Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Jumat, 24 Desember 2010

PENGUKURAN RANAH AFEKTIF



Menurut Andersen (1980) ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan diri. Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan/atau reaksi psikologi. Metode laporan diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Namun hal ini menuntut kejujuran dalam mengungkap karakteristik afektif diri sendiri.

Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif
1. Spesifikasi instrumen
Ditinjau dari tujuannya ada lima macam instrumen pengukuran ranah afektif, yaitu instrumen (1) sikap, (2) minat,  (3) konsep diri, (4) nilai, dan (5) moral.

2.  Penulisan instrumen
Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Afektif

No
Indikator
Jumlah butir
Pertanyaan/Pernyataan
Skala
1




2




3





Penilaian ranah afektif peserta didik dilakukan dengan menggunakan instrumen penilaian afektif sebagai berikut.
a. Instrumen sikap
Definisi konseptual: Sikap merupakan kecenderungan merespon secara konsisten baik menyukai atau tidak menyukai  suatu objek. Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap suatu objek, misalnya kegiatan sekolah. Sikap bisa positif bisa negatif. Definisi operasional: sikap adalah perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek. Objek bisa berupa kegiatan atau mata pelajaran. Cara yang mudah untuk mengetahui sikap peserta didik adalah melalui kuesioner.
Pertanyaan tentang sikap meminta responden menunjukkan perasaan yang positif atau negatif terhadap suatu objek, atau suatu kebijakan. Kata-kata yang sering digunakan pada pertanyaan sikap menyatakan arah perasaan seseorang; menerima-menolak, menyenangi-tidak menyenangi, baik-buruk, diingini-tidak diingini.
Contoh indikator sikap terhadap mata pelajaran matematika misalnya.
§ Membaca buku  matematika
§ Mempelajari matematika
§ Mengerjakan tugas  matematika
Contoh pernyataan untuk kuesioner:
§ Saya senang membaca buku  matematika
§ Tidak semua orang harus belajar matematika
§ Saya tidak senang pada tugas pelajaran  matematika
§ Saya berusaha mengerjakan soal-soal matematika sebaik-baiknya

b.  Instrumen minat
Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat peserta didik terhadap suatu mata pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran tersebut. Definisi konseptual: Minat adalah keinginan yang tersusun melalui pengalaman yang mendorong individu mencari objek, aktivitas, konsep, dan keterampilan untuk tujuan mendapatkan perhatian atau penguasaan. Definisi operasional: Minat adalah keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu objek.
Contoh indikator minat terhadap pelajaran matematika:
§ Memiliki catatan pelajaran matematika.
§ Berusaha memahami matematika 
§ Memiliki buku matematika
Contoh pernyataan untuk kuesioner:
·   Catatan pelajaran matematika saya lengkap
·   Catatan pelajaran matematika saya terdapat coretan-coretan tentang hal-hal yang penting
·   Saya berusaha memahami mata pelajaran matematika
·   Saya senang mengerjakan soal matematika.

c.  Instrumen konsep diri
Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Informasi kekuatan dan kelemahan peserta didik digunakan untuk menentukan program yang sebaiknya ditempuh oleh peserta didik.
Definisi konsep: konsep diri merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri yang menyangkut keunggulan dan kelemahannya. Definisi operasional konsep diri adalah pernyataan tentang kemampuan diri sendiri yang menyangkut mata pelajaran.
Contoh indikator konsep diri:
§ Memilih mata pelajaran yang mudah dipahami
§ Menunjukkan mata pelajaran yang dirasa sulit
§ Mengukur kekuatan dan kelemahan fisik
Contoh pernyataan untuk instrumen:
§ Saya sulit mengikuti pelajaran matematika
§ Saya mudah memahami bahasa Inggris
§ Saya merasa sulit mengikuti pelajaran fisika
§ Saya perlu waktu yang lama untuk memahami pelajaran fisika.

