Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Rabu, 07 Juli 2010

Tugas Evaluasi Proses dan Hasil Belajar "Analisa Tes"

TUGAS EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR

DISUSUN OLEH

1. BHIMA WIBAWA SANTOSO AIC407003

2. DIVYA RANI A1C407030

3. REZZATIA UNTARI AIC407037

DOSEN PENGAMPU

Dr. Aprizal Lukman, M.Pd

PROGRAM STUDI BIOLOGI

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2010

ANALISIS TES OBJEKTIF BIOLOGI PAKET B TRY OUT UJIAN NASIONAL SENGETI KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN ANGKATAN 2009/2010

I. LATAR BELAKANG

TES DAN EVALUASI

Tes merupakam bagian terpenting dari proses pembelajaran, oleh karena itu pengembangannya harus dilakukan sebelum proses pembalajaran (Paul A. Bott,1995)

Tes buatan guru adalah tes hasil belajar yang disusun oleh guru itu sendiri untuk kepentingan pengukuran dan penilaian prestasi belajar siswa, baik pada setiap penyajian satu-satuan pelajaran maupun pada ujian formatif dan sumatif (Popham, 1981:371).

Tes yang dibuat guru merupakan sumber data yang paling shahih bagi penilaian penguasaan siswa terhadap tujuan pelajaran di kelas (Cangelosi, 1991: 102)

Kegunaan tes buatan guru adalah untuk; (1) mengukur seberapa banyak penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu; (2) menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai atau belum; (3) memperoleh suatu niali (Aiken, 1997:11).

Tes buatan guru yang berkualitas sangat dibutuhkan mengingat keputusan yang diambil dari hasil tes tersebut adalah berdampak pada siswa. Menurut Chase (1978:58), tes yang baik adalah tes yang valid, reliable dan mudah dilaksanakan. Sedangkan Brown (1983:57) berpendapat bahwa tes yang baik adalah tes yang (1) reliable; (2) valid; (3) memiliki daya beda, dan (4) memiliki tingkat kesukaran yang ideal. Kualitas tes buatan guru dapat diperiksa dari lima aspek yaitu validitas, reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan fungsi distraktor (Cangelosi, 1990;27-36).

Menurut Grounlond (1982), tes buatan guru harus disusun dengan memperhatikan prinsip dasar penyusunan tes hasil belajar, yaitu (1) mengukur hasil belajar yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan belajar, (2) mengukur secara representative materi pelajaran yang tercakup dalam pembelajaran, (3) mencakup jenis-jenis pertanyaan yang sesuai untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan, (4) direncanakan agar hasilnya sesuai dengan yang diinginkan, (5) dibuat dengan reliabilitas yang setinggi-tingginya kemudian ditafsirkan dengan hati-hati, dan (6) digunakan untuk memperbaiki hasil belajar.

Oleh karena itu, dalam menyusun dan mengembangkan tes, syarat validitas dan reliabilitas menjadi hal yang sangat diperhatikan. Namun kenyataan di lapangan, kedua syarat tersebut sangat sulit dipenuhi, apalagi kalu pembuat tes itu adalah para guru dan praktisi pendidikan yang notabene belum memiliki kebiasaan untuk itu (Kumaidi,2005). Oleh karena itu, Bott (1995) memberikan 5 prinsip umum yang dapat dijadikan dasar dalam penyusunan tes, yaitu (1) kaitkan butir-butir tes dengan tujuan pembelajaran, (2) perencanaan tes, (3) penyiapan tes, (4) ujicoba tes, dan (5) evaluasi tes.

Pada dasarnya, tes dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan peserta tes terhadap materi yang ditanyakan pada tes tersebut. Pada level pendidikan, peserta tes biasanya adalah siswa. Tujuan tes yang penting adalah untuk: (1) menegtahui tingkat kemampuan peserta didik, (2) mengukur pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, (3) mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik, (4) mengetahui hasil pengajaran, (5) mengetahui hasil belajar, (6) mengetahui pencapaian kurikulum, (7) mendorong peserta didik belajar, dan (8) mendorong pendidik mengajar yang lebih baik dan peserta didik belajar lebih baik. Seringkali tes digunakan untuk beberapa tujuan, namun tidak akan memiliki keefektifan yang sama untuk semua tujan.

