Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Rabu, 22 Desember 2010

SEJARAH PERKEMBANGAN TEORI EVOLUSI MAKHLUK HIDUP V

BAB  V

KONSEP  SPESIES DAN MEKANISME SPESIASI


A. PENDAHULUAN
Pengertian spesies sekarang ini dititik beratkan pada dimungkinkannya pertukaran gena antar anggota populasi, atau antar varian.
Pengertian ini mengandung kosekuensi, bahwa meskipun ada perbedaan morfologik, fisiologi maupun perilaku, namun bila pertukaran gena tetap dimungkinkan maka kedua organisme yang bertukar gena itu termasuk dalam satu spesies. Dengan demikian variasi yang ada merupakan variasi intra spesifik.
Dalam cakupan yang luas tidak dimungkinkannya pertukaran gena disebabkan adanya hambatan (barier), misalnya barier Geografik. Dua populasi yang dipisahkan oleh barier Geografik disebut Allopatrik, bila berlangsung dalam waktu yang lama, dapat menjurus pada terjadinya isolasi reproduksi. Hal ini disebabkan oleh adanya penimbunan pengaruh faktor-faktor intrinsik. Bila kejadian tersebut berlanjut dapat terjadi dua populasi tersebut meskipun sudah berada dalam satu lingkungan lagi (simpatrik), tetap tidak mampu mengadakan pembuahan.
Setelah menyelesaikan pokok bahasan Konsep Spesies dan Mekanisme Spesiasi mahasiswa diharapkan mampu:
1.      Menjelaskan konsep spesies
2.      Menjelaskan mekanisme spesiasi

B. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
5.1. Konsep Spesies
   Pada umumnya kita dapat membedakan antara satu spesies dengan spesies yang lain, namun di alam sekitar kita masalahnya jauh lebih rumit dari yang kita perkirakan. Masalah mulai timbul apabila kita bekerja denga suatu genus yang beranggota banyak spesies. Jika kita mengatakan bahwa kelompok tertentu adalah spesies dan kelompok lain adalah sub-spesies.
   Pada zaman Aristoteles hingga zaman Linnaeus, suatu spesies dianggap tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Konsep tersebut berubah setelah teori evolusi menerangkan bahwa  suatu organisme berubah dari waktu ke waktu sejalan dengan tekanan seleksi alam, sehingga suatu organisme tetap berada dalam kondisi yang cocok dengan lingkungannya.
   Konsep yang salah mengenai suatu spesies adalah individu berubah didasarkan pada pengetahuan yang terbatas pada ciri-ciri yang khas (spesifik). Ciri-ciri yang digunakan untuk membedakan setiap spesies terkadang terbatas pada satu ciri saja, misalnya lalat yang mempunyai dua rambut di kepala dianggap merupakan spesies yang berbeda dengan lalat yang mempunyai empat rambut di kepalanya. Bunga soka yang berbunga merah berbeda spesiesnya dengan bunga soka yang berwarna putih.
   Berikut ini dikemukakan beberapa konsep spesies dari berbagai sudut pandang yang berbeda:
1)      Konsep spesies ekologi, spesies diartikan sebagai sekelompok organisme yang menempati habitat yang serupa.
2)      Konsep spesies genetika, spesies diartikan sebagai sekelompok organisme yang mempunyai sistem genetik yang tertutup.
3)      Konsep spesies morfologi, spesies diartikan sebagai sekelompok organisme yang mempunyai morfologi yang sama.
4)      Konsep spesies fisiologi, spesies diartikan sebagai sekelompok organisme yang mempunyai fisiologi yang sama.
5)      Konsep spesies etologi, spesies diartikan sebagai sekelompok organisme yang bertingkah laku serupa.
6)      Konsep spesies paleontologi, spesies diartikan sebagai sekelompok organisme yang mempunyai periode waktu geologi yang sama
7)      Konsep spesies philogeni atau cladistic, spesies diartikan sebagai sekelompok organisme yang mempunyai hubungan kekrabatan, garis silsilah yang sama.
8)      Konsep spesies recognition, spesies diartikan sebagai sekelompok organisme yang mempunyai pengenalan perkawinan yang khusus atau spesifik.
9)      Konsep spesies pluralistic, spesies merupakan gabungan dari beberapa konsep, misalnya gabungan konsep ekologi dan konsep genetik.
10)  Konsep spesies biologi, spesies adalah populasi organsme yang memiliki keserupaan di alam yang dapat mengadakan perkawinan dan menghasilkan keturunan yang fertil.