d.  Instrumen nilai
Nilai merupakan konsep penting dalam pembentukan kompetensi peserta didik. Kegiatan yang disenangi peserta didik di sekolah dipengaruhi oleh nilai (value) peserta didik terhadap kegiatan tersebut. Misalnya, ada peserta didik yang menyukai pelajaran keterampilan dan ada yang tidak, ada yang menyukai pelajaran seni tari dan ada yang tidak. Semua ini dipengaruhi oleh nilai peserta didik, yaitu yang berkaitan dengan penilaian baik dan buruk.
Definisi konseptual: Nilai adalah keyakinan terhadap suatu pendapat, kegiatan, atau objek. Definisi operasional nilai adalah keyakinan seseorang tentang keadaan suatu objek atau kegiatan. Misalnya keyakinan akan kemampuan peserta didik dan kinerja guru. Kemungkinan ada yang berkeyakinan bahwa prestasi peserta didik sulit ditingkatkan atau ada yang berkeyakinan bahwa guru sulit  melakukan perubahan.
Instrumen nilai bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan individu. Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang  positif dan  yang  negatif. Hal-hal yang positif ditingkatkan sedang yang negatif dikurangi dan akhirnya dihilangkan.
Contoh indikator nilai adalah:
§ Memiliki keyakinan akan peran sekolah
§ Menyakini keberhasilan peserta didik
§ Menunjukkan keyakinan atas kemampuan guru.
Contoh pernyataan untuk kuesioner tentang nilai peserta didik:
·   Saya berkeyakinan bahwa prestasi belajar peserta didik sulit untuk ditingkatkan.
·   Saya berkeyakinan bahwa kinerja pendidik sudah maksimal.
·   Saya berkeyakinan bahwa peserta didik yang ikut bimbingan tes cenderung akan diterima di perguruan tinggi.
·   Saya berkeyakinan bahwa hasil yang dicapai peserta didik adalah  atas usahanya.

e.  Instrumen Moral
Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui moral peserta didik. Contoh indikator moral sesuai dengan definisi tersebut adalah:
§ Memegang janji
§ Memiliki kepedulian terhadap orang lain
§ Menunjukkan komitmen terhadap tugas-tugas
§ Memiliki Kejujuran

Contoh pernyataan untuk instrumen moral
·   Bila saya berjanji pada teman, tidak harus menepati.
·   Bila berjanji kepada orang yang lebih tua, saya berusaha menepatinya.
·   Bila berjanji pada anak kecil, saya tidak harus menepatinya.
·   Bila ada orang lain yang menghadapi kesulitan, saya berusaha membantu.
·   Kesulitan orang lain merupakan tanggung jawabnya sendiri.
·   Bila bertemu teman, saya selalu menyapanya walau ia tidak melihat saya.
·   Bila bertemu guru, saya selalu memberikan salam, walau ia tidak melihat saya.
·   Saya selalu bercerita hal yang menyenangkan teman, walau tidak seluruhnya benar.

3.  Skala Instrumen Penilaian Afektif
Skala yang sering digunakan dalam instrumen penelilaian afektif adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.

Contoh Skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran sejarah


7
6
5
4
3
2
1
1.        Saya senang belajar Sejarah







2.        Pelajaran sejarah bermanfaat







3.        Saya berusaha hadir tiap ada jam pelajaran sejarah







4.        Saya berusaha memiliki buku pelajaran Sejarah







5.        Pelajaran sejarah membosankan







Dst








Contoh skala Likert: Sikap terhadap pelajaran matematika

1
Pelajaran matematika bermanfaat
SS
S
TS
STS
2
Pelajaran matematika sulit                  
SS
S
TS
STS
3
Tidak semua harus belajar matematika
SS
S
TS
STS
4
Pelajaran matematika harus dibuat mudah
SS
S
TS
STS
5
Sekolah saya menyenangkan    
SS
S
TS
STS
Keterangan:
SS        : Sangat setuju
S          : Setuju
TS       : Tidak setuju
STS     : Sangat tidak setuju

Contoh skala beda Semantik:
Pelajaran ekonomi


a
B
C
d
e
f
g

Menyenangkan







Membosankan
Sulit







Mudah
Bermanfaat







Sia-sia
Menantang







Menjemukan
Banyak







Sedikit

4. Sistem penskoran
                Sistem penskoran yang digunakan tergantung pada skala pengukuran. Apabila digunakan skala Thurstone, maka skor tertinggi untuk tiap butir  7 dan skor terendah 1. Demikian pula untuk instrumen dengan skala beda semantik, tertinggi 7 terendah 1. Untuk skala Likert, pada awalnya skor tertinggi tiap butir 5 dan terendah 1. Dalam pengukuran sering terjadi kecenderungan responden memilih jawaban pada katergori tiga 3 (tiga) untuk skala Likert. Untuk menghindari hal tersebut skala Likert dimodifikasi dengan hanya menggunakan 4 (empat) pilihan, agar jelas sikap atau minat responden.
Skor perolehan perlu dianalisis untuk tingkat peserta didik dan tingkat  kelas, yaitu dengan mencari rerata (mean) dan simpangan baku skor. Selanjutnya ditafsirkan hasilnya untuk mengetahui minat masing-masing peserta didik dan minat kelas terhadap suatu mata pelajaran.