Terdapat berbagai teori yang menyebutkan pengertian dari tes:

  1. Menurut Linn & Gronlund (1990: 5) tes adalah “an Instrument or systematic procedure for measuring a sample behaviour”.
  2. Djemari Mardapi (2004: 71) menambahkan bahwa tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah
  3. Secara lebih lengkap, Lee J. Cronbach (1970) menambahkan bahwa tes adalah “a systematic procedure for observing a person's behaviour and describing it with the aid of a numerical scale or a category system”.

Dari beberapa pengertian yang disampaikan oleh beberapa ahli di atas, ada beberapa aspek yang bisa disimpulkan berkaitan dengan pengertian tes yaitu:

Prosedur yang digunakan dalam penyusunan tes adalah sistematis. Prosedur yang sistematis itu sendiri bermakna ada aturan-aturan tertentu yang harus dipenuhi dalam penyusunan tes mencakup pengertian obyektif, standar dan syarat-syarat kualitas lainnya.

o Isi tes merupakan sample dari hal yang hendak diukur. Hal ini bermakna, tidak semua yang ingin diukur dapat tercakup dalam tes. Karenanya kelayakan sebuah tes ditentukan oleh sejauhmana butir-butir soal yang terdapat dalam tes tersebut mewakili kawasan (domain) yang hendak diukur.

o Hal yang ingin diukur oleh tes adalah prilaku. Hal ini bermakna bahwa butir-butir yang terdapat dalam tes bermaksud menunjukkan apa yang diketahui peserta tes. Jawaban peserta tes merupakan sumber utama untuk menemukan apa yang sebenarnya diinginkan oleh tes.

o Sebagai salah satu alat ukur dalam bidang ilmu sosial khususnya pendidikan, tes merupakan alat untuk menaksir tingkat kemampuan seseorang secara tidak langsung melalui respon yang diberikannya atas soal-soal yang terdapat dalam tes. Hasil tes kemudian biasa digunakan untuk memantau perkembangan mutu pendidikan.

TES OBJEKTIF

Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia. Oleh karena sifatnya yang demikian Popham (1981 : 235) menyebutnya dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test). Butir soal telah mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes. Kemungkinan jawaban telah dipasok oleh pengkonstruksi tes dan peserta hanya memilih jawaban dari kemungkinan jawaban yang telah disediakan (Zainul dan Nasoetion, 1996). Menurut Subino (1987 : 4) perbedaan yang khas bentuk soal objektif dibanding dengan soal esai adalah tugas peserta tes (testee) dalam merespons tes. Pada tes objektif, tugas testi adalah memanipulasikan data yang telah ada dalam butir soal. Hal ini berbeda dengan soal esai dimana testi harus menciptakan dan mencari sendiri unsur-unsur yang dibutuhkan untuk menjawab soal.

Sebagaimana nama yang digunakannya, soal objektif adalah soal yang tingkat kebenarannya objektif. Oleh karenanya, tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif (Arikunto, 1995 : 165). Karena sifatnya yang objektif maka penskorannya dapat dilakukan dengan bantuan mesin. Soal ini tidak memberi peluang untuk memberikan penilaian yang bergradasi karena dia hanya mengenal benar dan salah. Apabila respons siswa sesuai dengan jawaban yang dikehendaki maka respons tersebut benar dan biasa diberi skor 1. Apabila kondisi yang terjadi sebaliknya, maka respons siswa salah dan biasa diberi skor 0. Jawaban siswa bersifat mengarah kepada satu jawaban yang benar (convergence).

Soal tes objektif sangat bermanfaat untuk mengukur hasil belajar kognitif tingkat rendah. Hasil-hasil belajar kompleks seperti menciptakan dan mengorganisasikan gagasan kurang cocok diukur menggunakan soal bentuk ini.

Soal objektif sangat bervariasi bentuknya. Variasi yang bisa dibuat dari soal objektif adalah benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi dan jawaban singkat.

TES PILIHAN GANDA

Pada tes pilihan ganda sama dengan tes benar salah, dapat digunakan untuk menguji informasi penegtahuan faktual atau pemahaman terhadap pembelajaran. Pada tes pilihan ganda, peluang tebakan lebih sedikit. Pada tes pilihan ganda tebakan terjadi sekitar 20%-25%. Jika banyak pilihan jawaban ada 4, maka peluang tebakan jawaban yang benar adalah 25%. Jika banyak pilihan jawaban ada 5, maka peluang terjadinya tebakan 20%.