5.2. Mekanisme Spesiasi
   Pada prinsipnya ada tiga macam mekanisme spesiasi sebagaimana dikemukakan Tamarin (1991) yaitu Allopatric, Parapatric, dan Sympatric Speciation.
   Meskipun ada perbedaan morfologik, fisiologi maupun perilaku, namun bila pertukaran gena tetap dimungkinkan maka kedua organisme yang bertukar gena itu termasuk dalam satu spesies. Dengan demikian variasi yang ada merupakan variasi intra spesifik.
Dalam cakupan yang luas tidak dimungkinkannya pertukaran gena disebabkan adanya hambatan (barier), misalnya barier Geografik. Dua populasi yang dipisahkan oleh barier Geografik disebut Allopatrik, bila berlangsung dalam waktu yang lama, dapat menjurus pada terjadinya isolasi reproduksi. Hal ini disebabkan oleh adanya penimbunan pengaruh faktor-faktor intrinsik. Bila kejadian tersebut berlanjut dapat terjadi dua populasi tersebut meskipun sudah berada dalam satu lingkungan lagi (simpatrik), tetap tidak mampu mengadakan pembuahan.
Mekanisme isolasi intrinsik, dapat dibedakan (1) mekanisme yang menyebabkan terhalangnya perkawinan, (2) mekanisme yang menyebabkan terjadinya hibrida, (3) mekanisme yang mencegah kelangsungan hibrida. Ihtisar berikut ini menggambarkan kemungkinan-kemungkinan mekanisme isolasi intrinsik.

Mekanisme yang mencegah terjadinya perkawinan





Mekanisme yang mencegah terbentuknya hibrida


Mekanisme yang mencegah kelangsungan hibrida
1.      Isolasi Ecogeographic
2.      Isolasi Habitat
3.      Isolasi Iklim/musim
4.      Isolasi Kelakuan
5.      Isolasi Mekanis

6.      Isolasi Genetis




7.      Isolasi Perkembangan
8.      Ketidak mampuan hibrida untuk hidup
9.      Sterilitas hibrida
10.  Eliminasi hibrida yang bersifat selektif
Mekanisme yang beroperasi pada orang tua/induk (mencegah fertilisasi)








Mekanisme yang beroperasi pada hibrida, mencegah keberhasilannya.

a.      Isolasi Ecogeografik
Dua populasi yang terpisah oleh barier geografik yang lama, pada suatu waktu telah menjadi sangat berbeda secara morfologik atupun secara anatoik sehingga pada saat terdapat dalam keadaan tidak terpisah keduanya tidak simpatrik lagi.
Sebagai contoh dapat dikemukakan disimi Platanus occidentalis dan Platanus orientalis yang secara artificial dapat saling diserbukan tetapi penyerbukan secara alami tidak terjadi. Dapat dikatakan disini bahwa keduanya tidak hanya terpisah secara geografik tetapi juga terpisah secara genetik.
Gambar 5.1 memperlihatkan model isolasi geografik/spesiasi geografik.

b.      Isolasi Habitat
Dua populasi simpatrik yang menghuni habitat yang berbeda, dalam kenyatanya akan kawin dengan populasi yang sama, dibanding dengan populasi yang berbeda.
Gambar 5.1. Model Spesiasi Geografik. (Sumber Prawoto, 2001)
 
 



(A)                      = Barier ekstrinsik membelah populasi menjadi dua sub populasi, tetapi karena populasi tidak berlangsung lama, maka kedua subpopulasi tersebut menjadi satu kembali.
(B)                      = Dua populasi terpisah oleh bariergeografik dalam waktu yang cukup lama, namun kemudian pada saat barier tersebut hilang, terjadi hibridisasi antara keduanya. Dari peristiwa ini digambarkan bahwa hibrid dalam hal ini tidak dapat beradaptasi lebih baik dari induknya. Dalam waktu berikut selanjutnya terjadi difergensi. Peristiwa ini yang disebut dengan peristiwa “Pergantian”.
(C)                      = Dua populasi terpisah/terbentuk sebagai akibat adanya isolasi yang lama. 