5.  Telaah instrumen
Kegiatan pada telaah instrumen adalah menelaah apakah: a) butir pertanyaan/pernyataan sesuai dengan indikator, b) bahasa yang digunakan komunikatif dan menggunakan tata bahasa yang benar, c)  butir peranyaaan/pernyataan tidak bias, d) format instrumen menarik untuk dibaca, e) pedoman menjawab atau mengisi instrumen jelas, dan f)  jumlah butir dan/atau panjang kalimat pertanyaan/pernyataan sudah tepat sehingga tidak menjemukan untuk dibaca/dijawab.
Telaah bisa dilakukan oleh teman sejawat bila yang diinginkan adalah masukan tentang bahasa dan format instrumen. Bahasa yang digunakan adalah yang sesuai dengan tingkat pendidikan responden. 
Lama pengisian instrumen sebaiknya tidak lebih dari 30 menit. Langkah pertama dalam menulis suatu pertanyaan/pernyataan adalah informasi apa yang ingin diperoleh, struktur pertanyaan, dan pemilihan kata-kata.  Pertanyaan yang diajukan jangan sampai bias, yaitu mengarahkan jawaban responden pada arah tertentu, positif atau negatif.

6.  Merakit instrumen
Setelah instrumen diperbaiki selanjutnya instrumen dirakit, yaitu menentukan format tata letak instrumen dan urutan pertanyaan/pernyataan. Format instrumen harus dibuat menarik dan tidak terlalu panjang, sehingga responden tertarik untuk membaca dan mengisinya. Setiap sepuluh pertanyaan sebaiknya dipisahkan dengan cara memberi spasi yang lebih, atau diberi batasan garis empat persegi panjang. Urutkan pertanyaan/pernyataan sesuai dengan tingkat kemudahan dalam menjawab atau mengisinya.
 
7.  Ujicoba instrumen
Pada saat ujicoba yang perlu dicatat adalah saran-saran dari responden atas kejelasan pedoman pengisian instrumen, kejelasan kalimat yang digunakan, dan waktu yang diperlukan untuk mengisi instrumen. Waktu yang digunakan disarankan bukan waktu saat responden sudah lelah. Selain itu sebaiknya responden juga diberi minuman agar tidak lelah. Perlu diingat bahwa pengisian instrumen penilaian afektif bukan merupakan tes, sehingga walau ada batasan waktu  namun tidak terlalu  ketat.
Agar responden mengisi instrumen dengan akurat sesuai harapan, maka sebaiknya instrumen dirancang sedemikian rupa sehingga waktu yang diperlukan mengisi instrumen tidak terlalu lama.

8.  Analisis hasil ujicoba
Analisis hasil ujicoba meliputi variasi jawaban tiap butir pertanyaan/pernyataan. Jika menggunakan skala instrumen 1 sampai 7, dan jawaban responden bervariasi dari 1 sampai 7, maka butir pertanyaan/pernyataan pada instrumen ini dapat dikatakan baik. Namun apabila jawabannya hanya pada satu pilihan jawaban saja, misalnya pada pilihan nomor 3, maka butir instrumen ini tergolong tidak baik. Indikator yang digunakan adalah besarnya daya beda. Bila daya beda butir instrumen lebih dari 0,30,   butir instrumen tergolong baik.
Indikator lain yang diperhatikan adalah indeks keandalan yang dikenal dengan indeks reliabilitas. Batas indeks reliabilitas minimal 0,70. Bila indeks ini lebih kecil dari 0,70, kesalahan pengukuran akan melebihi batas. Oleh karena itu diusahakan agar indeks keandalan instrumen minimal 0,70.

9.  Perbaikan instrumen
Perbaikan dilakukan terhadap butir-butir pertanyaan/pernyataan yang tidak baik, berdasarkan analisis hasil ujicoba.

10.  Pelaksanaan pengukuran
Pelaksanaan pengukuran perlu memperhatikan waktu dan ruangan yang digunakan. Waktu pelaksanaan bukan pada waktu responden sudah lelah. Ruang untuk mengisi instrumen harus memiliki cahaya (penerangan) yang cukup dan sirkulasi udara yang baik. Tempat duduk juga diatur agar responden tidak terganggu satu sama lain. Diusahakan agar responden tidak saling bertanya pada responden yang lain agar jawaban kuesioner tidak sama atau homogen.

