NAMA : WESLIE RANTETAMPANG
NIM : K21107002
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN : A. REZA PABENTENG
I.1. Latar Belakang
Untuk keperluan hidupnya, semua makhluk hidup memerlukan bahan makanan. Bahan makanan ini diperlukan untuk sintesis bahan sel dan untuk mendapatkan energi. Demikian juga dengan mikroorganisme, untuk kehidupannya membutuhkan bahan-bahan organik dan anorganik dari lingkungannya. Bahan-bahan tersebut disebut dengan nutrient (zat gizi), sedang proses penyerapanya disebut proses nutrisi (Anonim, 2009)
Mikroorganisme sebagai makhluk hidup sama dengan organisme hidup lainnya sangat memerlukan energi dan bahan-bahan untuk membangun tubuhnya, seperti dalam sintesis protoplasma dan bagian-bagian sel lainnya. Bahan-bahan tersebut disebut nutrien. Untuk memanfaatkan bahan-bahan tersebut, maka sel melakukan suatu kegiatan-kegiatan, sehingga menyebabkan perubahan kimia di dalam selnya. Semua reaksi yang teratah yang berlangsung di dalam sel ini disebut metabolisme. Metabolisme yang melibatkan berbagai macam reaksi di dalam sel tersebut, hanya dapat berlangsung atas bantuan dari suatu senyawa organik yang disebut juga biokatalisator yang dinamakan enzim (Djide, 2006).
Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen. “Selain itu, secara umum nutrient dalam media pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis biologik oranisme baru (Jawetz, 2001).
Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media (Anonim, 2009).
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah untuk membuat media semi alamiah yaitu Tauge Ekstrak Agar (TEA), Nutrien Agar (NA), dan Potato Dextrose Agar (PDA). Selain itu, untuk melakukan kultivasi mikroorganisme, yang meliputi; isolasi mikroba, isolasi mikroorganisme dari substrat cair, dan mengisolasi bakteri dengan metode penuangan dan taburan.
I.3. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan hari Sabtu 07 Maret 2009 pada pukul 13.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mikroorganisme tersebar di alam dengan berbagai macam jenis dan sifat fisiologis yang beragam, dimana mikroorganisme tersebut mempunyai kebutuhan akan nutrien yang berbeda-beda pula. Namun demikian susunan kimia selnya hampir sama atau lebih sama, yaitu terdiri atas air yang merupakan bagian terbesar, yaitu 80-90%, sedangkan sisanya berupa komponen lainnya seperti protoplasma, dinding sel, membran sitoplasma, cadangan makanan (lemak, polisakarida, polifosfat, protein, dan lain-lain) yang berat keringnya kurang lebih 0-20% (Djide, 2006).
Apabila ditinjau dari segi susunan unsur-unsur kimia yang menyusunnya, maka dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Djide, 2006):
Unsur | % Berat Kering |
Karbon (C) Oksigan (O) Nitrogen (N) Hidrogen (H) Fosfor (P) Sulfur (S) Kalium (K) Natrium (Na) Kalsium (Ca) Magnesium (Mg) Klor (Cl) Besi (Fe) Lain-lain | 50 20 14 8 3 1 1 1 0,5 0,5 0,5 0,2 0, |
Nutrien bagi mikroorganisme mempunyai fungsi dan peranan yang khusus dan sangat penting. Fungsi dan peranan masing-masing unsur dapat dilihat pada tabel berikut ini (Djide, 2006):
Nutrien bagi mikroorganisme mempunyai fungsi dan peranan yang khusus dan sangat penting. Fungsi dan peranan masing-masing unsur dapat dilihat pada tabel berikut ini (Djide, 2006):
Unsur | Fungsi Fisiologis dan Peranannya |