Sebagai contoh dapat dikemukakan disini Bufo fowleri dan Bufo americanus. Keduanya dapat kawin dan menghasilkan keturunan yang fertil. Namun kecenderungannya, Bufo fowleri akan kawin dengan Bufo fowleri dan Bufo americanus akan kawin dengan Bufo americanus. Pilihan ini ada hubungannya dengan pilihan tempat tinggalnya. Bufo fowleri memilih tempat tinggal dan kawin di air yang tenang, sedangkan Bufo americanus memilih tempat yang berujud kubangan-kubangan air hujan.
Contoh lain dapat dikemukakan disini, menyangkut capung yang dikenal dengan nama Progompus abscurus yang menghuni bagian selatan florida, dan  Progompus alachuensis yang menghuni bagian selatan florida. Dibagian sentral florida keduanya dapat dijumpai, namun ternyata masing-masing habitat yang berbeda. Progompus abscurus memilih hidup di dekat sungai, sedang Progompus alachuensis menghuni daerah dekat danau.

c.       Isolasi Iklim/Musim
Kalau dimuka disebut-sebut contoh tanaman yang dapat diserbukan secara artifisial dan menghasilkan keturunan yang fertil, namun tidak dapat pernah terjadi pembuahan secara alami, karena terpisah secara ecogeografik, maka pada Pinus radiata dan Pinus muricata keduanya juga dapat diserbukan secara artifisial. Namun secara alami pembuahan tidak mungkin terjadi. Peristiwa ini disebabkan karena masa berbunga Pinus radiata terjadi pada bulan Februari, sedangkan Pinus muricata terjadi pada bulan April.
Hal ini juga terjadi pada hewan, seperti Rana, yang disebabkan masa aktif perkawinannya berbeda
Gambar 5.2. Aktifitas Kawin Berbagai Jenis Katak. (Sumber Prawoto, 2001)
 












d.      Isolasi Kelakuan
Kelakuan atau sebagaimana diketahui merupakan kejawantahan merupakan kegiatan biologi yang kompleks dan merupakan seuatu totalitas, dan merupakan penampilan yang “Spesies-spesies”, khas untuk spesies tertentu, suatu hal yang stereotipik.
Dalam kegiatan reproduksi, tersebut di atas memberi ciri yang menyebabkan tidak akan terjadi kekeliruan perkawinan antara spesies yang berbeda-beda. Di alam dapat dijumpai beranekaragam itik, namun karena ciri perilaku kawin berbeda-beda terjadilah isolasi reproduksi. Gambar 5.3  adalah contoh perilaku kawin, dalam hal ini saat itik jantan meminang itik betina, dari jenis jantan Mallard.
Gambar 5.3. Mallard jantan menunjukkan perilaku kawin: gambar B – C – D. Gambar A menunjukkan sewaktu bersenang biasa, bukan saat meminang, seperti yang ditunjukkan dalam gambar B – C – D. (Sumber Prawoto, 2001)
 
 




Yoselyn Crane, dari Beebe Tropical Research Station di Trinidad berhasil membeberkan perilaku kawin pada kepiting jantan dari Genus Uca, yang mengangkat tinggi-tinggi sapitnya yang besar, mengangkat badannya di bagian itu, dan berjalan mengelilingi lubang tempat kepiting betina berada. Ia memperoleh kenyataan bahwa perbedaan antara kepiting jantan yang berbeda spesiesnya pula perilakunya. Dan ini cukup menyolok.
Perilaku kawin pada jangkrik atau burung dimanifestasikan dalam bentuk suara, pada burung ini merupakan penunjang manifestasi yang berupa perilaku visual.


Gambar 5.4. Kepiting Uca, bergerak mengelilingi lubang tempat dimana kepiting betina tinggal dan mengangkat salah satu sapit  (yang besar) tinggi-tinggi. (Sumber Prawoto, 2001)
 















e.       Isolasi Mekanis
Isolasi reproduksi yang didasarkan atas apa yang disebut isolasi mekanis dapat terjadi bila jenis jantan mempunyai ukuran tubuh yang terlalu besar bagi jenis betinanya. Dapat pula terjadi karena alat kelamin jantan mempunyai ukuran dan atau bentuk yang tidak cocok dengan lubang alat kelamin betina. Berikut ini adalah contoh alat kelamin jantan  binatang berkaki seribu dari Genus Brachoria. Ada enam bentuk yang berlainan.












