Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Jumat, 09 Juli 2010

WAKTU KOAGULASI DAN WAKTU PENDARAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

WAKTU KOAGULASI DAN WAKTU PENDARAHAN

DISUSUN OLEH:

ANDIKA SAPUTRA

A1C408031

PROGRAM STUDI BIOLOGI

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2010

I. JUDUL : Waktu Koagulasi dan Waktu Pendarahan

II. HARI/TANGGAL : Sabtu 10 April 2010

III. TUJUAN :

1. Untuk menentukan lama waktu yang diperlukan darah untuk membeku

2. Untuk mengetahui aktivitas faktor-faktor koagulasi

3. Untuk mengetahui waktu pendarahan

IV. KAJIAN PUSTAKA

Dalam tubuh kita terdapat banyak aliran darah yang sering kita sebut dengan pembuluh darah. Bila pembuluh darah dipotong atau dirobek, sangat penting untuk menghentikan keluarnya darah dari sistem sebelum berakhir dengan kematian. Dari sudut mekanisme pendarahan dapat berhenti jika (1) bila tekanan darah dalam pembuluh darah lebih kecil dari pada tekanan diluar pembulu darah, keadaan tersebut dapat terjadi jika banyak darah yang tergenang disekitar pembulu darah yang robek terjadi penurunan tekanan darah secara menyeluruh (2) bila ada sumbat yang dapat menyumbat lubang pembuluh darah yang robek. Pembentukan sumbat hemostatis dari komponen-komponen darah merupakan mekanisme yang penting dalam hemostasis alamiah. Adanya gangguan terhadap homeostasis alamiah mengakibatkan pendarahan agak sukar dikendalikan seperti halnya pada hemofilia. Sumbat hemostatis mula-mula terbentuk dari agresi trombosit tetapi kemudian fibrin akan terbentuk. Fibrin yang merupakan serat-serat panjang akan membentuk jendolan lewat penjeratan sel darah merah dan sel darah putih, jendolan tadi disebut koagulum.

Pemadatan atau lebih dikenal dengan pembekuan darah mampu menghentikan semua pendarahan kecuali pada pembuluh darah yang rusak, keping darah melekat pada permukaan dalam dinding pembuluh darah tersebut. Dinding rombosit bersifat sangat rapuh dan cenderung untuk melekat pada permukaan kasar seperti pada pembuluh darah yang robek.

Pembuluh darah dan sel-sel rusak di daerah ini melepaskan bahan bersifat lemak yang diaktifkan oleh protein-protein tertentu (faktor pembekuan) di dalam darah membentuk ”tromboplastin”. Dengan adanya ion kalsium (Ca++.) dan faktor pembeku tambahan dalam plasma, tromboplastin mengkatalisis perubahan protombin (suatu globulin serum yang dibuat terus menerus oleh hati) menjadi trombin. Trombin adalah suatu enzim yang mengkatalisis perubahan fibrinogen protein plasma yagn dapat larut menjadi fibrin, protein yang tak dapat larut. Fibrin secara berangsur membentuk suatu lubang tempat sel-sel darah tertanam. Dengan segera dibangun suatu bendungan (pembekuan) yang menghentikan keluarnya darah dari pembuluh darah yang pecah.

Pada waktu darah membeku, sebetulnya fibrin pada saat itu adalah anyaman fibrin yang menjerat sel-sel darah. Fibrin yang baru dibentuk bersifat sangat lekat, sehingga fibrin saling melekat. Selain itu, sel-sel darah, jaringan-jaringan dan benda-benda asing tertentu akan melekat pada fibrin. Sifat lekat ini sangat efektif bagi darah yang membeku. Pada darah yang baru membeku, koagulum yang baru terbentuk itu masih merupakan masa yang lunak seperti selei. Tetapi lamam kelamaan koagulum akan mengkerut sampai 40% dari volume semula dan cairan akan dibebaskan. Cairan yang dibebaskan dari koagulum tersebut disebut serum. Serum merupakan plasma tanpa fibrinogen dan faktor-faktor lain yang terlibat dalam proses pembekuan darah. Koagulum akhirnya akan bersifat agak keras, lebih padat. Kenyal dan lebih efesien sebagai sumbat. Pengerutan koagulum terjadi kurang sempurna kalau trombosit secara percobaaan diambil atau pada keadaan dimana jumlah trombosit menurun. Koagulum yang terbentuk akan segera lenyap bila pemyembuhan luka telah terjadi. Pross pemecahan atau penguraian koagoulum disebut fibrinolisis ( Wulangi, 1993).

Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia (koagulan) ke dalam air yang akan dioIah. Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan (Anonim a 2009).

Penggumpalan darah atau pembekuan darah, atau disebut juga dengan koagulasi darah terjadi apabila darah ditampung dan dibiarkan begitu saja. Menurut Anonim b (2009), waktu koagulasi adalah waktu mulai darah mulai keluar sampai keluarnya benang fibrin. Sedangkan menurut Guyton (1983), waktu koagulasi adalah waktu yang dibutuhkan darah untuk menggumpal dimana bervariasi untuk berbagai spesies.

Mekanisme koagulasi atau proses koagulasi (penggumpalan darah) terjadi lewat mekanisme kompleks yang diakhiri dengan pembentukan fibrin (protein dalam plasma darah yang diubah oleh trombin/enzim pembeku darah dalam proses pembekuan darah). Mekanisme ini terjadi jika ada cedera di dalam maupun di permukaan tubuh. Kondisi darah mudah menggumpal bisa terjadi karena faktor keturunan maupun didapat misalnya akibat infeksi maupun tingginya antibodi antikardiolipid (ACA) akibat gangguan autonium (Anonim c, 2009).

Waktu koagulasi normal pada manusia yaitu 15 detik sampai 2 menit dan berakhir dalam waktu 5 menit. Sedangkan waktu koagulasi pada ternak seperti sapi 6,5 menit, kambing 2,5 menit, ayam 4,5 menit, kuda 11,5 menit, babi 3,5 menit, domba 2,5 menit dan anjing 2,5 menit (Frandson, 1992).

Antikoagulan adalah suatu zat atau obat yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Atas dasar ini antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan meluasnya trombus dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya darah diluar tubuh pada pemeriksaan laboratorium atau transfusi (Anonim c, 2009).

Antikoagulan dapat dibagi menjadi 3 kelompok (Anonim, 2009) :

1. Heparin, merupakan satu-satunya antikoagulan yang diberikan secara parenteral dan merupakan obat terpilih bila diperlukan efek yang cepat misalnya untuk emboli paru-paru dan trombosis vena dalam, oklusi arteri akut atau infark miokard akut. Obat ini juga digunakan untuk pencegahan tromboemboli vena selama operasi dan untuk mempertahankan sirkulasi ekstraorporal selama operasi jantung terbuka. Heparin juga diindikasikan untuk wanita hamil yang memerlukan antikoagulan.

2. Antikoagulan oral, terdiri dari derivat 4 – hidroksikumarin misalnya : dikumoral, warfarin dan derivat indan – 1,3 –dion misalnya : nanisindion. Seperti halnya heparin, antikoagulan oral berguna untuk pencegahan dan pengobatan tromboemboli. Untuk pencegahan, umumnya obat ini digunakan dalam waktu jangka panjang, Terhadap trombosis vena, efek antikoagulan oral sama dengan heparin, tetapi terhadap tromboemboli sistem arteri, antikoagulan oral kurang efektif. Antikoagulan oral diindikasikan untuk penyakit dengan kecenderungan timbulnya tromboemboli, antara lain infrak miokard, penyakit jantung rematik, serangan iskemia selintas, trombosis vena, emboli paru.

3. Antikoagulan yang bekerja dengan mengikat ion kalsium, salah satu faktor pembekuan darah. Natrium sitrat dalam darah akan mengikat kalsium menjadi kompleks kalsium sitrat. Bahan ini banyak digunakan dalam darah untuk tranfusi, karena tidak tosik. Tetapi dosis yang terlalu tinggi umpamanya pada transfusi darah sampai 1.400 ml dapat menyebabkan depresi jantung. Asam oksalat dan senyawa oksalat lainnya digunakan untuk antikoagulan di luar tubuh (in vitro), sebab terlalu toksis untuk penggunaan in vivo (di dalam tubuh). Natrium adetat mengikat kalsium menjadi kompleks dan bersifat sebagai antikoagulan..

