Latar Belakang
Berangkat dari masalah yang berkembang dalam masyarakat kita, bahwa tidak terdapat garis pembatas yang jelas yang menyatakan kafein (terutama pada kopi, teh dan minuman-minuman energy drink) itu baik atau tidak bagi kesehatan. Berbagai statement muncul dalam masyarakat. Para ahli pun terlibat pro dan kontra dalam memberikan statement. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa kafein itu sangat berbahaya bagi kesehatan. Dan sebagian lagi ada yang mengatakan bahwa kafein itu tidak berbahaya dan malah baik untuk kesehatan. Kita tidak bisa memvonis “Salah” pada salah satu diantara statement mereka. Hal tersebut karena mereka memilki dalil yang mereka pegang masing-masing dan berasal dari penelitian serta pengujian secara klinis dan medis.
Masalah kafein ini seperti sebuah masalah yang tak kunjung selesai. Dulu setiap instansi kesehatan memberikan larangan untuk meminum kopi. Namun, saat ini malah muncul pernyataan “Dianjurkan meminum kopi satu gelas dalam satu hari”. Berbagai kelebihan meminum kopi ini pun mulai disebarluaskan. Berbagai keuntungan mengkonsumsi kafein antara lain : membantu pembangkitan energi dan stamina (terutama dipakai oleh para atlit), membangkitkan rasa percaya diri, memperkuat daya ingat, antioksidan, mencegah penyakit jantung, memperlancar peredaran darah, membantu memfokuskan pikiran, meningkatkan kewaspadaan, dsb. Ironisnya, diantara mereka masih banyak yang berpegang pada statement yang lama, yaitu menganjurkan untuk tidak meminum kopi. Hal ini menyebabkan masyarakat menjadi bingung, dan akibatnya pandangan masyarakat pun pecah menjadi dua kelompok.
Dari berbagai reaksi kafein dalam tubuh tersebut, dalam paper ini akan dilakukan pengkajian terhadap pengaruh kafein terhadap pembentukan energi dalam tubuh. Hal ini karena dalam kehidupan kita sehari-hari sering kita temui hal sebagai berikut : banyak atlit yang meningkatkan performa mereka dengan mengkonsumsi kafein, dalam setiap energy drink selalu memuat kafein, setelah meminum kopi atau teh tubuh merasa lebih segar, kopi dan teh bisa menunda lapar untuk sementara, dsb.
Tujuan
Penulisan paper ini bertujuan untuk :
- Mengetahui keterkaitan antara kafein dan metabolisme tubuh, terutama yang berkaitan dengan pembentukan energi.
- Mengetahui kandungan utama kopi dan bagaimana metabolismenya.
- Menjawab pertanyaan besar dalam masyarakat, apakah kopi itu membahayakan atau tidak. Sebab sebagian besar masyarakat kita adalah peminum kopi.
Studi Literatur
Caffeine | |
1,3,7-trimethyl- 1H-purine- 2,6 (3H,7H)-dione | |
Other names | 1,3,7-trimethylxanthine, trimethylxanthine, methyltheobromine, theine, mateine, guaranine |
Properties | |
C8H10N8O2 | |
194.19 g/mol | |
Appearance | Odorless, white needles or powder |
1.23 g/cm3, solid | |
227–228 °C (anhydrous); 234–235 °C (monohydrate) | |
178 °C subl. | |
Solubility in water | 2.17 g/100 ml (25 °C) 18.0 g/100 ml (80 °C) 67.0 g/100 ml (100 °C) |
Acidity (pKa) | −0.13–1.22 |
3.64 D (calculated) | |
192 mg/kg (rat, oral) |
(Anonim, 2009)
Kafein merupakan alkaloid xantin berwarna putih dan berasa pahit yang berfungsi sebagai stimulan psikoaktif dan dapat mempercepat produksi urin pada manusia dan hewan. Pada tanaman, kafein berfungsi sebagai pestisida alam yang dapat melindunginya dari serangan serangga dan menyebabkan paralisis (kelumpuhan) terhadap serangga tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari, kafein pada tanaman paling banyak terdapat pada kopi, teh dan coklat yang kita konsumsi setiap hari. Sehingga kita tidak mengetahui resiko apa yang mungkin timbul akibat konsumsi kafein yang berlebihan (Yosef, 2008).
Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi, daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa minuman penyegar. Kafein memiliki berat molekul 194.19 dengan rumus kimia C8H10N8O2 dan pH 6.9 (larutan kafein 1% dalam air). Secara ilmiah, efek langsung dari kafein terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya seperti menstimulasi pernafasan dan jantung, serta memberikan efek samping berupa rasa gelisah (neuroses), tidak dapat tidur (insomnia), dan denyut jantung tak berarturan (tachycardia) (Hermanto, 2007).
Kafein atau 1,3,7-trimetilxantina [1,3,7-Trimetil-1H-purin-2, 6 (3H, 7H)-dione] adalah alkaloid alami yang ditemukan di pohon kopi, kakao, teh (di mana bagian dari TEIN kimia kompleks), cola, guarana (bagian dari guaranina) dan pasangan (yang mateina), dan minuman dari mereka. Pada suhu kamar muncul sebagai padatan putih tidak berbau (Anonim, 2009).
Di dalam dunia suplemen/nutrisi olahraga, kafein dikategorikan sebagai pharmacological sports ergogenic yang dapat memiliki fungsi kerja seperti hormon atau zat neurotransmitter alami tubuh sehingga membuat kafein dapat meningkatkan performa fisik dengan berperan dalam berbagai proses metabolik tubuh (Irawan, 2009).
Ini adalah sebuah senyawa obat. Kimia ini adalah xantina (1,3,7-trimetilxantina) dan sebagai demikian, memainkan tindakan merangsang sistem saraf pusat (menghilangkan rasa kantuk dan rasa perhatian yang aktif) dengan bertindak pada sinapsis, tindakan diuretik ringan dan sederhana memiliki efek vasodilator iritasi selaput perut. Untuk tindakan merangsang digunakan sebagai obat penawar dari obat hipnotik. Efek negatif dari overdosis adalah kegembiraan, insomnia, tremor, mual, muntah, peningkatan buang air kecil, takikardia, extrasystole (Anonim, 2009).
Dari beberapa literatur, diketahui bahwa kopi dan teh banyak mengandung kafein dibandingkan jenis tanaman lain, karena tanaman kopi dan teh menghasilkan biji kopi dan daun teh dengan sangat cepat, sementara penghancurannya sangat lambat. Berikut adalah kandungan kafein dalam beberapa produk :
Produk | Kandungan Kafein |
Secangkir Kopi Secangkir Teh Sebotol Coca-cola Minuman energi (Kratingdaeng, M-150, Galin Bugar, dll) Kopi Instan Kopi Moka (mentah) Kopi Moka (sangrai) Kopi Robusta Jawa Kopi Arabika Kopi Liberika (mentah) Kopi Liberika (sangrai) | 85 mg 35 mg 35 mg 50 mg 2.8 – 5.0% 1.08% 0.82% 1.48% 1.16% 1.59% 2.19% |
(Hermanto, 2007)
Jika melihat dari komposisinya, maka yang perlu diwaspadai dari minuman berenergi adalah kandungan kafeinnya. Mengutif beberapa hasil penelitian, dosis 100-150 mg kafein merupakan batas amam konsumsi manusia, dan efek yang diberikan pada takaran ini adalah dapat meningkatkan aktivitas mental yang membuat orang selalu terjaga, sehingga dosis anjuran konsumsi dari produsen minuman berenergi adalah 2-3 kali atau setara dengan 100-150 mg kafein seharinya. Hal ini sebenarnya beresiko terutama bila konsumsi dari minuman berenergi masih disertai dengan minum kopi (Hermanto, 2007).