Tes bentuk pilihan ganda merupakan tes yang memiliki satu pemberitahuan tentang suatu materi tertentu yang belum sempurna serta beberapa alternatif jawaban yang terdiri dari kunci jawaban dan pengecoh. Tugas peserta tes adalah memilih jawaban dari pilihan yang tersedia dan paling sesuai dengan pernyataan yang ada dalam soal.

Beberapa ketepatan dalam menyusun tes bentuk benar-salah diantaranya adalah: pernyataan harus jelas benar atau salah, hindari penentu spesifik misalnya semua dan tidak pernah, hindari pernyataan negatif, dan gunakan kalimat sederhana. Secara teknis disarankan untuk membuat jumlah butir yang cukup banyak, soal benar dan salah seimbang, dan urutan soal tidak berpola.

Beberapa ketentuan tes memasangkan/ menjodohkan, ketepatan menyusunnya diantaranya adalah : materi sebaiknya homogen, jumlah jawaban lebih banyak dibanding soal, petunjuk jelas, menggunakan simbol yang berlaianan untuk pertanyaan dan jawaban, dan ditulis dalam halaman yang sama

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan tes bentuk isian adalah: jawaban harus dibatasi, hanya ada 1 jawaban benar, titik-titik diletakkan diujung kalimat atau ditengah kalimat, nyatakanlah satuannya jika dibutuhkan.

Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam tes pilihan ganda menyusunnya adalah: gunakan kalimat positif, hindari kata kunci, hindari hubungan antar butir, dan jawaban diacak.

Sehubungan dengan penggunaan bentuk tes objektif dan esai, tes objektif memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan tes esai. Hal demikian bisa terjadi karena tes objektif umumnya hanya mampu mengukur level kognisi yang paling rendah, yaitu ingatan. Tingkat ingatan (C1) dalam taksonomi Bloom memerlukan kemampuan yang paling rendah dalam perolehan hasil belajar. Taksonomi disusun dari level kognisi yang paling sederhana, yaitu ingatan (C1) hingga yang paling kompleks yaitu evaluasi (C6). The major categories in the cognitive domain are knowledge, comprehension, application, analysis, synthesis and evaluation. These categories begin with the relatively simple knowledge outcomes and proceed through increasingly complex levels of intellectual ability (Grounlund, 1985 : 32)

Adapun keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan tes objektif secara keseluruhan adalah :

Keunggulan :

Ø Waktu yang dibutuhkan relatif lebih singkat

Ø Panjang pendeknya suatu tes (banyak sedikitnya butir soal) bisa berpengaruh terhadap kadar reliabilitas

Ø Proses pensekoran dapat dilakukan secara mudah karena kunci jawaban dapat dibuat secara pasti

Ø Proses penilaian dapat dilakukan secara objektif karena kunci jawaban sudah dapat ditentukan secara pasti.

Ø Faktor terka-menerka relatif lebih kecil

Ø Dapat dipakai untuk mengukur berbagai tujuan kurikuler

Ø Tidak mengandung jawaban yang dapat dimaknakan bermacam-macam.

Ø Siswa dapat memperoleh jawaban yang benar tanpa melakukan sesuai dengan yang diminta

Ø Bagaimanapun fleksibelnya bentuk ini masih sukar untuk dapat mengungkapkan kemampuan membuktikan, melukis, kreativitas kemampuan membaca, penemuan, pemecahan masalah.

Ø Lebih representatif mewakili isi dan banyaknya materi/bahan

Ø Lebih objektif dalam penilaian

Ø Lebih mudah dan cepat memeriksanya

Ø Waktu yang diperlukan untuk memeriksa jawaban siswa relatif singkat

Ø Pemeriksaan hasil tes dapat dibantu oleh orang lain

Ø Soal-soal lebih mungkin dapat dipakai ulang

Kelemahan tes objektif secara umum :

Ø Terdapat kemungkinan untuk dapat menebak jawaban dengan tepat. Tidak dapat mengetahui jalan pikiran testi dalam menjawab suatu pesoalan.

Ø Membatasi kreativitas siswa dalam menyusun jawaban sendiri.