Mekanisme pembekuan dibagi dalam 3 tahap dasar :

  1. Pembentukan tromboplastin plasma intrinsik yang juga disebut trombopatogenesis, dimulai dengan pekerjaan trombosit, terutama TF3 dan faktor pembekuan lain pada permukaan asing atau sentuhan dengan kolagen. Faktor pembekuan tersebut adalah faktor IV, V, VIII, IX, X, XI, XII kemudian faktor III dan VII.
  2. Perubahan protrombin menjadi trombin yang dikatalisasi oleh tromboplastin, faktor IV, V, VII dan X.
  3. Perubahan fibrinogen menjadi fibrin dengan katalisator trombin, TF1 dan TF2.5 Hemostasis yang baik berlangsung dalam batas waktu tertentu, sehingga tidak hanya berbentuk tromboplastin, trombin atau fibrin saja yang penting, tetapi juga pembentukan masing-masing zat. (Ashari,2009)

Sehingga proses pembekuan darah ada 3 tingkat, yaitu :

  1. Pembentukan trombolpastin
  2. Pembentukan trombin
  3. Pembentukan fibrin

Dalam proses pembekuan darah, saat ini dikenal 13 faktor yang berperan, (faktor 1 sampai XIII). Faktor pembekuan darah tersebut yang sangat berperan, diantaranya yaitu faktor XIII : fibrinase.

Suatu proses penghancuran fibrin yang gunanya supaya pembekuan darah tidak berlebihan. Secara alamiah dan dalam keadaan normal sebenarnya selalu terjadi pembekuan darah dan fibrinolisis dalam perbandingan tertentu. Disatu pihat suapaya jangan terjadi trombosis yang dapat merugikan, dipihak lain supaya jangan terjadi perdarahan, proses ini dinamakan / disebut Fibrinolisis.

Faktor pembekuan darah yang mempermudah terjadinya pembekuan disebut pro koagulan Zat yang mempengaruhi pembekuan darah yang bersifat menghambat pembekuan darah disebut anti koagulan

Obat/kemasan untuk mencegah terjadinya pembekuan darah disebut antikoagulansia

Suatu keadaan dimana terjadi kelainan pembekuan darah karena difisiensi fibrinogen disebut a-hipfibrinogenemia. (Anonim d, 2009).

Pembekuan darah disebut juga koagulasi darah. Faktor yang diperlukan dalam penggumpalan darah adalah garam kalsium sel yang luka yang membebaskan trompokinase, trombin dari protombin dan fibrin yang terbentuk dari fibrinogen. Mekanisme pembekuan darah adalah sebagai berikut setelah trombosit meninggalkan pembuluh darah dan pecah, maka trombosit akan mengeluarkan tromboplastin. Bersama-sama dengan ion Ca tromboplastin mengaktifkan protrombin menjadi trombin (Evelyn, 1989).

Trombin adalah enzim yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Fibrin inilah yang berfungsi menjaring sel-sel darah merah menjadi gel atau menggumpal (Poedjiadi, 1994). Kisaran waktu terjadinya koagulasi darah adalah 15 detik sampai 2 menit dan umumnya akan berakhir dalam waktu 5 menit. Gumpalan darah normal akan mengkerlit menjadi sekitar 40% dari volume semula dalam waktu 24 jam (Frandson, 1992). Koagulasi dapat dicegah dengan penambahan kalium sitrat atau natrium sitrat yang menghilangkan garam kalsium (Schmidt, 1997).

FAKTOR PEMBEKUAN DARAH

a. Fibrinogen : precursor fibrin (protein terpolimerisasi)

b. Protrombin : precursor enzim proteolitik thrombin dan mungkin akselerator lain dan konversi protrombin

c. Tromboplastin : activator lipoprotein jaringan pada protrombin

d. Kalsium : diperlukan untuk aktivasi protrombin dan pembentukan fibrin

e. Akselerator plasma globulin : suatu faktor plasma yang mempercepat konversi protrombin menjadi thrombin

f. Akselerator konversi protrombin serum : suatu faktor serum yang mempercepat konversi protrombin

g. Globulin antihemofilik (AHG) : suatu faktor plasma yang berkaitan dengan faktor ke III trombosit dan faktor chrismas (IX) : mengaktivasi protrombin

h. Faktor Crismas : faktor serum yang berkaitan dengan faktor-faktor trombosit III dan VIII mengaktivasi protrombin

i. Faktor Stuart-Prower : suatu faktor plasma dan serum ; akselerator konversi protrombin

j. Pendahulu tromboplastin plasma (PTA) : suatu faktor plasma yang diaktivasi oleh faktor Hageman (XII); akselerator pembentukan thrombin

k. Faktor Hageman : suatu faktor plasma ; mengaktivasi PTA (XI)

l. Faktor penstabil fibrin : faktor plasma ; menghasilkan bekuan fibrin yang lebih kuat yang tidak larut di dalam urea

m. Faktor Fletcher (prakalikrein); faktor pengaktivasi – kontak

n. Faktor Fitzgerald (kininogen berat-molekul-tinggi); faktor pengaktivasi-kontak