Kafein merupakan suatu stimulant (memicu terbentuknya) sistem saraf pusat dan metabolit, yang keduanya dikeluarkan dan secara medis dapat mengurangi rasa capek dan mengembalikan mental saat lemah. Kafein untuk stimulat pada system saraf pusat terjadi pada saat konsentrasi tinggi, sehingga meningkatkan kewaspadaan/kesiapan dan kemampuan jelajah, kecepatan, fokus serta koordinasi terhadap tubuh yang baik. Dalam tubuh, kafein dimetabolisme menjadi beberapa senyawa yang dapat dilihat pada gambit dibawah ini (Yosef, 2008):
Kafein dimetabolisme dalam hati menjadi tiga metabolit primer, yaitu: paraxanthine (84%), theobromine (12%), and theophylline (4%). Kafein diabsorbsi (diserap) oleh lambung dan usus halus 45 menit setelah pemberian. Fungsi ketiga metabolit tersebut didalam tubuh adalah sebagai berikut (Yosef, 2008) :
- Paraxanthine (84%): untuk meningkatkan lipolisis (lisis terhadap lemak), dan meningkatkan gliserol dan asam lemak bebas dalam plasma darah.
- Theobromine (12%): memperlebar pembuluh darah dan meningkatkan volume urin.
- Theophylline (4%): relaksasi otot halus pada bronkus, dan digunakan untuk mengobati penyakit asma.
Dalam waktu 15 menit setelah anda meminum secangkir kopi, maka anda akan mengalami hentakan energi yang anda cari. Tetapi karena kafein tetap tinggal di dalam sistem tubuh anda selama 12 jam, maka pengaruhnya baru akan terus ada dalam waktu yang lama (Rudy, 2009).
Kafein Menstimulasi Energi
Dalam praktek sehari-hari kafein di manfaatkan untuk menciptakan efek penambah energi dan menumbuhkan kewaspadaan tingkat tinggi. Hal ini dapat terjadi karena kafein dapat menekan fungsi “adenosine” (senyawa ini jika di ikat oleh reseptornya, secara otomatis akan memperlambat aktivitas sel tubuh, juga menyebabkan pembesaran pembuluh darah-dibutuhkan saat tidur, agar jumlah oksigen yang bersirkulasi lebih banyak), terutama dalam membuat ikatan reseptor. Namun berbeda dengan hasil ikatan pendahulunya, kafein justru tidak memperlambat derak sel tubuh (Anonim, 2010).
Sebuah studi yang mendemonstrasikan mengenai keuntungan kafein yang dapat meningkatkan energi. Berdasarkan penelitian terakhir, kafein tidak selalu dapat meningkatkan energi. Para peneliti menguji sembilan daya tahan pelari melalui lima percobaan dengan menggunakan kapsul (kafein atau placebo) atau kopi (decaffeinated, decaffeinated dengan kafein yang ditambahkan kopi). Hasilnya, hanya kapsul yang mengandung kafein yang dapat meningkatkan daya tahan (Anonim, 2008).
Kafein bersama dengan ephedrine disebutkan merupakan jenis pharmacological sports ergogenik yang paling popular digunakan oleh atlet khususnya pada cabang olahraga endurans. Sekitar 89% dari atlet yang mengikuti penyelenggaran Iron Man 2005 di Hawai misalnya, disebutkan mengkonsumsi kafein dengan tujuan untuk meningkatkan performa tubuh, dengan pilihan produk yang paling popular di kalangan atlet pada cabang ini adalah minuman cola (70%), caffeinated gels (56%) serta kopi (42%) (Irawan, 2009).
Gambar. Kafein sebagai antagonis adenosin
Selain dapat memberikan peningkatan konsentrasi karena bersifat stimulan terhadap sistem pusat syaraf, beberapa penelitian juga menunjukan bahwa konsumsi kafein mempunyai efek ergogenik yang mampu meningkatkan performa olahraga terutama pada olahraga endurans yang berdurasi panjang seperti sepeda jarak jauh atau juga marathon serta pada olahraga intensitas tinggi berdurasi singkat (Irawan, 2009).
Kafein dan kopi bisa merangsang pengeluaran energi untuk berbagai derajat. Penggunaan kafein sendiri atau dalam kombinasi dengan efedrin telah diusulkan sebagai pengobatan untuk obesitas. Peningkatan pengeluaran energi dan perubahan dalam plasma substrat, kafein berikut penelanan, mirip dengan yang disebabkan oleh peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik (Acheson, Gremaud, Meirim, et al., 2004).
Pendongkrak Metabolisme: Teh Hijau dan Kopi
Kandungan rahasia :
Kafein dan sebuah zat kimia bernama EGCG dalam teh.
