Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Rabu, 22 Desember 2010

Alelopati Ekstrak Kacang Hijau (Vigna radiata (L.) Wilczek) terhadap Perkecambahan Kedelai (Glycine max Merr.)

Bi o SMA R T
ISSN: 1411-321X
Volume 2, Nomor 2
Oktober 2000
Halaman: 31-36
2000 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta
Alelopati Ekstrak Kacang Hijau (Vigna radiata (L.) Wilczek) terhadap
Perkecambahan Kedelai (Glycine max Merr.)
SOLICHATUN
Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta
ABSTRAK
Kacang hijau (Vigna radiata (L.) Wilczek memiliki kemampuan alelopati yang diduga dapat mempengaruhi perkecambahan, pertumbuhan dan hasil panen tanaman budidaya lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh alelopati ekstrak jaringan segar dan serasah kacang hijau terhadap perkecambahan kedelai (Glycine max Merr.). Penelitian ini dilaksanakan dengan metode pengujian aktivitas (bioassay) ekstrak/senyawa alelopati terhadap perkecambahan biji kedelai. Prosedur perkecambahan menggunakan metode antar kertas, dengan perlakuan pemberian ekstrak jaringan segar dan serasah kacang hijau pada berbagai konsentrasi. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa: ekstrak jaringan segar kacang hijau tidak berpengaruh nyata terhadap perkecambahan, kecepatan perkecambahan dan pertumbuhan kecambah kedelai, sedang ekstrak serasah kacang hijau berpengaruh nyata dalam menghambat pertumbuhan kecambah kedelai, tetapi tidak berpengaruh nyata dalam perkecambahan dan kecepatan perkecambahan kedelai.
Key Words: Vigna radiata, ekstrak, alelopati
PENDAHULUAN
Kacang hijau, Vigna radiata (L.) Wilczek, merupakan tanaman pangan yang sudah lama dibudidayakan. Kacang ini diduga berasal dari India dan diintroduksi ke Indonesia pada awal abad ketujuh. Kacang hijau banyak dibudidayakan secara tumpang sari dengan kedelai. Kacang ini memiliki kemampuan alelopati terhadap beberapa jenis gulma, selada, tomat dan kacang hijau itu sendiri (Tang dan Zhang, 1986; Waller et al, 1995). Untuk mengetahui ada tidaknya peristiwa alelopati tanaman kacang hijau terhadap kedelai, maka perlu dilakukan penelitian pengujian perkecambahan kedelai yang diberi senyawa alelopati dari kacang hijau.
Klasifikasi dan Deskripsi
Kingdom : Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis
: Dicotyledoneae
Ordo
: Polypetalae
Familia
: Papilionaceae
Subfamilia : Leguminosae
Genus
: Vigna
Spesies
: Vigna radiata (L.) Wilczek.
Kacang hijau disebut juga mungbean, green
gramatau golden gram. Berhabitus herba semusim
dengan tinggi 30-60 cm, tergantung varietas; daun
trifoliatus; batang bulat berbulu dengan cabang menyamping pada batang utama; polong berbentuk silindris dengan panjang antara 6-15 cm; biji lebih kecil dibandingkan biji kacang-kacangan lain; akar tunggang dengan akar cabang pada permukaan tanah (Steenis, 1975).
Nilai Ekonomi
Dibandingkan tanaman kacang-kacangan lain, kacang hijau memiliki kelebihan secara agronomis dan ekonomis, seperti: lebih tahan kekeringan, hama dan penyakit yang menyerang relatif sedikit, dapat dipanen pada umur 55-60 hari, dapat ditanam pada tanah yang kurang subur dan cara budidaya- nya mudah, resiko kegagalan panen secara total kecil, harga jual tinggi dan stabil, untuk tujuan konsumsi cara pengolahannya mudah (Sumarno, 1992).
Alelopati
Alelopati merupakan pengaruh langsung atau tidak langsung, menguntungkan atau merugikan dari suatu tumbuhan terhadap tumbuhan lain melalui produksi senyawa-senyawa kimia yang dikeluarkan ke lingkungan (Rice, 1984). Senyawa kimia yang dihasilkan tumbuhan dan mempengaruhi spesies lain disebut alelokemi; sedangkan keadaan khusus alelokemi yang melibatkan interaksi kimiawi negatif antara spesies tumbuhan yang berbeda disebut alelopati (Fitter