Gambar 5.5. “alat kelamin” jantan pada enam spesies yang berbeda yang termasuk Genus Brachiora. (Sumber Prawoto, 2001)
 
 


Keserasian bentuk dan ukuran alat kelamin jantan dan betina ini diumpamakan sebagai ini diumpamakan sebagai keserasian antara kunci dan gembok (Lock and Key). Antara hewan dan tumbuhan juga dijumpai adanya kecocokan semacam itu, misalnya antara bentuk kelopak bunga dan binatan penyerbuknya.

f.       Isolasi Gametik
Tidak selamanya penyerbukan yang berhasil diikuti dengan pembuahan. Pada percobaan dengan menggunakan Drosophila virilis dan Drosophila americana, melalui inseminasi buatan seperma tidak dapat mencapai sel telur karen terhabat oleh cairan yang dihasilkan oleh cairan reproduksi.
Kejadian lain dengan menggunakan Drosophila yang berbeda menunjukkan bahwa pembuahan tidak terjadi oleh karena membengkaknya saluran reproduksi betina sehingga betina, sehingga sperma tersebut mati.
Peristiwa tidak terjadinya pembuahan ini disebut Isolasi genetik. Pada tanaman, hal semacam ini juga dapat terjadi karena inti serbuk sari tidak dapat mencapai inti sel telur.
 
g.      Isolasi Perkembangan
Langkah yang lebih maju dapat terjadi, artinya polinasi terjadi dengan sukses, juga diikuti fertilisasi (tidak seperti pada isolasi gametik), tetapi embrio tidak dapat tumbuh dan segera mati. Ini terjadi pada Rana pipien, dan sering dijumpai pada ikan, yang karena telur yang berada di air terbuahi oleh sperma yang berasal dari ikan lain spesies.

h.      Ketidakmampuan Hidup Hibrid
Isolasi reproduksi yang telah dibicarakan berturut-turut menyangkut peristiwa tidak dapat berlangsungnya perkawinan disebabkan karena adanya hambatan geografik, adanya barier fisik yang ikuti oleh barier genetik, adanya perbedaan musim perkawinan, dan karena adanya hambatan mekanik. Kalau hambatan seperti tersebut di atas dianggap sebagai hambatan pada tahap pertama, maka hambatan pada tahapan lebih lanjut disebabkan karena tidak dapat bertemunya gamet, dengan lain perkataan tidak terjadi vertilisasi. Hambatan yang lebih lanjut seperti disebutkan di atas adalah tidak dapat berkembangnya embrio.
Pada peristiwa lain dijumpai bahwa sampai ada pembentukan embrio, segala sesuatunya berjalan dengan baik dan embrio yang terbentuk pun dapat tumbuh, namun pertumbuhannya tidak dapat mencapai usia reproduksi, biasanya cacat atau lemah kemudian mati, sehingga hibrid yang terjadi tidak menghasilkan keturunan. Para ahli berpendapat bahwa hal ini terjadi karena tidak terjadi pertukaran gan antara kedua induk tersebut. Pada tanaman tembakau hal ini disebabkan oleh karena adanya tumor pada bagian vegetatifnya dan tidak mampu berbunga kemudian mati.

i.        Sterilisasi Hibrida
Perkawinan antara kambing dan biri-biri proses atau tahapan yang dilalui dapat selangkah lebih maju dibanding dengan peristiwa di atas. Artinya hibrid dapat tumbuh dengan baik dan mencapai umur reproduksi. Namun kemudian ternyata bahwa hibrid tersebut tidak mampu mempunyai keturunan, steril.
Keadaan semacam itu dijumpai pula pada perkawinan antara kuda dan keledai. Pada peristiwa inipun dikatakan bahwa tidak terjadi pertukaran gena.

j.        Eliminasi Hibrida Melalui Seleksi.
Hibrida yang fertil, mempunyai keturunan dan keduanya dapat bertahan hidup dan beranak-pinak, dapat dianggap atau dinyatakan sebagai suatu spesies, spesies baru.
Kenyataan menunjukkan bahwa hibrida dan turunannya kurang dapat mehadakan adaptasi terhadap lingkunganya, sehingga dalam kurun waktu yang tidak lama segera akan mengalami kepunahan.
Dikatakan bahwa antara kedua induk dalam perkawinannya terjadi pertukaran gena namun tidak keseluruhan gena bertukar. Pada umumnya perkawinan yang terjadi antara spesies yang sama keturunannya lebih banyak dan lebih adaptif dibanding dengan keturunan hibridanya. Akibatnya seperti tersebut di atas keturunan hibrida tersebut akhirnya tereliminasi oleh alam, punah. Orang mengatakan sebagai koreksi oleh alam.