Cara kerja :
Kafein dapat meningkatkan denyut jantung. Sekali lagi, semakin cepat denyut jantung Anda, maka semakin cepat dan banyak pula pembakaran kalori. EGCG dalam teh bekerja hampir sama dengan kafein, tetapi tidak sekedar mempercepat denyut jantung, namun juga membuat otak dan syaraf bekerja lebih cepat sehingga juga membantu pembakaran lebih banyak kalori (Putra, 2009).
Di dalam penelitian, para peneliti menemukan bahwa sebuah kombinasi antara kafein dan satu dosis EGCG sebanyak 90 mg yang dikonsumsi tiga kali sehari dapat membantu membakar kalori tambahan sebesar 80 kalori sehari. Itupun dalam kondisi tubuh tanpa aktivitas. Sebuah studi yang diadakan oleh pemerintah Canada menemukan bahwa para pasukan yang mengkonsumsi kafein 12 jam sebelum tes latihan fisik ternyata tidak hanya mampu berlatih lebih lama sebelum keletihan, tetapi juga lebih mampu menyerap oksigen ketika berlatih. Kebutuhan oksigen tubuh terkait secara langsung terhadap kecepatan metabolisme tubuh. Jadi, semakin banyak oksigen yang Anda gunakan, semakin besar pula jumlah kalori yang Anda bakar selama latihan (Putra, 2009).
Teori paling popular dari efek ergogenik kafein terhadap performa olahraga ini disebabkan oleh dua mekanisme utama yang terjadi di dalam tubuh yaitu (Irawan, 2009):
1. Kafein dapat meningkatkan proses penyerapan dan juga pelepasan ion kalsium di dalam sel-sel otot.
2. Kafein dapat menstimulasi pengeluaran asam lemak dari jaringan adipose tubuh.
Mekanisme yang pertama disebutkan dapat memberikan manfaat postif bagi atlet cabang olahraga intensitas tinggi berdurasi singkat karena peningkatan proses penyerapan dan pelepasan ion kalsium dapat membantu untuk meningkatkan kekuatan serta efisiensi kontraksi otot (Irawan, 2009).
Sedangkan mekanisme yang kedua dapat memberikan manfaat bagi performa olahraga endurans karena stimulasi pengeluaran asam lemak dapat meningkatkan pengunaan lemak sebagai sumber energi sehingga membantu menghemat pemakaian karbohidrat (glikogen otot) pada tahap-tahap awal saat aktivitas olahraga baru mulai berjalan. Kombinasi antara peningkatan pembakaran asam lemak dan penghematan pemakaian glikogen otot ini membuat seorang atlet mempunyai cadangan energi dalam bentuk karbohidrat yang relatif lebih banyak sehingga secara teoritis akan mempunyai daya tahan dan performa endurans yang lebih baik (Irawan, 2009).
Peningkatan performa endurans ini salah satunya ditunjukan oleh penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Of Sports Science, di mana konsumsi kafein dibandingkan dengan konsumsi non-kafein sebelum latihan olahraga menghasilkan peningkatan pembakaran lemak tubuh yaitu 145 vs 120 mg/mol serta kemampuan daya tahan atlet dalam olahraga endurans yaitu 131 vs 123 menit (Irawan, 2009).
Karena begitu banyak informasi latar belakang berasal dari hewan percobaan, kita harus mencoba untuk ekstrapolasi data ke manusia. Namun, ini bukan tugas sepele untuk membandingkan dosis kafein pada hewan dan manusia. Sebagai contoh, harus diingat bahwa dalam sebagian besar percobaan pada tikus, satu dosis tinggi yang diberikan kafein, sedangkan kopi dikonsumsi manusia dibagi di siang hari. Gilbert (1976) mengusulkan penggunaan berat badan metabolik faktor koreksi ketika membandingkan efek dosis yang diberikan kafein pada hewan dan manusia. Namun, tidak semua orang setuju bahwa koreksi yang didasarkan pada berat badan metabolik harus diterapkan. Memang LD50 kafein yang cukup konsisten di seluruh spesies, termasuk Homo sapiens (Dews, 1982) (Irawan, 2009).
