Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Rabu, 22 Desember 2010

Menggiurkan Tapi Membahayakan



Memancing ikan di kolam Universitas Jambi, sungguh kegiatan yang menarik, bukan? Dengan ikan (terutama ikan Nila) yang berukuran besar-besar dan terlihat sangat bersih dari penyakit. Namun, siapa sangka, ternyata pada ikan-ikan tersebut terdapat kandungan yang berbeda dengan ikan-ikan biasa yang sejenisnya (dugaan sementara).
Kolam ini selalu diramaikan oleh pengunjungnya (sebagian besar merupakan mahasiswa dan masyarakat umum). Biasanya mereka bertujuan untuk memancing, mencuci sepeda motor, atau hanya sekedar refreshing setelah penat dengan kesibukan aktivitas kuliah. Bahkan dulunya kolam ini juga digunakan untuk mandi dan acara-acara games. Hal itu karena dulu ekosistem kolam tersebut tidak tercemar seperti sekarang ini.
Fakta menarik yang pernah penulis saksikan seperti ini: ada sebuah kolam ikan Nila milik penduduk sekitar universitas, yaitu Bpk. Ishak, berukuran sekitar 4 m x 4 m. Pada suatu ketika, pemilik kolam mendapatkan ikan dari kolam Universitas Jambi. Ikan Nila itu terlihat sehat, sama seperti ikan Nila miliknya. Kemudian ia mencampurkan ikan yang ia dapat dengan ikan pada kolam miliknya. Selang beberapa hari setelah itu, ikan-ikan miliknya terserang penyakit yang sebelumnya tidak pernah demikian. Pada daerah kepala ikan, terutama dekat bagian mata terbentuk bintil-bintil besar. Melihat hal tersebut, pemilik kolam langsung membuang ikan yang ia dapat serta ikan-ikan miliknya yang sudah terserang penyakit. Anehnya, ikan yang berasal dari kolam Universitas Jambi itu tetap terlihat sehat. Apa sebenarnya penyebab hal itu? Variasi genetis kah?
Sampai saat ini belum ada pengkajian tentang kandungan ikan pada kolam Universitas Jambi tersebut. Jika memang kandungannya berbahaya, masyarakat harus diperingatkan. Jika dikarenakan oleh pencemaran, harus dilakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar pencemaran yang telah terjadi. Menurut Adnan (1978), kandungan logam berat dalam ikan erat kaitannya dengan pembuangan limbah industri di sekitar tempat hidup ikan tersebut.
Kolam ini terletak di dataran paling rendah di Universitas Jambi. Di kolam ini pula lah bermuaranya semua aliran air, baik dari atas tanah maupun dari dalam tanah sebagai air tanah. Ironisnya, letak laboratorium (terutama laboratorium PMIPA) tergolong sangat dekat dengan letak kolam. Semua limbah dan sampah laboratorium dibuang disekitar laboratorium. Tapi tidak akan mencemari kolam, bukan? Benarkah begitu?
Teorinya seperti ini, sampah dan limbah laboratorium tersebut akan meresap kedalam tanah terutama dibantu oleh air hujan. Di dalam tanah, limbah tersebut akan bergabung dengan air tanah dan mengalir ke muara. Dimana muaranya? Benar. Diatas sudah disebutkan, muaranya ada di kolam tersebut.
Zat-zat kimia tersebut kemudian ikut masuk ke dalam air kolam dan terlarut didalamnya atau bisa juga menjadi endapan di dasar kolam. Permasalahannya, ekosistem kolam tersebut bukan hanya ada air, tetapi terdapat banyak makhluk hidup didalamnya. Kita coba mulai dari rantai makanan yang paling bawah, yaitu Plankton. Zat-zat kimia tersebut terakumulasi dalam tubuh plankton (fitoplankton dan zooplankton) yang terdapat pada kolam. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Darmono (1995), bahwa logam-logam berat yang berbahaya yang sering mencemari lingkungan antara lain merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), khromium (Cr), dan nikel (Ni). Logam-logam berat tersebut diketahui dapat terakumulasi di dalam tubuh suatu mikroorganisme, dan tetap tinggal dalam jangka waktu lama sebagai racun.
Plankton tersebut dimakan oleh ikan, ikan-ikan itu ditangkap dan kemudian dimakan oleh manusia. Manusia tidak menyadarinya. Didalam tubuh mereka telah terakumulasi zat-zat kimia yang berbahaya. Menurut Supriyanto C dkk. (2007), logam tersebut dapat terdistribusi ke bagian tubuh manusia dan sebagian akan terakumulasikan. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus, dalam jangka waktu lama dapat mencapai jumlah yang membahayakan kesehatan manusia. Sebagai gambaran adalah peristiwa yang dikenal dengan Tragedi Minamata.
Bagaimana pun juga, semua itu memerlukan pengkajian khusus. Dan jika mendapat persetujuan, penulis akan melakukan penghitungan populasi ikan tersebut dan akan melakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui taraf toksisitas ekosistem kolam tersebut dan mencegah hal-hal buruk yang mungkin terjadi.

Referensi:
Darmono. 1995. Logam Dalam Sistim Biologi Mahluk Hidup. Universitas Indonesia Press: Jakarta.
Supriyanto C dkk. 2007. Analisis cemaran logam berat pb, cu, dan cd pada ikan air tawar dengan metode spektrometri nyalaSerapan atom (ssa). Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN: Yogyakarta
Anand, S.J.S. 1978. Determination Of Mercury, Arsenic, And Cadmium In Fish By Neutron Activation. Jounal of Radioanalytical Chemistry, 44 -101.

Tidak ada komentar:

Pengikut