Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Jumat, 09 Juli 2010

Reproduksi serangga

I.Pendahuluan

Landasan Teori

Sebagian besar serangga mempunyai jenis kelamin yang terpisah dengan system reproduksi kompleks. Pada jantan sperma berkembang dalam sepasang testis dan dialirkan sepanjang duktus (saluran) yang melilit-lilit menuju dua vesikula seminalis, tempat sperma akan disimpan. Selama perkawinan sperma diejakulasi ke system reproduksi betina. Pada betina telur berkembang dalam sepasang ovarium dan dialirkan melalui duktus ke vagina, dimana fertilisasi terjadi. Pada banyak spesies sistem reproduksi melipiti spermateka yaitu sebuah kantong tempat sperma disimpan didalamnya selama satu tahun atau lebih.(Campbell.2002:156)

Semua makhluk hidup mempunyai kemampuan untuk menghasilkan organisme baru yang sama dengan dirinya, ini berkaitan dengan reproduksi. Pertumbuhan serangga setelah embrio terdiri atas serangkaian tahapan, dimana serangga mengalami perubahan bentuk dari larva kebentuk dewasa atau imago. Proses yang melibatkan pertumbuhan mengalami serangkaian ganti kulit dan perubahan bentuk dimana ciri-ciri larva hilang dan muncul ciri dewasa.

Seperti pada anthropoda lain, pertumbuhan serangga merupakan serangkaian dari tahap eksdisis (ganti kulit). Disini rangka luar (eksoskeleton) yang kaku tidak dapat merentang, secra periodik dilepaskan dan diganti dengan rangka luar baru yang lebih besar.

Banyak serangga yang mengalami metamorfosis dsisni terdapat sederetan tahap juvenile yang masing-masing memerlukan pembentukan rangka luar baru. Pada beberapa ordo yang lain bentuk dewasa dipisah dari tahap larva oleh bentuk pupa (Kepompong) dan perubahan menjadi bentuk dewasa berlangsung secara tiba-tiba.(Soewolo.1997:376)

Perkembang biakan serangga umumnya secra perkawinan aseksual yang berarti sel telur mengalami perkembangan jika bertemu dengan sperma dari yang jantan. Pada umunya serangga betina bertelur dan serangga tersebut disebut ovipar. Ada juga serangga yang berkembang biak tanpa pembuahan, perkembangan tersebut disebut parthenogenesis, sedangkan perkembang biakan dari satu sel telur menjadi banyak embrio disebut polyembriani.

Bila perkembangbiakan serangga yakni serangga pradewasa yang memperoleh makanan dalam tubuh induknya dan keluar dari tubuh induknya tersebut disebut vivivar. Bila telur menetas dalam tubuh induk dan dilahirkan disebut dengan ovovivivar. Bentuk dan ukuran telur serangga bermacam-macam. Banyak serangga bergani bentuk selama perkembangan pasca embrio, dan instar-instrar yang berbeda tidak semuanya serupa. Perubahan ini disebut metamorfosis. Beberapa serangga mengalami sedikit perubahan bentuk, dan yang muda dan dewasa sangat mirip kecuali mengenai ukuran. Ada tiga tipe metamorfosis pada serangga a) Tidak ada metemorfosis b) metemorfosis sederhana c) metamorfosisi sempurna.(Parto.1992:45)

Perkembangan dari setipa serangga terdiri atas tiga tahap utama embrio, masa belum dewasa, dan masa dewasa. Serangga makan dan tumbuh menyusul penetasan, berganti kulit beberapa waktu sampai tingkat reproduksi dewasa tercapai.(Sunarjo.P.I.1990:147)

II.Pelaksanaan Praktikum

Alat dan Bahan

A.Alat

Media bikan serangga yang sesuai dengan serangga yang akan di biakkan.

B.Bahan

Beberapa pasang serangga

C.Cara Kerja

1. Disiapkan beberapa pasang serangga

2. Dimasukkan kedalam media biakan

3. Diamati perilaku kawin, saca reproduksi dan siklus hidupnya selama ± 5 Bulan.

4. Dicatat hasil dan dibandingkan dengan literature yang ada.

III.Hasil dan pembahasan

A.Hasil

Serangga yang digunakan: Bapak pucung/ Kutu api :Phyrohocori sp

Jumlah serangga yang dimasukkan kedalam medium adalah 6 ekor

Minggu Pertama

Hari

Tanggal

Pengamatan

Senin

12 Mei 2008

Salah satu serangga mengalami molting/instar

Selasa

13 Mei 2008

Hewan yang mengalami moltingàmati

Rabu

14 Mei 2008

Tidak terjadi perubahan apapun

Kamis

15 Mei 2008

3 serangga mengalami molting

Jumat

16 Mei 2008

Ditemukan telur serangga,1 serangga molting

Sabtu

17 Mei 2008

Terjadi molting pada salah satu serangga

Minggu

18 Mei 2008

Terjadi kematian pada serangga yang mengalami molting .

