Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Selasa, 02 Maret 2010

LAPORAN ANALISIS VEGETASI

ANALISIS VEGETASI

Bhima Wibawa Santoso (A1C407003)

Program Studi Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA

Fakultas Kegunaandan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi

ABSTRAK

Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu area melaui pengamatan langsung. Dilakukan dengan membuat plot dan mengamati morfologi serta identifikasi vegetasi yang ada. Pengamatan dilakukan di hutan Universitas Jambi dengan menggunakan analisis vegetasi untuk menentukan jumlah populasi pohon yang terdapat pada suatu wilayah. Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat 18 spesies pada area tersebut, dengan 2 spesies telah diketahui tanaman karet dan pulai serta 16 spesies lainnya yang belum teridentifikasi. Dominansi vegetasi tebesar adalah pada spesies A dengan Indeks Nilai Penting (INP) 59 %, dan terendah pada Spesies J dan Spesies M sebesar 7%.

PENDAHULUAN

Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).

Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984; Sundarapandian dan Swamy, 2000).

Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut.

Dalam komunitas vegetasi, tumbuhan yang mempunyai hubungan di antara mereka, mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta, tumbuh-tumbuhan ini lebih kurang menempati strata atau lapisan dari atas ke bawah secara horizontal, ini disebut stratifikasi. Individu yang menempati lapisan yang berlainan menunjukkan perbedaan-perbedaan bentuk pertumbuhan, setiap lapisan komunitas kadang-kadang meliputi klas-klas morfologi individu yang berbeda seperti, strata yang paling tinggi merupakan kanopi pohon-pohon atau liana. Untuk tujuan ini, tumbuh-tumbuhan mempunyai klas morfologi yang berbeda yang terbentuk dalam “sinusie” misalnya pohon dalam sinusie pohon, epifit dalam sinusie epifit dan sebagainya

Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode garis dan metode intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei, 1990).\

Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/diselidiki. Tujuannya untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan. atau

1. Belt transect (transek sabuk)

Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar jalur ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan yang sebenarnya. Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang baik. Panjang transek tergantung tujuan penelitian. Setiap segment dipelajari vegetasinya.

(Kershaw,1979)

2. Line transect (transek garis)

Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat/dijumpai. Pada metode garis ini, sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).

BAHAN DAN METODE

Percobaan Analisis Vegetasi dilaksanakan pada bulan Desember 2009 pada area hutan Universitas Jambi. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung seberapa luas penyebaran populasi vegetasi suatu tumbuhan yang terdapat di suatu lahan. Percobaan dilakukan dengan membuat plot berukuran 10x10 meter. Setiap kelompok melakukan pengamatan terhadap dua buah plot membentuk pola berseberangan, sehingga antara plot satu dan plot lainnya membentuk arah diagonal dengan vegetasi yang berbeda-beda tiap plot. Didalam tiap plot yang telah dibuat diamati vegetasi yang ada, kemudian dilakukan pengukuran dan pengambilan sampel dengan catatan diameter vegetasi yang dipilih memiliki diameter lebih dari 10 cm. Sampel yang didapat di identifikasi jenisnya berdasarkan strutur morfologi yang terlihat seperti daun, dahan, buah,n dan biji.

Keseluruhan data vegetasi yang diperoleh dari setiap kelompok dikumpulkan untuk di identifikasi apakah terdapat spesies yang serupa. Sampel yang diperoleh dibuat dalam bentuk tabel data kelas dan dihitung jumlah spesies vegetasi yang berhasil di identifikasi. Dilakukan pula penghitungan terhadap kerapatan, frekuensi, dominansi dan Indeks Nilai Penting (INP).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan vegetasi yang telah dilakukan memperlihatkan data dengan hasil jumlah vegetasi yang ditemukan adalah 18 spesies, dengan diantaranya spesies yang telah teridentifiksasi dan belum teridentifikasi.

Vegetasi yang berhasil di identifikasi adalah dari jenis karet dan pulai, sehingga di asumsikan 16 spesies lainnya belum diketahui berasal dari vegetasi jenis yang mana. Perhitungan lebih kompleks dari vegetasi yang didapat dan di identifikasi meliputi kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dominasi, dominasi relatif, dan indeks nilai penting disajikan pada tabel lampiran. data menunjukkan bahwa komposisi dan struktur tumbuhan yang nilainya bervariasi pada setiap jenis karena adanya perbedaan karakter masing-masing pohon.

Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi umbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas. Keberhasilannya menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan ekunditas yang berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-masing spesies.