SPESIASI

Telah diuraikan tentang defenisi operasional spesies serta perkembangan konservatifnya melalui beberapa bentuk isolasi reproduksi. Namun dari perkembangan yang sifatnya konservatif itu terlihat adanya kemungkinan perkembangan yang sifatnya kreatif. Dengan lain perkataan dari satu segi ada kencenderungan bahwa spesies itu tidak akan mengalami perubahan, namun dari segi lain terlihat bahwa ada peluang untuk munculnya  spesies baru dalam situasi di mana keadaan sekitarnya memungkinkan.
Dalam situasi yang tidak mengalami perubahan yang berarti, keturunan yang berasal dari spesies yang telah ada cenderung untuk lebih mampu bertahan sedang hibridanya lebih-lebih yang mengandung penyimpangan yang agak banyak dari induknya, cenderung untuk mengalami eliminasi, dalam waktu singkat atau perlahan-lahan. Sebaliknya dalam keadaan dimana situasi berubah, maka ada kencenderungan yang sebaliknya.
Berikut ini akan diuraikan beberapa gagasan yang menuju pada pembentukan spesies baru.
a.      Spesiasi Akibat Poliploidi
Hugo de Vries ahli genetika yang terkenal karena teori mutasinya, menemukan kenyataan bahwa ada kemungkinan perubahan jumlah kromosom pada makhluk hidup, yang sebagaimana diketahui sesungguhnya cenderung untuk tidak berubah, dan karenanya dinyatakan sebagai hal menciri makhluk yang bersangkutan. Genothera lamarckiana yang mempunyai kromosom 14, ternyata karena sesuatu hal, dalam hal ini mengalami gagal berpisah (Non-disjuntion) pada saat meiosis, maka jumlah kromosomnya menjadi 28. karena kemudian ternyata bahwa keturunan yang berkromosom 28 tersebut tidak dapat disilangkan dengan Genothera lamarckiana (induknya), maka kemudian dinyatakan spesies baru, dan selanjutnya diberi nama Genothera gigas.
Peristiwa bertambahnya kromosom dapat terjadi melalui proses penggandaan (Doubling) yang terjadi pada hibridanya. Peristiwa Allploida tersebut digambarkan sebagai berikut. Dimisalkan spesies tertentu mempunyai gena A, yang karenanya individunya adalah AA, disilangkan dengan individu, disilangkan dengan  individu BB. Hibridanya mengandung gena A dan B, dan karena membentuk sinopsis AB pada meiosis, sehingga menyebabkan steril.
Dapat terjadi penggandaan gena sehingga pada hibridnya terkandung gena yang berpasangan, AABB. Individu ini vertil dan ternyata tidak dapat disilangkan dengan induknya. Karena orang menempatkannya sebagai spesies baru.
Dikaitkan dengan proses evolusi maka bentuk allopoliploida ini memegang peranan yang lebih besar dengan bentuk diploidanya, juga dengan bentuk autopoliploidanya.
Berdasarkan hal ini maka untuk budidaya tanaman tertentu untuk mendapatkan jenis unggul orang memilih dan mengarah pada bentuk-bentuk poliploida. Dikenal misalnya, gandum  Tritium monoccacum yang mempunyai kromosom 14, berbiji lebih kecil dangan Tritium dicocoides yang kromosomnya 28, juga bila dibandingkan dengan Tritium vulgare yang kromosomnya 42. poliploida pada kentang ternayata lebih bervariasi. Dijumpai Solanum tuberosum yang berkromosom 12, 24, 36, 38, 60, 72, 96, 108, 120 dan 144.