Karbon (C) Oksigen (O) Hidrogen (H) Nitrogen (N) Fosfor (P) Sulfur (S) Kalium (K) Mangan (Mn) Magnesium (Mg) Kalsium (Ca) Besi (Fe) Kobalt (Co) Cu, Zn, Mo | Sebagai penyusun bahan-bahan organik sel Penyusun air sel, bahan-bahan organik sel, sebagai O2 aseptor elektron, dalam respirasi aerob Penyusun air sel, bahan-bahan organik sel Penyusun protein, asam nukleat, enzim/koenzim Penyusun asam nuklein, fosfolipida, koenzim-koenzim Penyusun protein-protein (asam amino sistein dan metionin), beberapa koenzim (koenzim A, karboksilase) Salah satu dari kation anorganik sel, kofaktor untuk beberapa enzim Kofaktor anorganik untuk beberapa enzim, kadang-kadang sebagai pengganti Mg Kation seluler, kofaktor anorganik untuk reaksi enzimatik Kation seluler, kofaktor untuk beberapa enzim Penyusun sitokrom dan protein hem atau nonhem, kofaktor sejumlah enzim Penyusun vitamin B12 dan derivat koenzimnya Unsur-unsur anorganik penyusun enzim-enzim tertentu |
Mikroorganisme dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat dan dapat pula yang hanya menggunakan bahan-bahan dalam bentuk cairan atau larutan. Mikroorganisme yang menggunakan makanannya dalam bentuk padat tergolong tipe holozoik. Mikroorganisme yang dapat menggunakan makanannya dalam bentuk cairan atau larutan disebut holofitik. Ada beberapa mikroorganisme yang dapat menggunakan makanannya dalam bentuk padatan, tetapi makanan tersebut sebelumnya harus dicerna, di luar sel dengan bantuan enzim ekstraseluler (Djide, 2006).
Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen. “Selain itu, secara umum nutrient dalam media pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis biologik oranisme baru (Jawetz, 2001).
Tiap sel harus mensintesis sendiri konstituen tubuhnya dari zat-zat sederhana yang ditemukan dalam lingkungannya. Kebanyakan dari zat-zat ini berupa makanan dalam bentuk suspensi atau larutan yang ditemukan dalam air laut, sungai, danau, air selokan (gorong), atau bahan-bahan organik lain yang mengalami penguraian, dan sebagainya. Sifat kimia dan fisika dari habitat ini menentukan jenis organisme yang dapat tumbuh atau hidup di lingkungan itu (Irianto, 2006).
Zat-zat tidak menghasilkan energi pada sel tetapi mutlak diperlukan untuk pertumbuhan dan untuk menjalankan fungsi sel diberi bermacam-macam nama seperti nutrilit esensial, faktor tumbuh, atau mikronutrien (Irianto, 2006).
Ada yang dikenal dengan mikronutrin anorganik. Beberapa unsur logam berat (Co, Mo, Cu, Zn) sangat dibutuhkam untuk kehidupan sel meskipun jumlah yang digunakan sangat sedikit. Kadang-kadang jumlah itu demikian kecilnya sehingga sukar dideteksi, atau bila ditemukan tidak mudah dapat dipastikan apakah zat itu bersifat fungsional atau hanya kotoran belaka. Ada pula yang dikenal dengan mikronutrin organik. Contoh yang baik adalah vitamin. Banyak bakteri yang tidak membutuhkannya, sedangkan ada pula yang hampir selalu memerlukannya seperti halnya manusia (Irianto, 2006).
Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba. Selain untuk menumbuhkan mikroba, medium dapat digunakan pula untuk osilasi, memperbnayak, pengujian sifat-sifat fisiologi, dan perhitungan mikroba (Dwyana, 2009).
BAB III
METEDOLOGI
III.1. Alat
III.1.1. Pembuatan Media Semi Alamiah
1. Tauge Esktrak Agar
Menggunakan neraca timbang, erlenmeyer, gelas kimia, corong, aluminium voil, cling wrap, pengaduk, kertas label dan inkobator.
2. Nutrien Agar
Menggunakan neraca timbang, erlenmeyer, pisau, corong, gelas kimia, aluminium voil, cling wrap, pengaduk, kertas label dan inkobator.
3. Potato Dextrose Agar
Menggunakan neraca timbang, erlenmeyer, pisau, corong, gelas kimia, aluminium voil, cling wrap, pengaduk, kertas label dan inkobator.