Ø Bahan ajar yang diungkap dengan tes objektif, pada umumnya lebih terbatas pada hal-hal yang factual.

Ø Dibutuhkan persiapan penyusunan tes yang relatif lebih sulit dibandingkan tes uraian

Ø Proses berpikir anak tidak bisa diukur

Ø Sifat kreatif siswa akan cenderung menumpul

Ø Beberapa aspek kemampuan tidak bisa atau sukar diungkapkan

Ø Banyak kesempatan untuk untung-untungan

Ø Kerjasama siswa dalam menjawab tes lebih terbuka

. Pedoman utama dalam pembuatan butir soal bentuk pilihan ganda adalah:

1) Pokok soal harus jelas

2) Pilihan jawaban homogen dalam arti isi

3) Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama

4) Tidak ada petunjuk jawaban benar

5) Hindari menggunakan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah

6) Pilihan jawaban angka diurutkan

7) Semua pilihan jawaban logis

8) Jangan menggunakan negatif ganda

9) Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes

10) Bahasa Indonesia yang digunakan baku

11) Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.

II. TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan ini adalah:

  1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam dalam pembuatan tes
  2. Untuk mengetahui manfaat dari pembuatan tes objektif
  3. Untuk dapat mengetahui kaidah dalam penyusunan tes pilihan ganda
  4. Untuk mengetahui ranah kognitif dalam penulisan tes objektif pilihan ganda

III. MANFAAT PENULISAN

Manfaat dari penulisan ini adalah:

  1. Analisis tes belajar ini disusun untuk memenuhi kebutuhan akan pengetahuan tentang evaluasi pendidikan
  2. Dapat mengetahui pengelolaan tes oleh guru dalam menentukan penilaian di kelas
  3. Sebagai panduan bagi mahasiswa dalam mendalami materi evaluasi dan penilaian hasil belajar
  4. Menyediakan informasi tentang baik/buruknya proses hasil kegiatan pembelajaran

IV. PEMBAHASAN

Dari data yang diperoleh pada soal tes objektif biologi try out ujian nasional sengeti kabupaten muaro jambi tahun angkatan 2009/2010, analisis soal yang ditampilkan mengarah pada tujuan ranah cognitif (C1-C4), dengan point C1 (ingatan) adalah 30%, C2 (pemahaman) adalah 20%, C3 (penerapan) adalah 5% dan C4 (analisis) adalah 45%. Melalui data statistik penghitungan sebagai berikut:

C1: (12:40) x 100% = 30% (Ingatan/pengetahuan)

C2: (8:40) x !00% = 20% (Pemahaman)

C3: (2:40) x !00% = 5% (Penerapan)

C4: (18:40) x !00% = 45% (analisis)

Rincian ranah cognitif yang di analisis adalah sebagai berikut:

C1: Soal Nomor 3; 4; 9; 11; 13; 15; 18 ;22; 24; 29; 37; 38 (12 soal)

C2: Soal Nomor 1; 2; 14; 21; 26; 28; 32; 33 (8 soal)

C3: Soal Nomor 5; 19 (2 soal)

C4: Soal Nomor 2; 6; 7; 8; 10; 16; 17; 20; 23; 25; 27; 30; 31; 34; 35; 36; 39; 40

(18 soal)

Dari data yang telah dianalisis, telihat ketidaksinkronan dalam pembuatan soal, yaitu:

1. Aplikasi ranah kognitif yang diterapkan tidak seimbang pada tiap ranah C1-C6.

2. Soal Objektif yang disusun hanya terpaut pada penerapan C1, C2, C3, C4

3. Masih terdapat pokok soal dalam permasalahan yang masih rancu

4. Ranah kognitif C5 (sintesis) dan C6 (evalusi dan kreasi) tidak terdapat dalam soal objektif tersebut

Banyak terdapat kesetimpangan pada soal objektif yang telah disusun untuk try out ujian nasional sengeti kabupaten muaro jambi. Penekanan ranah kognitif yang diterapkan condong kearah C4 dalam hal analisis. Sementara ranah kognitif dalam aspek C2 (pemahaman) dan C3 (penerapan) justru persentasenya sanagt kecil. Dan berbanding terbalik untuk C5 dan C6 yang bahkan tidak di terapkan. Hal ini tidak sesuai dengan kenyataan yang seharusnya dalam penulisan soal setidaknya ada keseimbangan (balance) tiap-tiap aspek ranah kognitif. Seharusnya bila dalam tes terdapat 40 soal objektif, maka paling tidak terdapat enam hinga tujuh soal objektif yang terimplementasi pada bidang kognitif masing-masing. Persentase tiap ranah kognitif mulai dari C1 hingga C6 adalah 16%-17% dalam poin penulisan butir-butir soalnya.