b.      Radiasi Adaptif
Kenyataan yang menunjukkan bahwa dijumpai anekaragam spesies dewasa ini, sedang fosil yang  terekam menunjukkan bahwa jumlah spesies yang ada dahulu tidak sebanyak itu, membawa orang pada kesimpulan bahwa terjadi proses “Pembelahan” Evolutif spesies. Terjadi radiasi evolusioner, yang juga dapat disebut sebagai evolusi divergen. Proses evolusi yang terjadi  sangat erat hubungannya dengan kemampuan beradaptasi suatu spesies dilingkungan yang baru, disamping tidak tidak dimungkinkannya persilangan antara spesies pendatang dengan spesies yang sudah ada, atau antara sesama spesies pendatang yang berlainan spesies.
Contoh yang nyata dari radiasi adaptif ini adalah burung Finch di Galapagos. Orang berteori bahwa burung Finch yang terdapat di Kepulauan Galapagos berasal dari Amerika Selatan yang berjarak lebih kurang 900 km, yang secara kebetulan terbuncang angin. Keadaan yang gersang dan terpencil menyebabkan bahwa antara penghuni kepulauan tersebut terjadi suatu kompetisi. Spesialisasi dalam menggunaan bahan makan adalah suatu cara yang “terhormat” dalam menghindarkan diri dari kekalahan berkompetisi. Dari sinilah kemudian “lahir” bermacam-macam burung Finch, diantaranya yang hidup di tanah dari biji-bijian yang berbeda. Ini dapat terlihat dari bentuk paruh yang berbeda. Berparuh pendek sebanyak 3 spesies, dan yang berparuh panjang 1 spesies, sebagai pemakan biji kaktus. Enam spesies dikenal sebagai burung yang hidup di pohon, sebagai pemakan biji, buah, serangga, di samping yang hidup dari madu. Untuk lengkapnya gambar 5.6 dirasakan dapat membantu.

c.       Divergensi, konvergensi, pergantian
Telah disebut dalam pembicaraan tentang radiasi adaptif, bahwa dari satu spesies dapat berkembang menjadi beberapa spesies. Kalau dibuat garis yang menghubungkan spesies asal dengan bentuk-bentuk perkembangannya, seperti gambar radiasi adaptif burung Finch di Galapagos tersebut, maka terlihat adanya garis yang menyebar, divergen, peristiwanya divergensi.
Dalam perkembangan yang sifatnya divergensi, kemiripan-kemiripannya semakin lama semakin berkurang. Dari perkembangan tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan evolusi makhluk hidup tidak merupakan tangga seperti yang pernah dikemukakan oleh Linnaeus, tetapi berbentuk bangunan yang bercabang-cabang.


























Gambar 5.6.Radiasi Adaptif Burung Emprit Branjangan (Finch)” (Sumber Prawoto, 2001)
 
 

Dari fosil-fosil yang dijumpai ternyata bahwa tidak semua bahwa tidak semua bentuk percabangan dapat sampai ke puncak, terjadi kepunahan. Kepunahan dapat terjadi karena tekanan lingkungan atau disebabkan oleh ketidak mampuan makhluk hidup, seperti dalam uraian “spesiasi akibat poliploida”, di samping kalah dalam berkompetisi dengan makhluk lain, baik yang satu spesies atau yang berlainan spesies seperti apa yang terjadi pada peristiwa radiasi adaptif. Dalam hal ini makhluk yang mempunyai spesilisasi yang terlalu khas akan lebih mengalami kesulitan untuk bertahan dibandingkan dengan yang tidak terlalu khas, baik yang menyangkut makanan maupun tempat untuk berlindung.
Sebagai contoh dapat dikemukakan disini tentang makhluk herbivora yang hidup dari tumbuhan dapat menunjukkan bahwa binatang tersebut mempunyai kemampuan yang lebih dibandingkan dengan omnivora, karena herbivora tubuhnya dilengkapi dengan memenuhi kebutuhan akan zat-zat makanan yang pada dasarnya sama antara mehluk yang termasuk herbivora dan omnivora. Namun bila tumbuhan berkurang omnivora menjadi lebih mampu bertahan dari pada herbivora. Ternyata di sini bahwa baik spesialisasi maupun adaptasi yang fleksibel mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri.

















