemungkinan karena panas meningkatkan permeabilitas membran otot terhadap ion yang menghasilkan peningkatan proses perangsangan sendiri. Peningkatan frekuensi denyut jantung berakibat pada tekanan curah jantung, sehingga akan berpengaruh pada tekanan arteri (Guyton, 1997).
Hasil percobaan yang diperoleh dari praktikum ini terdapat perbedaan, yaitu tekanan darah dengan pengaruh dingin lebih tinggi atau sama dengan posisi terlentang yaitu probandus Mahmud (120/85 mmHg) dan Atik (120/70 mmHg). Namun pada probandus Meirina (120/50 mmHg) tekanan darah dengan pengaruh dingin lebih rendah dibandingkan dengan posisi terlentang.
Menurut teori, pengaruh dingin akan membuat tekanan darah menjadi relatif lebih rendah dibandingkan dengan tekanan darah dengan posisi terlentang. Namun pada percobaan ini terdapat hasil yang berbeda. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa factor, yaitu Sphygmomanometer mengalami kerusakan atau juga disebabkan oleh kurang telitinya praktikan dalam melakukan pengukuran besarnya tekanan darah sistol dan diastol. Selain itu, dapat pula disebabkan karena dingin yang diperoleh dari air es belum merata ke seluruh tubuh sehingga ketika diukur tekanan darahnya tidak mengalami perubahan yang signifikan.

Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik yang seseorang lakukan. Tekanan darah akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas, dan lebih rendah ketika beristirahat (Pearce, 2002).\
Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda-beda. Tekanan darah berada paling tinggi pada pagi hari dan paling rendah pada saat tidur di malam hari. Bila tekanan darah diketahui lebih tinggi dari biasanya secara berkelanjutan, orang itu dikatakan mengalami masalah darah tinggi. Penderita darah tinggi mesti sekurang-kurangnya mempunyai tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat (Pearce, 2002)

KESIMPULAN


Kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum desakan darah adalah bahwa desakan darah merupakan gaya yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan darah seseorang diketahui dengan melakukan pengukuran tekanan sistol dan diastole menggunakan Sphygmomanometer (metode Auskultasi). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tekanan darah dengan posisi tubuh berdiri relatif lebih rendah dibandingkan dengan posisi tubuh terlentang. Tekanan darah dengan pengaruh latihan berat lebih tinggi dibandingkan dengan posisi tubuh terlentang dan berdiri. Tekanan darah dengan pengaruh suhu dingin relatif lebih rendah dibandingkan dengan posisi tubuh terlentang (pada probandus Meirina), sedangkan pada probandus Mahmud dan Atik tekanan darah dengan pengaruh suhu dingin relatif lebih tinggi dibandingkan dengan posisi tubuh terlentang.


DAFTAR PUSTAKA

·                     Anonim. 2010. Normal Pulse Rate Untuk Manusia. http: //scumdoctor.com. Diakses pada tanggal 21 April 2010 Pukul 15.45 WIB.
·                     Anonim. 2009. Pengukuran Tekanan Darah. http://choybuccuq.blogspot. com/ 2009/02/pengukuran-tekanan-darah.html.www.google.com. Diakses pada tanggal 18 April 2010 pukul 19.30 WIB
·                     Anonim. 2008. Laporan Fisiologi Tekanan Darah. http://odhemila.blogspot. com/2008/12/laporan fisiologi tekanan darah-arteri. com. Diakses pada tanggal 18 April 2010 pukul 19.50 WIB
·                     Anonim.2008.Tekanan Darah. http://lindseylaff.blogspot. com Diakses pada tanggal 18 April 2010 pukul 20.45 WIB
·                     Campbell. 2004. Biologi Jilid 3. Erlangga : Jakarta.
·                     Ganong, William F. 1998. Fisiologi Kedokteran. EGC Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta
·                     Guyton, C.A.. 1997. Fisiologi Kedokteran. EGC Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta
·                     Irawan, Panji. 2008. Fisiologi Jantung. http://odhemila.blogspot.com/2008/12/fisiologi jantung.pdf. www. google.com. Diakses pada tanggal 8 Maret 2009
·                     Pearce, G. 2002. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Parameter. PT. Gramedia Pustaka Umum : Jakarta
·                     Perkins, S. 1998. Examination of The Blood and Bone Marrow. Lee GR Ed. Wintrobe’s Clinical Hematologi tenth edition; 10-18.
·                     Subagiyo, Edi. 2007. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Terpapar Tekanan Panas Pada Pekerja Bagian Moulding Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah Semarang Tahun 2007. UNNES: Semarang

Tidak ada komentar:

Pengikut