III.1.2. Kultivasi Mikroorganisme
1. Isolasi Mikroba di Sekitar Kita
Menggunakan cawan petri tidak steril 1 buah, cawan petri steril 3 buah, pembakar, enkas, pipet steril, dan inkubator.
2. Isolasi Mikroorganisme dari Substrat Cair
Menggunakan cawan petri steril, pipet steril, ose dan jarum inokulasi.
3. Isolasi dengan Cara Penuangan
Menggunakan cawan petri steril 1 buah, pembakar, enkas, jarum inokulasi dan inkubator.
4. Isolasi dengan Cara Taburan
Menggunakan cawan petri steril 1 buah, pembakar, enkas, jarum inokulasi dan inkubator.
III.2. Bahan
III.2.1. Pembuatan Media Semi Alamiah
1. Tauge Esktrak Agar
Menggunakan tauge 20 gram, sukrosa 12 gram, aquades 200 ml, dan agar 3 gram.
2. Nutrien Agar
Menggunakan daging segar 50 gram, aquades 100 ml, agar 1,5 gram dan peptone 0,5 gram
. 3. Potato Dextrose Agar
Menggunakan kentang 40 gram, aquades 100 ml, agar 1 gram, dextrose 1,5 gram.
III.2.2. Kultivasi Mikroorganisme
1. Isolasi Mikroba di Sekitar Kita
Menggunakan medium Tauge Ekstrak Agar (TEA) steril, kotoran gigi, beberapa helai rambut, dan alkohol 70%.
2. Isolasi Mikroorganisme dari Substrat Cair
Menggunakan medium NA steril dan bakteri E.coli.
3. Isolasi dengan Cara Penuangan
Menggunakan medium PDA steril dan bakteri E.coli.
4. Isolasi dengan Cara Taburan
Menggunakan medium PDA steril dan bakteri E.coli.
III.3. Cara Kerja
III.3.1. Pembuatan Media Semi Alamiah
1. Tauge Esktrak Agar
a. Menimbang tauge 20 gram, kemudian merebus tauge sampai mendidih (5-20 menit).
b. Menimbang sukrosa 12 gram dan agar 3 gram.
c. Memasukkan ekstrak tauge ke dalam Erlenmeyer, kemudian menambahkan aquades sampai volume 200 ml.
d. Memasukkan sukrosa (+ agar) ke dalam Erlenmeyer, memanaskan sambil diaduk sampai warnanya bening.
e. Menutup dengan aluminium voil, dan menyimpan di otoklaf untuk disterilkan.
2. Nutrien Agar
a. Menimbang daging sebanyak 50 gram, membersihkan dan memotong daging berbentuk dadu.
b. Menimbang pepton 0,5 gram dan agar 1,5 gram.
c. Memasukkan daging ke dalam gelas kimia yang telah diisi dengan aquades, memanaskan hingga mendidih di atas kompor.
d. Menyaring air daging tersebut ke dalam erlenmeyer 100 ml.
e. Menambahkan aquades hingga volume 100 ml.
f. Menambahkan pepton 0,5 gram dan agar 1,5 gram.
g. Memanaskan sambil diaduk sampai warnanya bening.
h. Menutup dengan aluminium voil, dan menyimpan di otoklaf untuk disterilkan.
3. Potato Dextrose Agar
a. Mengupas kentang kemudian memotong seperti dadu, ditimbang sebanyak 40 gram, lalu dibersihkan
b. Merebus kentang dengan aquades 100 ml sampai mendidih, kemudian menyaring dan mengembalikannya ke volume 100 ml.
c. menambahkan agar 1 gram dan dextrose 1,5 gram, lalu dipanaskan lagi sampai larut kemudian disterilisasi.
.III.3.2. Kultivasi Mikroorganisme
1. Isolasi Mikroba di Sekitar Kita
a. Menuangkan TEA ke dalam cawan petri tidak steril sebanyak 10 ml.
b. Menuangkan TEA ke dalam cawan petri steril sebanyak 10 ml.
c. Mengerik kotoran gigi dengan cara aseptis dan memasukkan ke dalam cawan petri steril, dan mengambil beberapa helai rambut dan memasukkan ke dalam cawan petri steril.
d. Menginkubasi semua cawan petri selama 24-48 jam. Mengamati perubahan yang terjadi.