Gambar 5.7. “Ilustrasi mengenai Divergensi dan Konvergensi”  (Sumber Prawoto, 2001)
 
 

Kebalikan dari evolusi divergen adalah evolusi kovergen. Pada peristiwa ini asal-usul dari mehluk yang berevolusi pada dasarnya jauh, jauh berbeda, namun kemudian bila hidup di tempat yang sama, yang memerlukan persyaratan hidup yang khusus, maka dapat terjadi adaptasi yang mirip. Gambar 5.7 memberikan gambaran tentang peristiwa divergensi dan konvergensi
Pada peristiwa konvergensi dibedakan antara konvergensi tanpa pergeseran dan konvergensi dengan pergeseran. Gambar 5.8 memperjelas tentang beda antara konvergensi tanpa pergeseran dan konvergensi dengan pergeseran.
Gambar 5.8. “Konvergensi tanpa pergeseran dan  konvergensi ada pergeseran  (Sumber Prawoto, 2001)
 



























Telah disinggung bahwa dalam perjalanan kehidupan suatu spesies dari masa ke masa dalam waktu ribuan bahkan jutaan tahun tidak semua spesies dapat mampu mencapai puncak. Peristiwa tersebut dinyatakan sebagai bentuk kepunahan spesies. Mengenai kepunahan dikenal adanya kepunahan yang diikuti pergantian dan ada kepunahan yang tidak diikuti pergantian. Gambar 5.9 menunjukkan ilustrasi tentang kepunahan tanpa pergantian dan kepunahan dengan pergantian.
Gambar 5.9. “Kepunahan tanpa pergantian dan  kepunahan dengan pergantian”  (Sumber Prawoto, 2001)
 





























d.      Oportunisme dalam Konvergensi
Pada perkembangan evolusi konvergen sering dijumpai adanya bentuk yang berbeda meskipun fungsi yang di emban sama. Bentuk yang berbeda tersebut dapat terjadi karena pada dasarnya bentuk asalnya memang berbeda. Sebagai contoh dapat dikemukakan disini bentuk sayap dari beberapa hewan, seperti pterosaurus, burung, kalalawar serangga yang mempunyai bentuk yang berbeda satu sama lain tetapi mengemban fungsi yang sama, yaitu untuk terbang. Dalam hal ini sering tidak hanya bentuknya saja yang berbeda tetapi juga kerjanya. Peritiwa ini disebut oportunisme, yaitu oportunisme dalam konvergensi.
Beberapa prinsip yang memberi ciri paham ini adalah:
1.      Apa yang dapat terjadi (akan) terjadi
2.      Perubahan terjadi sebagaimana seharusnya, tidak seperti yang dihipotesiskan sebagai yang paling baik.
3.      Kesempatan memungknkan akan terjadinya perubahan
4.      Pada setiap perubahan yang terjadi pada suatu kelompok atau oleh suatu kelompok akan membuka peluang terjadinya perubahan pada kelompok lain.

Gambar 5.10. “Homologi dan Analogi  (Sumber Prawoto, 2001)
 
 

Gambar 5.10 merupakan produk peristiwa analogi dan homologi, yang dapat dikaitkan dengan evolusi konvergen, divergen dan menyangkut pula paham oportunisme.

e.       Spesiasi Aseksual
Batasan spesiasi yang mengacu pada kemungkinan pertukara gena, tidak selamanya dapat diterapkan. Sebagai contoh adalah spesiasi pada makhluk yang berkembang  biak dengan Aseksual.
Pada makhluk yang berkembangbiak dengan cara Aseksual perkembangan yang menuju pada pembentukan spesies baru  adalah bertumpu pada  terjadinya variasi dan adaptasi. Struktur dan fungsi tubuh dan bagian-bagian tubuh merupakan indikator perkembangan pembentukan spesies baru.

f.        Spesies Fosil
Untuk menentukan persamaan spesies jelas tidak dapat menggunakan  kriteria pertukaran gena. Bagaimana mungkin kalau jarak masa hidupnya adakalanya terpaut waktu ribuan bahkan jutaan tahun. Struktur dan fungsi memegang peranan penting untuk penetapan kedudukan suatu individu dalam suatu spesies.
 


Untuk lebih memantapkan penguasaan saudara tentang materi tersebut, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sebagai latihan.
1.      Bagaimana kaitan isolasi intrinsic dengan perkembangan kreatif suatu spesies?
2.      Bentuk kehidupan yang bagaimanakah yang tahan terhadap lingkungan yang berubah?
3.      Evolusi yang bagaimanakah yang menyebabkan bahwa bentuk evolusi makhluk hidup tidak seperti tangga?
 