Adenosin adalah konstituen seluler normal. Yang tingkat intraselular diatur oleh keseimbangan dari beberapa enzim. Adenosin dibentuk oleh tindakan yang AMP-5'-nucleotidase selektif, dan tingkat pembentukan adenosin melalui jalur ini terutama dikendalikan oleh jumlah AMP. Oleh karena itu, faktor penting yang menentukan tingkat pembentukan adenosin melalui jalur ini adalah tingkat relatif ATP breakdown dan sintesis. Ini pada gilirannya ditentukan oleh tingkat pemanfaatan energi dan ketersediaan metabolizable substrat (Putra, 2009).
Pembahasan
Dalam kehidupan kita sehari-hari, penggunaan kafein sudah sangat meluas. Misalnya, dalam kopi, teh, coklat, minuman berenergi, atau dalam bentuk murni yaitu tablet kafein. Mengkonsumsi kafein memiliki efek stimulasi yang baik untuk performa dan stamina. Untuk sementara waktu, pernyataan itu dulu yang kita pegang.
Didalam kamus medis, kafein termasuk golongan zat yang mempunyai kemampuan menstimulasi otak. Kalau di pisahkan dari zat-zat lainnya, kafein (Trimethylxathine) ini aslinya berbentuk serbuk putih dengan rasa agak pahit. Kafein menimbulkan efek “kekuatan ekstra” untuk melawan rasa lelah, diiringi munculnya semangat tinggi dan perasaan gembira. Kafein juga memacu detak jantung dan meningkatkan produksi urine. Intinya kafein memang dapat menjanjikan kebugaran jangka pendek sebagaimana banyak di cari orang (Anonim, 2010).
Dalam kehidupan kita, terutama dalam kopi, kafein sudah mengalami pengolahan sedemikian rupa sehingga warnanya tidak lagi seperti warna aslinya. Dalam kopi itu sendiri juga tidak hanya kafein yang dikandungnya. Akan tetapi, sebelum mengkaji lebih jauh, ada baiknya kalau kita mengetahui bagaimana karakteristik kimia dari kafein itu dari beberapa literatur dibawah ini.
Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi, daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa minuman penyegar. Kafein memiliki berat molekul 194.19 dengan rumus kimia C8H10N8O2 dan pH 6.9 (larutan kafein 1% dalam air) (Hermanto, 2007).
Kafein adalah sejenis obat yang secara natural diproduksi oleh daun dan benih pada beberapa jenis tanaman. Kafein juga bisa diproduksi dengan sengaja dan ditambahkan pada bahan-bahan makanan. Kafein dimasukkan kategori obat karena memberikan rangsangan pusat sistem saraf yang meningkatkan stamina. Kafein menyumbangkan energi sementara pada individu yang mengkonsumsinya dan juga menghilangkan rasa tidak mood (Siswono, 2007).
Dari pernyataan tersebut, diketahui bahwa kafein digolongkan kedalam tanaman obat. Dan itu memang benar, di dalam dunia suplemen/nutrisi olahraga, kafein dikategorikan sebagai pharmacological sports ergogenic yang dapat memiliki fungsi kerja seperti hormon atau zat neurotransmitter alami tubuh sehingga membuat kafein dapat meningkatkan performa fisik dengan berperan dalam berbagai proses metabolik tubuh (Irawan, 2009).
Dulu, dimana-mana kafein di-vonis tidak bagus untuk kesehatan. Berbagai instansi kesehatan menganjurkan untuk tidak mengkonsumsi kafein. Namun, sekarang pernyataan tersebut sudah mulai tidak diterima. Hal ini karena ada sebuah penelitian di Amerika Serikat yang dilakukan selama 18 tahun terhadap 18.000 orang yang mengkonsumsi kafein, hasilnya menunjukan kafein memberikan efek positif kepada pengkonsumsinya. Diantara hasil tersebut adalah : kafein membantu pembangkitan energi dan stamina, kafein membangkitkan rasa percaya diri, kafein dapat memperkuat daya ingat, kafein jika digunakan untuk masker kulit dapat berfungsi sebagai antioksidan, kafein dapat meningkatkan performa jantung dan sekaligus mencegah penyakit jantung, kafein memperlancar peredaran darah, kafein membantu memfokuskan pikiran, kafein meningkatkan kewaspadaan, kafein memberikan efek positif pada metabolisme, dsb.