Sisa 3 serangga

Catatan:

  1. Rabu 14 Mei 2008 19.00 WIB . Sepasang hewan melakukan perkawinan. Dengan cara menyatukan bagian abdomen selama ±1-2 hari.Perilaku khusus : Jantan (Berukuran kecil) menarik si betina lalu mulai melakukan perkawinan.
  2. Serangga senderung hidup berpasang-pasangan pasa satu relung tertentu.
  3. Setelah mengalami molting III serangga baru bisa melakukan perkawinan.
  4. Setelah Molting III dan melakukan perkawinan serangga mengalami kematian.
  5. Telur berjumlah 20 butir dengan posisi menyebar

Minggu Kedua

Hari

Tanggal

Pengamatan

Senin

19 Mei 2008

Keadaan tetap, telur berwarna putih

Selasa

20 Mei 2008

3 butir telur berubah menjadi abu-abu

Rabu

21 Mei 2008

Tidak ada perubahan

Kamis

22 Mei 2008

3 butir telur abu-abu berubah menjadi warna hitam

Jumat

23 Mei 2008

Tidak ada perubahan

Sabtu

24 Mei 2008

Tidak ada perubahan

Minggu

25 Mei 2008

Tidak ada perubahan

Minggu Ketiga

Hari

Tanggal

Pengamatan

Senin

26 Mei 2008

Tidak ada perubahan

Selasa

27 Mei 2008

3 Telur menetas (Anakan Berwana Merah keputihan) mirip dewasa.

Rabu

28 Mei 2008

Tidak ada perubahan

Kamis

29 Mei 2008

2 anakan Molting I

Jumat

30 Mei 2008

1 anakan mengalami molting I

Sabtu

31 Mei 2008

Tidak ada perubahan

Minggu

1 Juni 2008

Tidak ada perubahan

Minggu Keempat

Hari

Tanggal

Pengamatan

Senin

2 Juni 2008

1 Anakan mengalami molting II

Selasa

3 Juni 2008

Tidak ada perubahan

Rabu

4 Juni 2008

Tidak ada perubahan

Kamis

5 Juni 2008

1 anakan Molting I

Jumat

6 Juni 2008

Tidak ada perubahan

Sabtu

7 Juni 2008

Adanya penambahan sampel serangga sebanyak 4 ekor yang semuanya dalam fase dewasa (sudah mengalami molting III)

Minggu

8 Juni 2008

Beberapa serangga mengalami perkawinan

Minggu Kelima

Hari

Tanggal

Pengamatan

Senin

9 Juni 2008

Tidak ada perubahan

Selasa

10 Juni 2008

Ditemukan telur dengan jumlah ± 50 butir

Rabu

11 Juni 2008

Tidak ada perubahan

Kamis

12 Juni 2008

Tidak ada perubahan

Jumat

13 Juni 2008

3 serangga mengalami kematian

Sabtu

14 Juni 2008

Tidak ada perubahan

Minggu

15 Juni 2008

1 Serangga mengalami molting

Catatan:

1. Telur yang tidak mengalami perubahan warna tidak menetas.

2. Anakan muda berwarna merah keputihan sebelum molting I

3.Setelah molting II anakan berubah menjadi pradewasa yang bersifat steril

4.Setelah molting III pradewasa menjadi dewasa yang fertil

5.Pengamatan molting diketahui dengan melihat sisa molting berupa eksoskeleton yang tertinggal dan adanya perubahan corak warna pada serangga yang diamati.

SIKLUS HIDUP Phyrohocori sp

B.Pembahasan

Pada serangga yang diteliti yaitu Phyrohocori sp ditemukan beberapa perlakuan khusus pada saat ingin melakukan perkawinan yaitu jantan (Berukuran kecil) menarik si betina lalu mulai melakukan perkawinan. Hewan melakukan perkawinan. Dengan cara menyatukan bagian abdomen selama ±1-2 hari.

Pada Phyrohocori sp tidak mengalami metamorfosis yang sempurna karena pada proses metamorfosisnya tidak mengalami fase pupa. Pada Phyrohocori sp hanya mengalami perubahan bentuk tubuh beberapa kali dari pada awal fase telur, warna telur dapat berubah-ubah setelah menetas mengalami III kali molting atau pergantian kulit. Namun setelah melakukan molting ke III, hewan mati. Menurut Sunarjo.P.I.(1990) srangga yang mengalami metamorphose tidak sempurna umumnya bentuk pra dewasa hampir mirip dengan bentuk dewasa, perubahan menyangkut lebar sayap dan ukuran tubuh juga differensiasi organ kelamin. Menurut Praraga (1991)Biasanya spesies serangga yang bentuk mudanya menyerupai dewasa hanya debanya yang muda belum mempunyai sayap, dan sayap tumbuh bertahap. Serangga muda mengalami perubahan secara berangsur-angsur disebut nymfa. Meteamorfose sederhana biasanya disebut juga HETEROMETABOLA atau perubahan yang berbeda, dan yang termasuk golongan ini adalah ordo Ortophera, Isopthtera, Mallophaga, Thysanoptera, Homoptera, Hemiptera dan Anoplera.