2. Isolasi Mikroorganisme dari Substrat Cair
a. Memasukkan secara aseptic 0,1 ml biakan E.coli ke dalam Nutrien agar.
b. Meratakan biakan di atas permukaan medium dengan ose.
c. Menginokulasi dengan posisi terbalik 24-48 jam.
d. Mengamati koloni yang tumbuh.
3. Isolasi dengan Cara Penuangan
a. Mengambil dengan ose 1 ml E.coli dan memasukkan ke dalam cawan petri steril.
b. Menuangkan medium PDA yang telah dicairkan pada suhu 40-450C.
c. Menggoyangkan cawan dengan cara memutar 7 kali ke kiri dan 7 kali ke kanan untuk menyatukan larutannya.
d. Membiarkan memadat di dalam enkas.
e. Menginkubasi selama 24-48 jam dengan posisi terbalik pada suhu 370C.
4. Isolasi dengan Cara Taburan
a. Menuang medium PDA yang telah dicairkan (suhu 40-450C), membiarkan memadat.
b. Mengambil 0,1 ml E.coli, menaburkan dengan menggunakan swab/ose ke atas permukanaan medium PDA yang sudah memadat.
c. Meratakan secara keseluruhan permukaan media.
d. Menginkubasi selama 24 jam dengan posisi terbalik pada suhu 370C.
IV. 2 PEMBAHASAN
IV.2.1 Pembuatan Media Semi Alamiah
Tauge Ekstrak Agar (TEA)
Medium TEA digunakan untuk menumbuhkan jamur (khamir dan kapang). Medium TEA ini, berdasarkan konsistensinya termasuk dalam medium (solid medium) dan termasuk dalam medium semi alamiah karena tersusun dari bahan-bahan alamiah dan bahan sintetik. Serta termasuk dalam medium non-sintetik karena tersusun dari bahan-bahan organik dan susunan kimianya tidak dapat ditentukan secara pasti. Berdasarkan fungsinya, TEA termasuk medium penguji (assay medium), karena dapat digunakan untuk pengujian vitamin, asam-asam amino, dan lain-lain. Melalui medium ini dapat diamati bentuk-bentuk koloni dan bentuk pertumbuhan jamur. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat medium ini, antara lain:
- Tauge, berfungsi sebagai sumber energi dan bahan mineral bagi mikroba, pemberi vitamin E yang diperlukan oleh mikroba, juga sebagai sumber nitrogen.
- Sukrosa, sebagai sumber karbohidrat, sumber karbon organik, sebagai sumber energi bagi mikroba.
- Agar, sebagai bahan pemadat medium.
- Akuades, sebagai bahan pelarut untuk menghomogenkan larutan.
Nutrien Agar (NA)
Medium NA berdasarkan konsistensinya merupakan medium yang berbentuk padat (solid medium), karena dapat dipadatkan dengan adanya agar, yang dibuat miring atau tegak. Berdasarkan susunan kimianya, medium ini merupakan medium organik non-sintetik karena disusun dari bahan-bahan organik dan susunan kimianya belum ditentukan secara pasti.
Medium NA berfungsi untuk menumbuhkan mikroba atau bakteri pada permukaan sehingga mudah diisolasi dan diidentifikasi. Medium ini dapat dibuat dalam 2 jenis, yaitu NA miring dan NA tegak. NA miring digunakan untuk membiakkan mikroba sedangkan NA tegak digunakan untuk menstimulir pertumbuhan bakteri dalam kondisi kekurangan oksigen.
NA digolongkan pula medium umum sebab dapat digunakan untuk menumbuhkan beberapa jenis bakteri. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatannya adalah:
- Pepton, sebagai sumber utama nitrogen dan protein bagi mikroba.
- Beef ekstrak, sebagai sumber makanan, sumber karbon organik, nitrogen, vitamin, dan garam mineral sebagai tempat pertumbuhan mikroba.
- Agar, berfungsi sebagai pemadat medium.