Kerapatan setiap vegetasi berbeda-beda. Terlihat dari data yang dihitung bahwa kerapatan vegetasi tertinggi adalah pada Spesies A sebesar 26%, kemudian diikuti Spesies B, dengan kerapatan sebesar 13%, serta berbagai jenis vegetasi dengan kerapatan rendah sebesar 3% pada jenis yang telah teridentifikasi pada karet, dan belum teridentifikasi untuk Spesies C, Spesies E, Spesies H, Spesies I, Spesies J, Spesies L, Spesies M, dan Spesies N,

Kerapatan suatu spesies menunjukkan jumlah individu spesies dengan satuan luas tertentu, maka nilai kerapatan merupakan gambaran mengenai jumlah spesies tersebut pada lokasi pengamatan. Nilai kerapatan belum dapat memberikan gambaran tentang bagaimana distribusi dan pola penyebarannya. Gambaran mengenai distribusi individu pada suatu jenis tertentu dapat dilihat dari nilai frekwensinya sedangkan pola penyebaran dapat ditentukan dengan membandingkan nilai tengah spesies tertentu dengan varians populasi secara keseluruhan (Arrijani.2006).

Frekuensi terbesar ditemukan pada vegetasi spesies A sebesar 13% dari 10 plot yang diamati,. Jenis ini merupakan jenis yang nilai kerapatan dan frekuensinya tertinggi sehingga dapat dianggap sebagai jenis yang rapat serta tersebar luas pada hampir seluruh lokasi pengamatan. Kedua nilai ini penting artinya dalam analisis vegetasi karena saling terkait satu dengan yang lainnya.

Menurut Greig-Smith (1983) nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh densitas dan pola distribusinya. Nilai distribusi dapat memberikan informasi tentang keberadaan tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan gambaran tentang jumlah individu pada masing-masing plot.

Dominansi pada setiap vegetasi yang ditemukan terbesar pada spesies A sebesar 20% dan Spesies B sebesar 18%, sementara dominansi terendah terdapat pada vegetasi jenis spesies J, Spesies K dan Spesies M.

Indeks nilai penting merupakan hasil penjumlahan nilai relatif ketiga parameter (kerapatan, frekwensi dan dominasi) yang telah diukur sebelumnya, sehingga nilainya juga bervariasi. Nilai INP tertinggi ditemukan pada jenis pesies A sebesar 59%. Besarnya indeks nilai penting menunjukkan peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya atau pada lokasi penelitian. Sehinga dari pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa vegetasi dominan yang tersebar pada hutan Universitas jambi adalah dari Spesies A.

KESIMPULAN

Dari percobaan analisis vegetasi yang telah dilkukan diperoleh kesumpulan sebagai berikut:

Ø Terdapat 18 jenis vegetasi dari 10 plot area pada hutan Universitas jambi, setiap jenis vegetasi memiliki kerepatan, frekuensi, dominansi dan INP yang berbeda-beda

Ø Kerapatan vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies A sebesar 26%

Ø Frekuensi vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies A sebesar 13%

Ø Dominansi vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies A sebesar 20%

Ø INP vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies A sebesar 59%

Ø Analisis Vegetasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pesatnya penyebaran suatu spesies pada suatu area pangamatan/penelitian. Sehingga dapat diketahui kerapata, frekuensi, dominansi, dan INP dari spesies itu sendiri

DAFTAR PUSTAKA

Arrijani, dkk.2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung

Gede-Pangrango

Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9. Oxford:

Blackwell Scientific Publications

Kershaw, K.A. 1979. Quantitatif and Dynamic Plant Ecology. London: Edward Arnold Publishers.

Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co.

Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati Cikampek, KPH Purwakarta, Jawa Barat. Bogor: Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas Pertanian IPB.

Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA.

Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung. ITB

LAPORAN SIMULASI ESTIMASI POPULASI HEWAN "eKolOgi UmUm"

SIMULASI ESTIMASI POPULASI HEWAN

Bhima Wibawa Santoso (A1C407003)

Program Study Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA

Fakultas Kegunaandan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi

ABSTRAK

Capture Mark Release Recapture (CMMR) yaitu menandai, melepaskan dan menangkap kembali sampel sebagai metode pengamatan populasi. Merupakan metode yang umumnya dipakai untuk menghitung perkiraan besarnya populasi. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Hal yang pertama dilakukan adalah dengan menentukan tempat yang akan dilakukan estimasi, lalu menghitung dan mengidentifikasinya, dan hasil dapat dibuat dalam sistem daftar. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan. Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya dan metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsi kecil populasi pada rumus Paterson. Untuk metode sampling biotik hewan bergerak biasanya digunakan metode capture-recapture. Merupakan metode yang sederhna untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung dan mamalia kecil. Metode CMMR ini dilakukan dengan mengambil dan melepaskan sejumlah kancing yang dianggap sebagai besarnya populasi yang ada menggunakan kancing hitam dan putih yang danggap sebagai populasi yang tersebar di alam. Hasil memperlihatkan banyaknya populasi yang ditandai dengan kancing berawarna putih dan akan ditandai dengan kancing hitam.