BioSMART, Vol. 2, No. 2, Oktober 2000, hlm. 31-36 dan Hay, 1998; Salisbury dan Ross, 1995). Alelopati dapat bersifat sejati atau fungsional (Rice, 1984).
Ekstrak daun, batang dan akar kacang hijau memiliki kemampuan alelopati, serta dapat menghambat perkecambahan beberapa jenis gulma dan tanaman budidaya lain seperti selada, tomat dan kacang hijau itu sendiri. Aktifitas alelopati kacang hijau terutama ditemukan di batang, daun dan bagian aerial, sedang aktifitas alelopati pada akar paling kecil. Senyawa alelopati ini terdiri dari tiga senyawa utama yaitu vitexin, isovitexin dan C- glucosylflavonoid (Tang dan Zhang, 1986: Waller et al, 1995). Ketiganya termasuk dalam kelompok flavonoid yang merupakan golongan senyawa fenol (Harborne, 1987).
METODE PENELITIAN
Penelitian laboratorium dilaksanakan selama sekitar tiga bulan di Sub-lab. Biologi, Laboratorium MIPA Pusat UNS Surakarta.

Bahan dan Alat
Bahan tanaman berupa biji kacang hijau dan kedelai diperoleh dari Boyolali. Tanah untuk penelitian diperoleh dari lahan yang belum pernah ditanami kacang hijau di Boyolali. Peralatan yang diperlukan antara lain: pot, nampan plastik untuk perkecambahan, kertas merang, kertas saring, mortar porselen, corong, gelas ukur dan kertas milimeter.
Cara Kerja:

Penyiapan Media Tanah
Tanah disaring dan dibersihkan dari sisa-sisa akar dan kotoran lain, lalu dikeringanginkan selama tujuh hari untuk mematikan mikroorganisme patogen. Pot diisi tanah sampai ¾ bagian.

Penanaman Benih
Biji sehat dan berukuran seragam disebarkan dalam pot berisi tanah dan ditumbuhkan selama 4 minggu, serta disiram setiap 2 hari.

Penyiapan Ekstrak
Setelah tanaman berumur 4 minggu, diambil daun, batang dan akar (jaringan segar) untuk uji bioassay. Sementara itu tanaman pada beberapa pot lain dibiarkan mati kekeringan dan bersama-sama bagian tanaman yang gugur selama masa tanam dipakai sebagai sumber ekstrak serasah.

Pengujian Aktivitas Alelopati Ekstrak
Bioassay ekstrak daun, batang dan akar kacang hijau dilakukan menurut metode Chung dan Miller (1995) yang dimodifikasi sebagai berikut: sebanyak 10 gram bahan dihancurkan dalam mortar porselen; kemudian direndam dalam 100 ml akuades dan dibiarkan selama 24 jam; ekstrak yang terbentuk disaring, ditampung dalam botol dan siap untuk dipakai dalam pengujian. Ekstrak dibuat dalam konsentrasi rendah (1:10 v/v dalam akuades) dan tinggi (10:10 v/v atau tanpa pemberian akuades). Pengujian dilakukan dengan mengecambahkan 5 biji kedelai dalam nampan plastik dengan metode antar kertas. Sebanyak 10 ml ekstrak dituangkan ke kertas saring yang menjadi media perkecambahan biji kedelai tersebut. Inkubasi dilakukan pada suhu ruang (25-27oC) selama 1 minggu.

Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode antar kertas dengan harapan hilang- nya air karena penguapan dapat diminimalkan sehingga konsentrasi ekstrak selama masa inkubasi tidak berubah drastis. Parameter yang diamati adalah persentase perkecambahan, yakni banyaknya biji yang mampu berkecambah dalam jangka waktu tertentu dengan berbagai perlakuan pemberian ekstrak; panjang kecambah, yang dihitung mulai dari batas pertumbuhan akar sampai ujung meristem (jika plumula belum muncul) atau sampai ujung daun (ditetapkan dengan menyatukan kedua ujung plumula); serta kecepatan perkecambahan yang dihitung menurut Bewley dan Black (1994).