RANGKUMAN

            Pengertian spesies yang didasarkan atas perbedaan anatomi, morfologi, fisiologi, dan perilaku, yang dianggap sebagai pengertian klasik masih menunjukkan keunggulan untuk menentukan spesies fosil dan makhluk yang berkembang biak secara aseksual. Ini berarti bahwa pengertian spesies yang didasarkan atas pertukaran gena hanya berlaku pada makhluk yang berkembang biak secara seksual, dan yang berada dalam dimensi waktu yang sama, serta menunjukkan gejala hidup.
            Perkembangan spesies dalam perjalanan waktu ada kemungkinan melalui jalur perkembangan konservatif dan jalur perkembangan kreatif. Perubahan faktor intrinsik yang daya hidupnya tidak lebih dari individu dengan factor intrinsic yang tetap menyimpan kemungkinan untuk berkembang lebih baik pada saat terjadi perubahan lingkungan.

 

TES  FORMATIF


Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memeberi tanda silang (X) pada huruf A, B, C, dan D yang paling tepat dan benar.

1.      Menjadi sterilnya individu hasil persilangan disebabkan oleh . . . . .
A. Faktor intrinsic                   C. Interaksi factor intrinsic dan eksrinsik
B. Faktor ekstrinsik                 D. Pengaruh factor intrinsic dan ekstrinsik
2.      Tidak dimungkinkannya keturunan hasil pembuahan telur-telur ikan yang mengapung di air oleh sperma ikan yang berlainan spesies, adalah . . . . .
A. Isolasi perkembangan         C. Isolasi Habitat
B. Isolasi gametik                   D. Adanya spesies simpatrik
3.      Eliminasi hibrida disebabkan oleh karena . . . . .
A. Tidak terjadi pertukaran gena
B. Terjadi pertukaran gena namun tidak sepenuhnya
C. Terjadi pertukaran gena penuh namun tidak adaptif
D. Terjadi pertukaran gena, adaptif, namun steril
4.      Yang digambarkan sebagai isolasi mekanik adalah . . . . .
A. Adanya ketidakserasian antara mekanisme kawin
B. Adanya ketidakcocokan alat kelamin
C. Adanya perbedaan perilaku kawin
D. Isolasi perkembangan alat-alat mekanik untuk kawin
5.      Radiasi adaptif adalah disebabkan oleh proses evolusi . . . . .
A. Divergensi                          C. Divergensi dan konvergensi
B. Konvergensi                       D. Divergensi diikuti konvergensi
Cocokkan jawaban saudara dengan kunci tes formatif. Hitunglah jumlah jawaban anda yang benar kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan saudara terhadap materi yang dipelajari.
R u m u s :
                                          Jumlah jawaban yang benar
Tingkat penguasaan  =                                                        X  100%
                                             Jumlah soal
Taraf  Penguasaan:

90% - 100%                = baik sekali                            70% - 79 %     = cukup
80% - 89%                  = baik                                      < 70%              = kurang
       Jika saudara mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, saudara dapat meneruskan ke bab berikutnya. Tetapi jika kurang dari 80%, saudara harus mengulangi lagi mempelajari bab ini terutama bagian yang belum dikuasai.
 


KUNCI  JAWABAN  TES  FORMATIF

1.      A. Sterilisasi terjadi karena pertukaran gena tidak sepenuhnya terjadi
2.      A. Defenisi operasional isolasi perkembangan adalah suatu peristiwa yang menyangkut terjadinya pembuahan, embrio dapat terbentuk namun tidak dapat berkembang lebih lanjut.
3.      B. Pertukaran gena yang tidak penuh dapat menyebabkan bahwa individu yang tumbuh bersifat tidak adaptif sepenuhnya.
4.      B. Ingat: Istilah “gembok dan kunci
5.      C. Divergensi dan konvergensi pada dasarnya adalah perkembangan evolusi yang menuju pada adanya adaptasi.







1 komentar:

BORNEONEWS mengatakan...

Keren mas Bim
Tapi sayang gak ada gambarnya.
Lengkapi lah gambarnya.

Pengikut