Sejak 1 Januari 2004 kafein sudah tidak dikategorikan lagi sebagai zat yang dilarang untuk dikonsumsi dalam pertandingan olahraga, namun IOC (International Olympic Committe) tetap membatasi kadar/level maksimum yang diperbolehkan yaitu tidak lebih dari 12 mikro gram dalam setiap 1 ml urin atau menjaga konsumsinya tidak lebih dari 500 mg kafein atau 7-8 gelas kopi (Irawan, 2009).
Metabolism kafein dalam tubuh
Kafein dimetabolisme dalam hati menjadi tiga metabolit primer, yaitu: paraxanthine (84%), theobromine (12%), and theophylline (4%). Kafein diabsorbsi (diserap) oleh lambung dan usus halus 45 menit setelah pemberian. Fungsi ketiga metabolit tersebut didalam tubuh adalah sebagai berikut (Yosef, 2008) :
a. Paraxanthine (84%): untuk meningkatkan lipolisis (lisis terhadap lemak), dan meningkatkan gliserol dan asam lemak bebas dalam plasma darah.
b. Theobromine (12%): memperlebar pembuluh darah dan meningkatkan volume urin.
c. Theophylline (4%): relaksasi otot halus pada bronkus, dan digunakan untuk mengobati penyakit asma.
Dari pernyataan tersebut, dapat kita ketahui bahwa energi yang dihasilkan dari mengkonsumsi kafein melibatkan berbagai reaksi dalam tubuh, salah satunya adalah kafein berperan dalam meningkatkan lipolisis lemak. Lipolisis merupakan reaksi pemecahan lemak menjadi senyawa-senyawa penyusunnya, yaitu asam lemak dan gliserol. Dalam metabolisme lemak, yang pertama terjadi adalah reaksi lipolisis ini, namun terbatas jika hanya di dalam tubuh sudah kehabisan substrat utamanya, yaitu karbohohidrat. Kafein menstimulasi otak untuk memerintahkan tubuh melakukan lipolisis.
Untuk proses penghasilan energi, diperlukan oksigen untuk proses oksidasi guna menghasilkan energi yang lebih tinggi (ATP) dari energi potensial yang terkandung dalam lemak. Dan ketersediaan O2 yang cukup ini diperoleh dari kerja kafein yang memberikan efek pelebaran pembuluh darah, sehingga peredaran darah menjadi lebih lancar, dan aktivitas jantung semakin meningkat. Akibatnya, lebih banyak O2 yang bersirkulasi. Dan pada sel O2 ini digunakan untuk oksidasi asam lemak yang dihasilkan tadi.
Molekul kafein secara struktural mirip dengan adenin (adenosin nitrogen base) dan nukleosida mengikat reseptor pada membran sel. Oleh karena itu inhibisi kompetitif, yaitu, kafein mempengaruhi proses saraf yang mengatur pelepasan melalui pos sinaptik potensi. Telah menghasilkan peningkatan kadar epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin. Adrenalin kemudian merangsang sistem saraf simpatik dan menyebabkan peningkatan denyut jantung dan aliran darah ke otot, penurunan aliran darah ke kulit dan organ-organ dan pelepasan glukosa oleh hati (Anonim, 2009).
Kafein mengurung reseptor adenosin di otak. Adenosin ialah senyawa nukleotida yang berfungsi mengurangi aktivitas sel saraf saat tertambat pada sel tersebut. Seperti adenosin, molekul kafein juga tertambat pada reseptor yang sama, tetapi akibatnya berbeda. Kafein tidak akan memperlambat aktivitas sel saraf/otak sebaliknya menghalang adesonin untuk berfungsi. Dampaknya aktivitas otak meningkat dan mengakibatkan hormon epinefrin dirembes. Hormon tersebut akan menaikkan detak jantung, meninggikan tekanan darah, menambah penyaluran darah ke otot-otot, mengurangi penyaluran darah ke kulit dan organ dalam, dan mengeluarkan glukosa dari hati. Tambahan, kafein juga menaikkan permukaan neurotransmitter dopamine di otak
Kafein juga merupakan inhibitor cAMP-PDE (cAMP fosfodiesterase), yang mengubah cAMP (siklik adenosinmonofosfato) dalam bentuk asiklis (cAMP → AMP). Karena cAMP utusan kedua adalah tindakan adrenalin, mengurangi aktivitas fosfodiesterase berarti untuk memperpanjang efek adrenalin/epinefrin dan zat serupa seperti amphetamine, methamphetamine dan methylphenidate (Anonim, 2009).