Dari litetarur di atas dapat dikatakan bahwa pernyataan yang mengatakan bahwa hewan Phyrohocori sp adalah hewan yang mengalami metamorfosis sederhana karena spesies hewan Phyrohocori sp ini termasuk kedalam ordo hewan HEMIPTERA.

Jumlah telur yang ditemukan pada saat hewan di teliti adalah 20 butir, namun yang dapat menetas hanya 3 butir saja yaitu telur yang mengalami tahap perubahan warna cangkang. Sedangkan telur yang tidak mengalami perubahan cangkang tidak dapat menetas, hal ini dapat dikarenakan telur-telur tersebut tidak dibuahi atau faktor lainnya.

Pada hewan Phyrohocori sp ini awal tahap perkembangan setelah menetas hewan berwarna merah keputihan dan berukuran kecil, setelah itu mengalami molting I dan berubah menjadi hewan pra dewasa yang bersifat steril, setelah molting ke III barulah hewan dapat melakukan perkawinan. Hal ini dikarenakan hewan yang telah mengalami molting ke III ini telah sempurna organ reproduksinya (Parto.1992)

Selain itu menurut sunarjo (1990) serangga tumbuh dan berkembang dengan cara berganti kulit. Pergantian kulit terakhir menghasilkan serangga dewasa yang mampu bereproduksi.

Molting merupakan suatu proses yang komplek. Selama proses molting, sel epidermis mendemonstrasikan kesanggupannya yang mengagumkan dalam kelincahannya melakukan sintesis.Proses yang terjadi saat molting adalah:

  1. Apolysis yaitu penarikan epidermis dari permukaan dalam kutikula lama.
  2. Pembentukan epikula yaitu dimulai ketika noktah rapat kelihatan pada ujung microvilli yang halus menonjol keluar dari sel epidermis.
  3. Pembentukan prokula terjadi dengan pembentukan microfibrilkhitin didalam rongga sub kutikula di bawah inner epikutikula.
  4. Ecdysis berlangsung ketika kutikula pecah disepanjang garis tengah punggung dari ecdysial suture. Kulit yang terlepas mengandung epikutikula, dan eksokutikula dan termasuk lipid yang tidak tercerna, protein dan khitin.
  5. Pemuaian (ekspansi) dari kutikula baru yang masih lunak, terjadi ketika serangga menelan udara untuk memuaikan dan meratakan permukaan kutikulin.
  6. Pengerasan dan perubahan warna menjadi gelap.
  7. Pembentukan endokutikula termasuk peletakan lapisan khitin.

Semua makhluk hidup mempunyai kemampuan untuk menghasilkan organisme baru yang sama dengan dirinya, ini berkaitan dengan reproduksi. Pertumbuhan serangga setelah embrio terdiri atas serangkaian tahapan, dimana serangga mengalami perubahan bentuk dari larva kebentuk dewasa atau imago. Proses yang melibatkan pertumbuhan mengalami serangkaian ganti kulit dan perubahan bentuk dimana ciri-ciri larva hilang dan muncul ciri dewasa.

Seperti pada anthropoda lain, pertumbuhan serangga merupakan serangkaian dari tahap eksdisis (ganti kulit). Disini rangka luar (eksoskeleton) yang kaku tidak dapat merentang, secra periodic dilepaskan dan diganti dengan rangka luar baru yang lebih besar.

Banyak serangga yang mengalami metamorfosis dsisni terdapat sederetan tahap juvenile yang masing-masing memerlukan pembentukan rangka luar baru. Pada beberapa ordo yang lain bentuk dewasa dipisah dari tahap larva oleh bentuk pupa (Kepompong) dan perubahan menjadi bentuk dewasa berlangsung secara tiba-tiba.(Soewolo.1997:376)

Sebagian besar serangga mempunyai jenis kelamin yang terpisah dengan system reproduksi kompleks. Pada jantan sperma berkembang dalam sepasang testis dan dialirkan sepanjang duktus (saluran) yang melilit-lilit menuju dua vesikula seminalis, tempat sperma akan disimpan. Selama perkawinan sperma diejakulasi ke system reproduksi betina. Pada betina telur berkembang dalam sepasang ovarium dan dialirkan melalui duktus ke vagina, dimana fertilisasi terjadi. Pada banyak spesies system reproduksi melipiti spermateka yaitu sebuah kantong tempat sperma disimpan didalamnya selama satu tahun atau lebih.(Campbell.2002:156)