- Akuades, sebagai bahan pelarut dan untuk menghomogenkan larutan.
Potato Dekstrose Agar (PDA)
Medium Potato Dextrose Agar (PDA) berfungsi untuk menumbuhkan kapang dan jamur. Berdasarkan susunan kimianya, medium ini termasuk medium alamiah non-sintetik, karena menggunakan bahan alamiah (kentang). Akan tetapi komposisi kimianya tidak diketahui secara pasti. Termasuk medium padat karena dalam pembuatannya menggunakan agar sebagai bahan pemadat. Berdasarkan fungsinya, medium PDA ini termasuk medium umum karena dapat digunakan untuk menumbuhkan satu atau lebih kelompok jamur. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan medium PDA adalah:
- Kentang, sebagai sumber karbon, karbohidrat dan nutrisi bagi mikroba.
- Dextrose sebagai sumber enegi dan sebagai sumber karbon.
- Agar, sebagai bahan pemadat medium.
- Akuades, sebagai bahan pelarut dalam pembuatan medium dan sebagai sumber O2.
IV.2.2 Kultivasi Mikroorganisme
1. Isolasi mikroba dari lingkungan sekitar
- Isolat dari sehelai rambut
Pertumbuhan mikroba pada rambut atau kulit kepala sangat mungkin terjadi. Paparan sinar matahari, debu, kotoran, dan polusi dapat menyebabkan pertumbuhan mikroba pada rambut. Salah satu contoh pertumbuhan mikroba pada rambut dan kulit kepala adalah timbulnya ketombe. Selain itu, faktor asupan gizi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba rambut. Asupan gizi yang seimbang dan senantiasa menjaga kebersihan tubuh (khususnya rambut), dapat mencegah timbulnya mikroba merugikan pada rambut. Mikroba pada rambut, selain menyebabkan kerusakan pada rambut, juga dapat menyebabkan kerontokan pada rambut.
- Isolat dari kotoran gigi
Pertumbuhan mikroba di dalam mulut dan gigi sangat mungkin terjadi karena kondisi mulut yang relative atau hangat dan pH mulut yang relative netral. Konstruksi gigi juga tersusun relative rapat, sehingga masih memungkinkan sisa-sisa makanan tertinggal di antara sela-sela gigi dan membusuk. Mikroba pada gigi ini dapat menyebabkan kerusakan pada gigi, sehingga jika tidak dibersihkan maka dapat menyebabkan gigi cepat rapuh dan rusak, atau penyakit rongga mulut seperti gingivatis.
- Isolat dari cawan petri yang tidak steril
Karena cawan petri tidak steril, maka banyak mikroba yang tumbuh pada media. Mikroba yang tumbuh tersebut antara lain bakteri dan jamur. Seperti yang diketahui bahwa wadah yang tidak steril atau kotor dapat menjadi tumbuhnya bakteri atau mikroba. Oleh karena itu, wadah harus selalu dibersihkan secara teratur setelah dipakai, untuk menghindari tumbuhnya mikroba yang tidak diinginkan.
2. Isolasi Mikroorganisme dari Substrat Cair
Pada praktikum isolasi mikroorganisme dari substrat cair, dilakukan suatu metode penggoresan. Dimana inokulum digoreskan di permukaan medium NA yang telah dituang pada cawan petri dan dibiarkan memadat. Akan tetapi karena terjadi kesalahan prosedur, maka jumlah koloni tidak dapat diamati. Dimana pada saat penggoresan, kami terlalu keras dalam menggores, sehingga mediumnya pun tergores hingga bagian dasar.