Analisis Data
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitup ertam a: sumber ekstrak yaitu jaringan segar (dipisahkan antara daun, batang dan akar) dan serasah (dipisahkan antara daun, batang dan akar ) dankedua: konsentrasi ekstrak yaitu rendah (1:10 v/v) dan tinggi (10:10 v/v). Setiap perlakuan dilakukan tiga ulangan. Setelah masa inkubasi 1 minggu dihitung jumlah biji yang mampu berkecambah, panjang kecambah dan kecepatan perkecambahan. Nilai yang didapat disajikan dalam bentuk koefisien perkecambahan (coefficient of rate of germination) dengan dikalikan 100.
Data yang diperoleh diuji dengan analisis sidik ragam (ANAVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diukur. Untuk mengetahui beda nyata diantara rerata perlakuan digunakan uji beda nyata Duncan Multiple Range Test (DMRT) taraf uji 5% (Mead et al, 1993).
SOLICHATUN – Alelopati Kacang Hijau (Vigna radiata (L.) Wilczek) 33

HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase Perkecambahan
Secara statistik pemberian ekstrak kacang hijau tidak berpengaruh nyata terhadap persentase perkecambahan kedelai (Tabel 4), baik berasal dari ekstrak jaringan segar atau jaringan yang sudah mati (serasah). Meskipun demikian terdapat kecenderungan naiknya persentase perkecambahan kedelai dengan pemberian ekstrak jaringan segar dari daun dan batang, sedangkan pemberian ekstrak jaringan yang sudah mati (serasah) juga cenderung menurunkan persentase perkecambahan meskipun nilainya tidak begitu besar.
Tabel 4. Persentase perkecambahan kedelai (%) dengan
perlakuan pemberian ekstrak jaringan segar dan serasah
kacang hijau setelah masa inkubasi 1 minggu.
Sumber Ekstrak
Perlakuan
Daun
Batang
Akar
Kontrol
66,67a
66,67a
66,67a
Ekstrak
jaringan segar
80,00a
80,00a
66,67a
Ekstrak serasah
60,00a
80,00a
53,33a
Keterangan: angka yang diikuti huruf sama pada setiap kolom menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada taraf 5%

Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan kedelai tidak dipengaruhi pemberian ekstrak kacang hijau baik jaringan segar maupun serasah (Tabel 5). Dari data pada Tabel 4 dan 5 dapat dilihat bahwa meskipun persentase perkecambahan cenderung berkurang oleh pemberian ekstrak serasah, tetapi tidak mempengaruhi kecepatan perkecambahannya.
Tabel 5. Kecepatan perkecambahan kedelai dengan
perlakuan pemberian ekstrak jaringan segar dan serasah
kacang hijau setelah masa inkubasi 1 minggu
Sumber Ekstrak
Perlakuan
Daun
Batang
Akar
Kontrol
36,10a
36,10a
36,10a
Ekstrak
Jaringan segar
36,40a
33,30a
36,10a
Ekstrak
serasah
41,67a
30,80a
36,93a
Keterangan: angka yang diikuti huruf sama tidak
berbeda nyata dengan uji DMRT taraf 5%; kecepatan
perkecambahan dinyatakan dalam CRG (coefficient of
rate of germination menurut Bewley dan Black, 1994)
Serasah merupakan bagian tumbuhan yang
telah mati, umumnya terdapat dipermukaan tanah,
kemudian akan mengalami proses dekomposisi dan mineralisasi yang kecepatannya tergantung bagian tumbuhan. Hasil dekomposisi serasah terutama adalah senyawa fenol yang dapat menghambat perkecambahan. Meskipun demikian pengaruh senyawa ini cepat menguap sehingga tidak terlalu besar. Tidak demikian halnya jika biji sejak awal sudah dihambat perkecambahannya dari oleh senyawa fenol tersebut.
Biji dikatakan berkecambah jika radikula keluar dari kulit biji. Proses ini diawali imbibisi air oleh biji dan melibatkan serangkaian proses fisiko- kimia, biokimia dan hormonal yang kompleks (Gardner et al, 1991). Setelah radikula muncul maka akan segera menjalankan fungsinya dalam menyerap air dan hara. Suplai air dan hara yang lebih baik dan diikuti dengan aktifnya hormon- hormon tumbuh dalam memecah cadangan makanan menyebabkan kecambah mengalami pemanjangan dan pembesaran sel dengan cepat. Meskipun demikian tahap pertumbuhan kecambah tetap merupakan suatu tahapan yang kritis dimana faktor-faktor lingkungan yang tidak baik akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan tumbuh.
Panjang Kecambah
Pemberian ekstrak kacang hijau baik yang bersumber dari daun, batang, maupun akar mampu menghambat secara nyata pertumbuhan kecambah kedelai (Tabel 6). Sebaliknya pemberian ekstrak jaringan segar baik dari daun, batang maupun akar tidak mampu menghambat pertumbuhan tersebut, meskipun untuk ekstrak jaringan segar batang terdapat kecenderungan penghambatan.
Tabel 6. Panjang kecambah kedelai umur 1 minggu
(cm) dengan perlakuan pemberian ekstrak jaringan
segar dan serasah kacang hijau.
Sumber Ekstrak
Perlakuan
Daun
Batang
Akar
Kontrol
6,97a
6,97a
6,97a
Ekstrak
Jaringan segar
6,17a
5,67a
7,17a
Ekstrak
serasah
1,07b
0,70b
0,96b
Keterangan: angka yang diikuti huruf sama pada setiap
kolom tidak berbeda nyata dengan uji DMRT taraf 5%.
Konsentrasi dan Sumber Ekstrak
Perbedaan konsentrasi ekstrak jaringan segar kacang hijau baik dari daun, batang maupun akar, tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan kecambah kedelai. Sedangkan ekstrak serasah khususnya serasah daun dan akar berpengaruh nyata dalam menghambat pertumbuhan kecambah kedelai, meskipun untuk ekstrak serasah batang pengaruh penghambatannya tidak nyata (Tabel 7).
Tabel 7. Pengaruh perbedaan konsentrasi dan sumber
asal ekstrak kacang hijau terhadap panjang kecambah
(cm) kedelai umur 1 mingguSumber ekstrak
Konsentrasi
Daun
Batang
Akar
Jaringan Segar
Rendah8
8,16a
3,88ab
8,27a
Tinggi88
4,08a
7,43a
6,07a
Serasah
Rendah8
1,64a
1,72a
1,32a
Tinggi88
0,44b
0,98a
0,67b
Keterangan: angka yang diikuti huruf sama tidak
berbeda nyata dengan uji DMRT taraf 5%; konsentrasi rendah adalah 1:10 (v/v) dan konsentrasi tinggi 10:10 (v/v)
Alelopati senyawa alelokemi
Aktifitas fitotoksin kacang hijau terutama terdapat pada batang dan bagian-bagian aerial, sementara pada akar sangat kecil (Tang dan Zhang, 1986; Waller et al, 1995). Pemisahan ekstrak batang dengan pelarut air dan pelarut organik lain menunjukkan bahwa ekstrak air (aquoeus extract) memikili sifat penghambatan terbesar. Senyawa fenol umumnya larut dalam air dan mudah terlindih dari serasah selama proses dekomposisi. Senyawa fenol yang terlarut dapat berpengaruh pada proses perkecambahan biji.