PENDAHULUAN

Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase.(Suin.N.M.1989)

Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu.(Soetjipta.1992)

Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam.(Naughton.Mc.1973)

Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur dan populasi.(Hadisubroto.T.1989)

Suatu populasi dapat juga ditafsirkan sabagai suatu kelompok yang sama. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme, atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan.
Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota populasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan.

Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi. Kadang kala penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan ekologik (=kerapatan spesifik). Kerapatan kasar adalah cacah atau biomassa persatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah individu biomassa persatuan ruang habitat. Dalam kejadian yang tidak praktis untuk menerapkan kerapatan mutklak suatu populasi. Dalam pada itu ternyata dianggap telah cukup bila diketahui kerapan nisbi suatu populasi. Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara :

1. Penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya.

2. Metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsi kecil populasi.(Peterson).(Soetjipta.1992)

BAHAN DAN METODE

Percobaan yang dilakukan untuk pengamatan simulasi estimasi populasi hewan ini diperlukan dua buah toples yang masing-masing berisi dua macam warana kancing baju dengan jumlah tertentu. Percobaan dilakukan dengan pengambilan segenggam kancing baju hitam yang ada di dalam toples, dihitung jumlahnya (ni) kemudian diganti dengan kancing berwarna putih dengan dikembalikan lagi ke dalam toples berisi kancing hitam tadi, hal ini diberlakukan sebagai penanda hewan. Toples dikocok sehingga seluruh kancing tercampur secara homogen.

Kemudian dilakukan pengambilan cuplikan kedua dengan prosedur yang sama, bila terdapat kancing berwarna lain, dicatat sebagai (Ri) Cuplika dilakukan hingga sepuluh kali, dilanjutkan dengan penghitungan estimasi populasi dengan rumus Patersen dan Schanabel. Selanjutnya dilakukan penghitungan dengan daftar lembaran keraja simulasi populasi dengan metode CMMR

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa saat pengambilan kancing dalam pengamatan poulasi menggunakan metode CMMR, saat pengambilan cuplikan pertama kancing hitam yang dianggap sebagai hewan yang akan ditandai (ni), diperoleh hasil jumlah yang tertangkap adalah 38, dan pada cuplikan kedua ni menunjukkann nilai 54 dengan dengan Ri sebanyak 3, sehingga jumlah hewan yang bertanda sebanyak 51. hingga pada cuplikan ke 10 ni mendapatkan hasil 65 dan Ri 41, sehingga hasil jumlah hewan yang bertanda adalhah 22. dari keseluruhan percobaan didapatkan hasil bahwa jumlah total ni adalah 549 dan Ri sebanyak 226, sehingga perhitungan hewan yang bertanda menjadi sebanyak 323. Sehingga diperolehlah jumlah hewan yang terperangkap hingga perhitungan periode akhir adalah 1853.

Dari percobaan dapat terlihat bahawa salah satu hal yang menakjubkan dalam penelitian ialah kenyataan bahwa kita dapat menduga sifat-sifat suatu kumpulan objek penelitian hanya dengan mempelajari dan mengamati sebagian dart kumpulan itu. Bagian yang diamati itu disebut sampel, sedangkan kumpulan objek penelitian disebut populasi. Objek penelitian dapat berupa orang, hewan, maupun tumbuhan.

Dalam penelitian, objek penelitian ini disebut satuan analisis (units of analysis) atau unsur-unsur populasi. Bila kita meneliti seluruh unsur populasi, kita melakukan sensus. Sensus mudah dilakukan bila jumlah populasi terbatas. Sensus, memang, tidak selamanya sempurna. Hasil sensus, Yang mengungkapkan karakteristik populasi (seperti rata-rata, ragam, modus, atau (range), disebut parameter.

Bila jumlah unsur populasi itu terlalu banyak, padahal kita ingin menghemat biaya dan waktu, kita harus puas dengan sampel. Karakteristik sampel disebut statistik. Kita sebetulnya tidak tertarik pada statistik. Kita ingin menduga secara cermat parameter dart statistik. Metode pendugaan inilah yang dikenal sebagai teori sampling. Ini berarti sampel harus mencerminkan semua unsur dalam populasi secara proporsional. Sampel seperti itu dikatakan sampel tak bias (unibased sample) atau sampel yang representatif. Sebaliknya sampel bias adalah sampel yang tidak memberikan kesempatan yang sama pada semua unsur populasi untuk dipilih. Memang, sampel mungkin menunjukkan karakteristik yang menyimpang dari karakteristik populasi. Penyimpangan dari karakteristik populasi disebut galat sampling (sampling error). Jadi, galat sampling adalah perbedaan antara hasil yang diperoleh dari sampel dengan hasil yang didapat dari sensus (Neter, Wasserman, Whitmore, 1979: 195). Statistik dapat membantu kita menentukan sampling error hanya bila kita menggunakan sampel tak bias.