3. Isolasi dengan Cara Penuangan
Metode ini digunakan untuk mengencerkan mikroba yang tedapat pada contoh dan dapat dilakukan untuk mengisolasi mikroba dari dari contoh. Cara ini berbeda dengan metode goresan karena agar steril yang diinokulasikan masih dalam bentuk cair tetapi telah didinginkan sampai 45-47°C. Metode ini menggunakan medium PDA dengan bakteri yang digunakan adalah Eschericia coli . Berdasarkan dari hasil pengamatan yang diinkubasikan selama 2 hari pada suhu 37oC diperoleh cukup banyak jamur yang tumbuh disekitar permukaan cawan petri secara menyebar, sehingga pertumbuhan jamur itu tidak merata. Hal ini disebabkan karena pada saat mengisolasi medium tersebut tidak rata hanya digoyangkan 7 kali kekanan dan 7 kali kekiri sehingga pertumbuhan jamur tersebut menyebar tidak beraturan. Selain adanya jamur yang tumbuh pada cawan terdapat juga bakteri-bakteri kecil yang berbentuk coccus. Hal ini terjadi diakibatkan karena adanya kontaminasi dari udara luar dan kemungkinan besar cawan petri yang dicuci tidak terlalu steril.
4. Isolasi dengan Cara Taburan
Metode ini menggunakan medium PDA dan biakan Eschericia coli. Berdasarkan hasil pengamatan dengan masa inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37oC diperoleh hasil bahwa terdapat cukup banyak jamur yang tumbuh disekitar permukaan cawan petri secara merata. Kelebihan dari metode tabur adalah karena sel yang terletak di atas atau dalam perbenihan padat tidak dapat bergerak, maka tiap sel yang ditaruh pada atau dalam perbenihan padat akan tumbuh dan membentuk koloni yang terpisah. Selain itu, metode ini memiliki keuntungan, yaitu mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar secara merata pada bagian permukaan medium agar.
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh pada percoban ini berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan di atas adalah sebagi beikut:
1. Medium semi alamiah adalah medium yang tersusun atas bahan-bahan alamiah dan sintetis. Contohnya adalah Tauge Ekstrak Agar (TEA), Potato Dekstrose Agar (PDA), dan Nutrient Agar (NA).
2. Untuk isolasi dengan mikroorganisme di sekitar kita, dengan medium TEA yaitu:
a. Pada cawan yang tidak steril yang berisi medium TEA tumbuh 37 buah jamur, yang ditengah hifa jamur terdapat bagian yang berwarna hitam dan agak kuning, dan 68 koloni mikroba yang tidak diketahui jenisnya dan bentuknya coccus, dengan ukuran yang berbeda.
b. Pada cawan steril dengan kotoran gigi, tumbuh jamur yang sangat banyak dan tidak bisa untuk dihitung (TBUD), berwarna putih dan tersususn berderet-deret megikuti alur goresan, semakin ujung semakin sedikit jumlah koloni yang tumbuh.
c. Pada cawan steril dengan beberapa helai rambut, 53 koloni, berwarna putih, berbentuk coccus kecil, bercak-bercak, dan hampir tidak kelihatan.
3. Untuk isolasi mikroorganisme dari substrat cair, dimana dilakukan metode penggoresan, jumlah koloni yang terbentuk tidak dapat diamati karena kesalahan pada proses penggoresan.
4. Untuk isolasi penuangan diperoleh hasil cukup banyak Jumlah mikroba yang tumbuh sehingga tidak dihitung, berbentuk coccus, menyebar di seluruh ermukaan cawan dan koloni mikroba berwarna putih.
5. Untuk isolasi metode taburan, hasil yang diperoleh adalah cukup banyak jumlah mikroba yang tumbuh disekitar permukaan cawan petri yang tersebar secara merata.
V.2 SARAN
1. Sebaiknya kebersihan laboratorium ditingkatkan lagi.
2. Keramahan asisten tetap dipertahankan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Nutrisi Mikroba, Sebuah Esensi Dasar Untuk Kehidupan Mikroba. http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/31/nutrisi-mikroba-sebuah-esensi-dasar-untuk-kehidupan-mikroba/. Diakses pada tanggal 25 maret 2009.
Djide, M., dan Sartini. 2006. Mikrobiologi Farmasi Dasar. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Dwyana, Zaraswaty dan Nur Haedar. 2009. Penuntun praktikum Mikrobiologi Pangan. Jurusan Biologi. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Jawetz, dkk. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika, Surabaya.
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 1. CV. Yrama Widya, Bandung
1 komentar:
waah dapat dari mana laporan ini?
Posting Komentar