Sifat alelopati disebabkan oleh asam aromatik, aldehida dan fenol. Senyawa-senyawa ini dapat meracuni tanah melalui sisa-sisa tumbuhan, mengganggu perkecambahan biji, sistem perakaran dan bahkan mematikan tanaman (Salisbury dan Ross, 1995; Sastroutomo, 1990). Senyawa alelopati diserap tumbuhan dan organisme disekitarnya dalam bentuk uap, eksudat akar, pelindian oleh air hujan atau embun dan pembusukan (Rice, 1984).
Jaringan tumbuhan mengandung asam-asam fenolat sederhana yang tersebar luas (Hartley dan Whiteheaddalam Vaughan dan Malcolm, 1985). Kemampuan penghambatan senyawa  fenol tergantung konsentrasi (Salisbury dan Ross, 1995), yang dipengaruhi oleh jenis tumbuhan dan kultivar, cahaya, jenis dan umur jaringan, kondisi kahat hara, kahat air dan tekanan lingkungan (Rice, 1984). Pada konsentrasi tinggi senyawa fenol dapat menaikkan tekanan osmosis, sehingga menghambat difusi air dan oksigen ke dalam biji (Salisbury dan Ross, 1995; Gardner et al, 1991), serta menghambat transport asam amino dan pembentukan protein (Rice, 1984).
Senyawa fenol berpengaruh terhadap enzim hidrolisis yang berperan dalam memecah cadangan makanan menjadi senyawa-senyawa yang siap dimetabolisme (Berri, 1984). Senyawa fenol juga dapat menghambat aktivitas enzim lain seperti amilase, protease, dekarboksilase, fosfatase dan lipase, sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan hasil panen (Rice, 1984; Leopold dan Kriedemann, 1981).
Senyawa fenol dapat mempengaruhi perme- abilitas membran sel, karena merusak struktur membran dengan melarutkan lipid, fosfolipid dan protein penyusun membran sel (Rice, 1984). Senyawa fenol terutama kumarin dapat menghambat permeabilitas membran sel terhadap air dan menghambat sintesis hormon pertumbuhan seperti IAA, GA dan sitokinin, sehingga berpengaruh terhadap pembelahan dan pembesaran sel (Wattimena, 1988; Salisbury dan Ross, 1995). Senyawa fenol dapat menurunkan kandungan klorofil dan menghambat reaksi fotosintesis, sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (Gardner et al, 1991; Stevenson, 1982). Senyawa fenol berfungsi sebagai alat pertahanan terhadap keadaan lingkungan yang buruk, serangan parasit dan pembentuk pigmen warna (Wattimena (1988).
Secara keseluruhan dapat dirangkumkan bahwa senyawa fenol mempengaruhi pertumbuhan tanaman antara lain dalam hal: penyerapan hara, adanya senyawa alelokemi dapat menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan; penghambatan dalam pembelahan sel-sel akar tumbuhan; penghambatan pertumbuhan melalui perangsangan terhadap aktivitas IAA oksidase atau GA dalam meransang pertumbuhan; penghambatan aktivitas fotosintesis terutama pada penutupan stomata; mempengaruhi respirasi; penghambatan terhadap sintesis protein; menurunkan permeabilitas membran; dan enghambataktivitas enzim.
Senyawa alelokemi mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dalam berbagai tingkatan.P ertama: pengaruh terhadap sintesis hormon, aktivitas enzim-enzim spesifik dan fungsi membran. Sintesis hormon sangat berperan dalam pembelahan sel maupun pembesaran sel. Hormon juga berperan dalam aktivasi gen-gen yang berhubungan sintesis enzim, terutama enzim- enzim hidrolisis yang sangat berperan dalam awal proses perkecambahan. Jika sintesis hormon ini terhambat maka akan menghambat rangkaian proses metabolisme selanjutnya. Permeabilitas membran yang terganggu menyebabkan proses imbibisi tidak dapat berjalan seperti yang seharusnya dan hal ini akan mempengaruhi prosesperkecambahan biji.Kedua: pengaruh senyawa alelokemi terhadap respirasi, sintesis protein, sintesis senyawa-senyawa karbon, sintesis pigmen, status air, pengambilan ion dan fotosintesis. Pengaruh tingkat kedua ini terkait erat dengan adanya gangguan fungsi membran yang terjadi pada tingkat pertama.Ketiga: gangguan pada proses pembelahan dan pembesaran sel yang pada akhirnya mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Meskipun senyawa alelokemi secara umum dapat mempengaruhi tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan, tetapi pengaruh masing-masing jenis senyawa alelokemi terhadap reaksi metabolisme tumbuhan yang mana yang dihambat masih belum banyak diketahui dan hal ini memerlukan penelitian lanjutan yang lebih dalam dan menyeluruh.