Sampel tak bias adalah sampel yang ditarik berdasarkan probabilitas (probability sampling). Dalam sampel probabilitas, setiap unsur populasi mempunyai nilai kemungkinan tertentu untuk dipilih. Karena sampel ini mengasumsikan kerandoman (randomness), maka sampel probabilitas lazim juga disebut sebagai sampel random. Bila kita mengambil sampel tertentu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, kita memperoleh sampel pertimbangan (judgemental sampling), disebut juga sample non-probabilitas. Untuk kedua jenis sampling ini, ada beberapa alternatif teknik penelitian sampel. Teknik penarikan sampel sering disebut rencana sampling atau rancangan sampling (sampling design).

Dari praktikum yang telah dilakukan mengenai simulasi estimasi populasi hewan. Kami mendapatkan hasil perhitungan menggunakan rumus Schanabel, maka didapat hasil 449,5 dan standart errornya adalah 34,5. Sedangkan pada data yang dilakukan perhitungan dengan Patersen didapat hasil 684 dan standart errornya adalah 368,3.Dan selisih yang didapat adalah 449,5 maka untuk selang kepercayaannya tidak dapat kami tampilkan hasil, dikarenakan tidak adanya table distribusi untuk perhitungan.

Model Peterson menangkap sejumlah individu dari sujumlah populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda kemudian dilepaskan kembali dalam beberapa waktu yang singkat. Setelah itu dilakukan pengambilan ( Penangkapan Ke 2 terhadap sejulah individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua inilah diidentifikasi indifidu yang bertanda yang berasal dari penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda dari hasil penangkapan ke dua. Metode schanebel ini dapat digunakan untuk mengurangi ke tidak validan dalam metode Patersen. Metode ini membutuhkan asumsi yang sama dengan metode Peterson yang ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan dari suatu periode sampling dengan periode berikutnya. Pada metode ini penangkapan penandaan dan pelepasan hewan dilakukan lebih dari 2 kali. Untuk setiap periode sampling semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali. (Agus.1994)

KESIMPULAN

  • Percobaan simulasi estimasi populasi hewan dilakukan dengan cara sederhana, yaitu metode Capture-Mark-Release-Recapture (CMMR)
  • Penghitungan sebaran populasi yang diperoleh dapat dilakukan dengan penghitungan Schanabel dan Patersen. Penggunaan rumus Schanabel lebih akurat karena perhitungan dilakukan untuk setiap cuplikan yang dilakukan.
  • Penghitungan dengan rumus Patersen mendapatkan hasil 684 dengan kesalahan baku (standar eror) 368,3
  • Penghitungan dengan rumus Schanabel melalui total seluruh data mendapatkan hasil 449,4 dengan kesalahan baku (standar eror) 34,5
  • Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetic) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu

DAFTAR PUSTAKA

Agus,Subagyo 1994. Penuntun Ekologi Umum. Universitas jambi:Jambi

Hadisubroto,tisno.1989. Ekologi Dasar.DeptDikBud : Jakarta

Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press : Yogyakarta

Soetjipta.1992.Dasar-dasar Ekologi Hewan.DeptDikBud DIKTI : Jakarta

Suin,nurdin Muhammad.1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara : Jakarta

LAMPIRAN

Tabel Pengamatan Hasil Estimasi

K

ni

Ri

∑hewan bertanda

Mi

ni . Mi

1

38

-

38

-

-

2

54

3

51

38

2.052

3

89

20

69

89

7.921

4

73

38

35

158

11.534

5

46

22

24

193

8.878

6

41

26

15

217

8.897

7

40

22

18

232

9.820

8

54

27

27

250

13.500

9

49

27

22

277

13.573

10

65

41

24

399

25.935

jumlah

549

226

323

1.853

101.70

Keterangan:

N : Jumlah hewan dalam populasi

n : Jumlah hewan yang ditangkap pada periode ke-i

R : Jumlah hewan yang ditangkap kembali pada periode ke-i

M : Jumlah total hewan yang tertangkap pada periode ke-i

Rumus metode Peterson :

n. M

N =

R

54 . 38

=

3

= 684

Kesalahan baku (standar error)

SE = (M.n) [(M-R).(n-R)]

R3

= (38 x 54) [(38-3).(54 - 3)]

(3)3

= (2052) . [1785]

27


= √ 135660

= 368,3

Rumus metode Schanable :

∑ ( ni.Mi)

N =

∑ Ri

101.570

=

226

= 449,4

Kesalahan baku (standar error)

1

SE =


1 ( k – 1) 1

+ -

(N - Mi ) N N - ni

1

=


1 ( 10 – 1) 1

+ -

(449 - 1.853 ) 449 449 – 549

1

=


0,029

= 34,5


Pengikut