11.  Penafsiran hasil pengukuran
Hasil pengukuran berupa skor atau angka. Untuk menafsirkan hasil pengukuran diperlukan suatu kriteria. Kriteria yang digunakan tergantung pada skala dan jumlah butir pertanyaan/pernyataan yang digunakan. Misalkan digunakan skala Likert yang berisi 10 butir pertanyaan/pernyataan dengan 4 (empat) pilihan untuk mengukur sikap peserta didik. Skor untuk butir pertanyaan/pernyataan yang sifatnya positif:

Sangat setuju - Setuju -  Tidak setuju - Sangat tidak setuju.
              (4)                        (3)                      (2)                           (1)

Sebaliknya untuk pertanyaan/pernyataan yang bersifat negatif

Sangat setuju - Setuju -  Tidak setuju - Sangat tidak setuju.
              (1)                        (2)                      (3)                           (4)

Skor tertinggi untuk instrumen tersebut adalah 10 butir x 4 = 40, dan skor terendah 10 butir x 1 = 10. Skor ini dikualifikasikan misalnya menjadi  empat kategori sikap atau minat, yaitu sangat tinggi (sangat baik), tinggi (baik), rendah (kurang), dan sangat rendah (sangat kurang). Berdasarkan kategori ini dapat ditentukan minat atau sikap peserta didik. Selanjutnya dapat dicari sikap dan minat kelas terhadap mata pelajaran tertentu.

Tabel 2. Kategorisasi sikap atau minat peserta didik untuk 10 butir pernyataan, dengan rentang skor 10–40.

No.
Skor peserta didik
Kategori Sikap atau Minat
1.
Lebih besar dari 35  
Sangat tinggi/Sangat baik
2.
28  sampai  35  
Tinggi/Baik
3.
20  sampai  27    
Rendah/Kurang
4.
Kurang dari 20
Sangat rendah/Sangat kurang

Keterangan Tabel 2:
1.        Skor batas bawah kategori sangat tinggi atau sangat baik adalah: 0,80 x 40 = 36, dan batas atasnya 40.
2.        Skor batas bawah pada kategori tinggi atau baik adalah:  0,70 x 40 = 28, dan  skor batas atasnya adalah 35.
3.        Skor batas bawah pada kategori rendah atau kurang adalah: 0,50 x 40 = 20, dan  skor batas atasnya adalah 27.
4.        Skor yang tergolong pada kategori sangat rendah atau sangat kurang adalah kurang dari 20.
Tabel  3    Kategorisasi  sikap  atau minat kelas

No.
Skor rata-rata kelas
Kategori Sikap atau Minat
1.
Lebih besar dari 35  
Sangat tinggi/Sangat baik
2.
28  sampai  35  
Tinggi/Baik
3.
20  sampai  27    
Rendah/Kurang
4.
Kurang dari 20
Sangat rendah/Sangat kurang

Keterangan:
1.       Rata-rata skor kelas: jumlah skor semua peserta didik dibagi jumlah peserta didik di kelas ybs.
2.       Skor batas bawah kategori sangat tinggi atau sangat baik adalah: 0,80 x 40 = 36, dan batas atasnya 40.
3.       Skor batas bawah pada kategori tinggi atau baik adalah:  0,70 x 40 = 28, dan  skor batas atasnya adalah 35.
4.       Skor batas bawah pada kategori rendah atau kurang adalah: 0,50 x 40 = 20, dan  skor batas atasnya adalah 27.
5.       Skor yang tergolong pada kategori sangat rendah atau sangat kurang adalah kurang dari 20.

Pada Tabel 2 dapat diketahui minat atau sikap tiap peserta didik  terhadap tiap mata pelajaran. Bila sikap peserta didik tergolong rendah,  maka peserta didik harus berusaha meningkatkan sikap dan minatnya dengan bimbingan pendidik. Sedang bila sikap atau minat peserta didik tergolong tinggi, peserta didik harus berusaha mempertahankannya.       
Tabel 3 menujukkan minat atau sikap kelas terhadap suatu mata pelajaran. Dalam pengukuran sikap atau minat kelas diperlukan informasi tentang minat atau sikap setiap peserta didik terhadap suatu objek, seperti mata pelajaran. Hasil pengukuran minat kelas untuk semua mata pelajaran berguna untuk membuat profil minat kelas. Jadi satuan pendidikan akan memiliki peta minat kelas dan selanjutnya dikaitkan dengan profil prestasi belajar. Umumnya peserta didik yang berminat pada mata pelajaran tertentu prestasi belajarnya untuk mata pelajaran tersebut baik.

C.  Observasi
Penilaian ranah afektif peserta didik selain menggunakan kuesioner juga bisa dilakukan melalui observasi atau pengamatan. Prosedurnya sama, yaitu dimulai dengan penentuan definisi konseptual dan definisi operasional. Definisi konseptual kemudian diturunkan menjadi sejumlah indikator. Indikator ini menjadi isi pedoman observasi. Misalnya indikator peserta didik berminat pada mata pelajaran matematika adalah kehadiran di kelas, kerajinan dalam mengerjakan tugas-tugas, banyaknya bertanya, kerapihan dan kelengkapan catatan. Hasil observasi akan melengkapi informasi dari hasil kuesioner. Dengan demikian informasi yang diperoleh akan lebih akurat, sehingga kebijakan yang  ditempuh akan lebih tepat.

Tidak ada komentar:

Pengikut