Dengan demikian, dapat kita ambil satu kesimpulan bahwa energi yang dihasilkan dari kafein itu berasal dari stimulasi kafein terhadap otak yaitu dari pemecahan lemak kemudian diolah menjadi energi serta dibantu oleh aktivitas lain dari kafein seperti disebutkan diatas.
Kesimpulan
Kafein (C8H10N8O2) dimetabolisme dalam hati menjadi tiga metabolit primer, yaitu: paraxanthine (84%), theobromine (12%), and theophylline (4%). Energi yang dihasilkan dari mengkonsumsi kafein melibatkan berbagai reaksi dalam tubuh, salah satunya adalah kafein berperan dalam meningkatkan lipolisis lemak. Lipolisis merupakan reaksi pemecahan lemak menjadi senyawa-senyawa penyusunnya, yaitu asam lemak dan gliserol. Kafein menstimulasi otak untuk memerintahkan tubuh melakukan lipolisis.
Ketersediaan O2 yang cukup diperoleh dari kerja kafein yang memberikan efek pelebaran pembuluh darah, sehingga peredaran darah menjadi lebih lancar, dan aktivitas jantung semakin meningkat. Akibatnya, lebih banyak O2 yang bersirkulasi. Dan pada sel O2 ini digunakan untuk oksidasi asam lemak yang dihasilkan tadi. Kafein juga merupakan inhibitor cAMP-PDE (cAMP fosfodiesterase), yang mengubah cAMP (siklik adenosinmonofosfato) dalam bentuk asiklis (cAMP → AMP).
Dengan demikian, konsumsi kafein ini baik untuk kesehatan dalam batas yang normal (1-3 gelas perhari), terutama untuk pembakaran lemak dan penghasilan energi dari lemak tersebut.
Referensi :
Acheson, Gremaud, Meirim, et al. 2004. Efek Metabolik Kafein Pada Manusia. Swiss: Frost & Sullivan
Anonim. 2008. Empat Jenis Makanan Pembangkit Energi. Available from : http://www.indofamilyhealth.com/index.php?option=com_alphacontent§ion=5&Itemid=51. Accessed at 18 Januari 2010.
Anonim. 2009. Caffeina. Available from : http://www.rimedionaturale.com/id/. Accessed at 18 Januari 2010.
Anonim. 2010. Dibalik Nikmatnya Kafein. Available from : http://www.kabarlinggau.com/2010/01/. Accessed at 18 Januari 2010.
Hermanto. 2007. Kafein, Peningkatan Pembakaran Lemak Dan Performa Endurans. Available from : http://www.chem-is-try.org Accessed at 18 Januari 2010.
Irawan, Anwari. Kafein. Available from : http://pssplab.com/book/?p=158. Accessed at 18 Januari 2010.
Putra, W.P.A. 2009. Beberapa Jenis Makanan Pendongkrak Metabolisme. Available from : http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/. Accessed at 18 Januari 2010.
Rudy. 2009. Kafein dan gula: Mengapa pembangkit energi ini bisa mempengaruhi waktu tidur anda? Available from : http://www.goblogin.com/. Accessed at 18 Januari 2010.
Siswono. 2007. Kafein. Available from : http://www.gizi.net/. Accessed at 18 Januari 2010.
Yosef. 2008. Kafein. Available from : http://yosefw.wordpress.com/2008/05/22/256/ Accessed at 18 Januari 2010.
2 komentar:
Kafein ada pada semua minuman berenergi, yang penting tidak berlebihan
Kafein ada pada semua minuman berenergi, yang penting tidak berlebihan
Posting Komentar