Kemudian dalam butir soal masih terdapat ketidakjelasan maksud dari permasalahan yang ditanyakan. Hal ini dapat mengakibatkan siswa menjadi bingung`dalam menelaah soal yang diberikan, sehingga dapat menimbulkan kesalah pahaman maksud yang berakibat pada jawaban yang tidak tepat. Kerancuan pada butir soal merupakan salah satu aspek yang harus diperbaiki dalam penulisan soal objektif.

Dilihat dari strukturnya bentuk soal pilihan banyak terdiri atas:

i. Stem :suatu pertanyaan / pernyataan yang berisi permasalahan yang akan ditanyakan

ii. Option :sejumlah pilian/alternatif jawaban

iii. Kunci :jawaban yang benar/paling tepat

iv. Distractor/pengecoh :jawaban-jawaban lain, selain kunci

(Sudjana, 2004:267)

V. DISKUSI

Dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, kelompok kami dapat menganalisis poin-poin pokok dari tes objektif biologi paket B try out ujian nasional sengeti kabupaten muaro jambi tahun angkatan 2009/2010 perlu sedikit di kritisi, antara lain:

1. Seharusnya dalam penulisan tes, setaip butir soal yang mengarah pada tiap ranah kognitif dibuat secara random (acak) namun tetap skematis. Misalnya butir soal 1 mengacu pada C1, Soal 2 pada C2, soal 3 pada C3 dan seterusnya.

2. Penulisan soal harus jelas dan dapat dimengerti oleh peserta didik. Jangan menggunakan kalimat yang tidak sesuai dengan jenjang pemahaman peserta didik, misalnya: soal tes untuk SMA namun bahasanya setara dengan tingkat perguruan tinggi. Hal ini justru mempersulit peserta didik.

3. Dalam pembuatan butir soal seharusnya semua konsep pada tiap ranah cognitif C1 hingga C6 tersalurkan, karena keanam pokok kognitif tersebut merupakan inti dari kompetensi pengetahuan siswa dalam menguasai materi yang telah dipelajari.

4. Pilihan dalam membuat kunci jawaban juga harus bebeda-beda pada setiap butir soal yang diuji kepada peserta didik.

5. Dalam tes objektif, untuk pilihan kunci jawaban, semakin banyak pilihan maka dapat dikatakan semakin baik untuk menguji pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran, namun pembuatan pilihan jawaban juga harus mengikuti kaidah yang telah ditentukan. Butir soal objektif berganda pada tes peserta didik SMA biasanya diberikan 5 pilihan, dengan peluang menebak hanya sekitar 20% untuk tiap kunci yang diberikan

REFERENSI

Asmawi, Z. dan Nasution, N. (1994). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

Bott, P.A. 1996. Testing And Assessment In Occupational And Technical Education.

London: allyin and Bacon

Cangelosi, J. 1990. designing Tests For Evaluating Student Achievement. NY: Longman.

Cole, Peter. G and Chan, Lorna. (1994). Teaching Principles and Practice. Australia: Prentice Hall.

Gronlund, Norman E. 1998. Assessment Of Student Achievement Sixth Edition. Boston:

Allyn and Bacon

Kumaidi.2005. profil Siswa Dan Kelas Untuk Bantuan Peningkatan Pembelajaran.

Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Hasil Penelitian tentang Evaluasi Hasil Belajar serta Pengelolaannya, tanggal 14-15 Mei 2005. Yogyakarta

Mardapi. J.2005. Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi. Dalam

Rekayasa Sistem Penilaian dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pendidikan. Yogyakarta: HEPI

Popham, W.J. 1995. Classroom Assessment. Boston: Alliyn and Bacon

Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar

Baru Algensindo.

Zainul, A.2005. Assesmen Alternatif Untuk Mendukung Belajar Dan Pembelajaran.

Dalam rekayasa system penilaian dalam rangka meningkatkan pendidikan. Yogyakarta:HEPI

Pengikut