Dekomposisi Serasah
Dalam penelitian ini pemberian ekstrak serasah kacang hijau menunjukkan gambaran yang lebih jelas tentang adanya alelopati kacang hijau terhadap perkecambahan kedelai dibandingkan dengan ekstrak dari jaringan segar (Tabel 7). Serasah merupakan bagian tumbuhan yang telah mati, umumnya terdapat dipermukaan tanah, serta mengalami proses dekomposisi dan mineralisasi dengan kecepatan berbeda-beda tergantung dari organ tumbuhan tersebut. Peningkatan jumlah serasah akan menaikkan pH tanah dan kandungan senyawa fenol, hal ini dapat menurunkan aktifitas dan pertumbuhan mikroorganisme tanah. Menurut Tambaru (1998) kandungan senyawa fenol pada serasah mahoni cenderung lebih tinggi dengan meningkatnya waktu dekomposisi hingga minggu ketiga, setelah itu menurun.
Hasil akhir dekomposisi serasah berupa gas karbondioksida, air dan NH3(NO3). Gas karbon- dioksida yang dihasilkan oleh mikroorganisme tanah atau respirasi akar akan bereaksi dengan air membentuk H2CO3 yang akan segera berdissosiasi menjadi H+ + HCO3 (Larcher, 1995). Ion H+ak an menurunkan pH tanah. Pada dekomposisi serasah juga dihasilkan asam-asam organik seperti asam sitrat, asam oksalat, asam tartat, asam malat dan asam malonat.
Serasah memegang peranan penting dalam memelihara produktivitas hutan, karena serasah dapat meningkatkan kelembaban tanah dan melalui dekomposisi dapat menyumbangkan berbagai mineral ke tanah, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya senyawa alelokemi yang bersifat toksik terhadap tumbuhan yang berasosiasi dan mikroorganisme tanah. Senyawa alelokemi yang dikeluarkan akan terakumulasi dalam tanah serta dapat menghambat perkecambahan biji dan pertumbuhan tanaman di sekitarnya.
Serasah merupakan sumber utama bahan organik. Hara yang disumbangkan serasah tergantung pada jumlah dan macam serasah, macam dan aktivitas dekomposer, macam kandungan senyawa kimia dalam serasah dan iklim. Dekomposisi serasah dipengaruhi oleh temperatur, kelembaban, aerasi, pH, kandungan air dan bahan organik terlarut, kandungan N dan polifenol (Williams dan Graydal am Dickinson dan Pugh, 1974).
Pada penelitian ini, perbedaan sumber ekstrak kacang hijau yaitu daun, batang dan akar belum menunjukkan pengaruh secara nyata terhadap perkecambahan dan pertumbuhan kedelai. Pengaruh perbedaan sumber ekstrak kacang hijau terhadap pertumbuhan kecambah kedelai hanya terlihat pada pemberian ekstrak jaringan segar batang dengan konsentrasi rendah. Pada ekstrak jaringan segar kacang hijau baik dari daun, batang maupun akar, perbedaan konsentrasi tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan kecambah kedelai. Sedangkan ekstrak kacang hijau dari serasah khususnya dari daun dan akar berpengaruh nyata dalam menghambat pertumbuhan kecambah kedelai, meskipun untuk bagian batang pengaruh penghambatannya tidak nyata (Tabel 7).
Gubali (1996) melaporkan bahwa senyawa alelokemi dari serasah tanaman akasia dosis 5 gram (rendah) belum bersifat toksik memacu pembentukan mikoriza, sedang pada dosis 20 gram (tinggi) bersifat toksik. Alelokemi sangat tergantung pada konsentrasi sekret metabolit sekundernya, yang pada konsentrasi tinggi bersifat alelopati, sebaliknya pada konsentrasi rendah bersifat memacu aktivitas jasad renik tanah.
KESIMPULAN
Ekstrak jaringan segar kacang hijau tidak berpengaruh nyata terhadap perkecambahan, kecepatan perkecambahan dan pertumbuhan kecambah kedelai. Ekstrak serasah kacang hijau berpengaruh nyata dalam menghambat pertumbuhan kecambah kedelai, tetapi tidak berpengaruh nyata dalam perkecambahan dan kecepatan perkecambahan kedelai.
DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Pengikut