Phyrohocori sp adalah hewan yang ovivar, pernyataan ini diambil karena Phyrohocori sp hanya mampu bertelur saja.Menurut Parto (1992) Perkembang biakan serangga umumnya secara perkawinan aseksual yang berarti sel telur mengalami perkembangan jika bertemu dengan sperma dari yang jantan. Pada umunya serangga betina bertelur dan serangga tersebut disebut ovipar. Ada juga serangga yang berkembang biak tanpa pembuahan, perkembangan tersebut disebut parthenogenesis, sedangkan perkembang biakan dari satu sel telur menjadi banyak embrio disebut polyembriani.

Bila perkembangbiakan serangga yakni serangga pradewasa yang memperoleh makanan dalam tubuh induknya dan keluar dari tubuh induknya tersebut disebut vivivar. Bila telur menetas dalam tubuh induk dan dilahirkan disebut dengan ovovivivar. Bentuk dan ukuran telur serangga bermacam-macam. Banyak serangga bergani bentuk selama perkembangan pasca embrio, dan instar-instrar yang berbeda tidak semuanya serupa. Perubahan ini disebut metamorfosis. Beberapa serangga mengalami sedikit perubahan bentuk, dan yang muda dan dewasa sangat mirip kecuali mengenai ukuran. Ada tiga tipe metamorfosis pada serangga a) Tidak ada metemorfosis b) metemorfosis sederhana c) metamorfosisi sempurna.

Koleksi Foto:

Serangga yang mengalami perkawinan.

Perkawinan yang terjadi selama 1-2 hari

Serangga yang mengalami perkawinan adalah 2 pasang, ini terjadi pada tanggal 8 Juni 2008

Ditemukan ±50 butir telur setelah serangga melakukan perkawinan.
Doc: 10 Juni 2008 at : 06.00 Pm

Memory in: 10 Juni 2008

Satu butir Telur se

rangga Phyrohocori sp


Serangga yang mengalami kematian.

Seekor serangga dewasa yang sudah mengalami molting akhir menuju pendewasaan organ reproduksi.

Seekor serangga yang baru menetas. Sebelum molting I.

IV.Penutup

Kesimpulan :

  1. Pada serangga yang diteliti yaitu Phyrohocori sp ditemukan beberapa perlakuan khusus pada saat ingin melakukan perkawinan yaitu jantan (Berukuran kecil) menarik si betina lalu mulai melakukan perkawinan. Hewan melakukan perkawinan. Dengan cara menyatukan bagian abdomen selama ±1-2 hari.
  2. Pada Phyrohocori sp tidak mengalami metamorfosis yang sempurna karena pada proses metamorfosisnya tidak mengalami fase pupa. Pada Phyrohocori sp hanya mengalami perubahan bentuk tubuh beberapa kali dari pada awal fase telur, warna telur dapat berubah-ubah setelah menetas mengalami III kali molting atau pergantian kulit. Namun setelah melakukan molting ke III, hewan mati.
  3. Jumlah telur yang ditemukan pada saat hewan di teliti adalah 20 butir, namun yang dapat menetas hanya 3 butir saja yaitu telur yang mengalami tahap perubahan warna cangkang. Sedangkan telur yang tidak mengalami perubahan cangkang tidak dapat menetas, hal ini dapat dikarenakan telur-telur tersebut tidak dibuahi.
  4. Pada hewan Phyrohocori sp ini awal tahap perkembangan setelah menetas hewan berwarna merah keputihan dan berukuran kecil, setelah itu mengalami molting I dan berubah menjadi hewan pra dewasa yang bersifat steril, setelah molting ke III barulah hewan dapat melakukan perkawinan. Hal ini dikarenakan hewan yang telah mengalami molting ke III ini telah sempurna organ reproduksinya.
  5. Phyrohocori sp adalah hewan yang ovivar, pernyataan ini diambil karena Phyrohocori sp hanya mampu bertelur saja.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell.2002.Biologi.Erlangga:Jakarta

Parto..1992.Mengenal serangga.Agromedia:Bogor

Praga1991.Hama dan Penyakit Tanaman.Penebar Swadaya : Jakarta

Soewolo.1997.Fisiologi Hewan. UT: Jakarta

Sunarjo.P.1990. Dasar-dasar Ilmu Serangga.ITB: Bandung

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Wah bim, laporan kk pada nangkring dsni smua yaaa

bhima mengatakan...

hehehe iya kak, namanya juga blog laporan , ,

Pengikut