PROSES PEMBEKUAN DARAH

A. Vasokonstriksi pembuluh darah

Pembuluh darah yang terpotong atau robek segera berkonstriksi akibat respon vaskuler inheren terhadap cedera dan vasokonstriksi yang diinduksi oleh rangsang simpatis. Kontriksi ini akan memperlambat aliran darah melalui defek, sehingga pengeluaran darah dapat diperkecil. Karena pemecahan endotel (bagian dalam) pembuluh saling menekan satu sama lain akibat spasme sekunder awal ini, endotel tersebut menjadi lengket dan melekat satu sama lain, kemudian menutup pembuluh yang rusak. (Sherwood, 2001)

Menurut sumber lain, segera setelah pembuluh darah terpotong atau pecah, rangsangan dari pembuluh darah yang rusak menyebabkan dinding pembuluh berkontraksi sehingga aliran darah dari pembuluh darah yang pecah barkurang. Kontraksi terjadi akibat refleks syaraf dan spasme miogenik setempat. Refleks saraf dicetuskan oleh rasa nyeri atau lewat impuls lain dari pembuluh darah yang rusak. Kontraksi miogenik yang sebagian besar menyebabkan refleks saraf ini, terjadi karena kerusakan pada dinding pembuluh darah yang menimbulkan transmisi potensial aksi sepanjang pembuluh darah. Konstriksi suatu arterioul menyebabkan tertutupnya lumen arteri. (Guyton, 1997)

B. Pembentukan Sumbat Trombosit

Bila celah luka pada pembuluh darah berukuran sangat kecil dan setiap hari terbentuk banyak lubang yang sangat kecil. Maka lubang itu biasanya ditutup oleh sumbat trombosit, bukan oleh bekuan darah.

a. Ciri-ciri fisik dan kimia dari trombosit

Trombosit berbentuk bulat kecil atau cakram oval dengan diameter 2-4 mikrometer. Trombosit dibentuk di sumsum tulang dari megakariosit, yaitu sel yang sangat besar dalam susunan hemopoietik dalam susmsum tulang yang memecah menjadi trombosit, baik dalam susmsum tulang atau segera setelah memasuki darah, khususnya ketika mencoba untuk memasuki kapiler paru. Trombosit mempunyai banyak ciri khas fungsional sebagai sebuah sel, walaupun tidak mempunyai inti dan tidak dapat bereproduksi. Di dalam sitoplasmanya terdapat faktor-faktor aktif seperti :

1. Molekul aktin dan miosin. Sama seperti yang terdapat dalam sel-sel otot, juga protein kontraktil lainnya, yaitu tromboplastin, yang dapat menyebabkan trombosit berkontraksi.

2. Sisa-sisa reticulum endoplasma dan apparatus golgi yang mensintesis berbagai enzim dan menyimpan sejumlah besar ion kalsium.

3. Mitokondria dan system enzim yang mampu membentuk adenosintriposfat dan adenositdiposfat (ADP).

4. System enzim yang mensintesis prostaglandin, yang merupakan hormone setempat yang menyababkan berbagai jenis reaksi pembauluh darah dan reaksi jaringan setempat lainnya.

5. Suatu protein penting yang disebut faktor stabilisasi fibrin.

6. Faktor pertumbuhan yang dapat menyebabkan penggandaan dan pertumbuhan sel endotel pembuluh darah, sel otot polos pembuluh darah dan fibroblast, sehingga dapat menimbulkan pertumbuhan sel-sel untuk memperbaiki dinding pembuluh yang rusak.

Membrane sel trombosit juga penting. Di permukaannya terdapat lapisan glikoprotein yang menyebabkan trombosit dapat menghindari pelekatan pada endotel normal dan justru melekat pada daerah dinding pembuluh yang terluka, terutama pada sel-sel endotel yang rusak dan bahkan melekat pada jaringan kolagen yang terbuka di bagian dalam pembuluh.

Selain itu, membrane mengandung banyak fosfolipid yang berperan dalam mengaktifkan berbagai hal dalam proses pembekuan darah.trombosit merupakan struktur yang aktif. Waktu paruh hidupnya dalam darah ialah 8-12 hari. Trombosit itu kemudian diambil dari sirkulasi, terutama oleh system makrofag jaringan. Lebih dari separuh trombosit diambil oleh makrofag dalam limpa, yaitu pada waktu darah melewati kisi-kisi trabekula yang rapat.

b. Mekanisme sumbat trombosit.

Trombosit melakukan perbaikan terhadap pembuluh yang rusak didasarkan pada beberapa fungsi penting dari trombosit itu sendiri : pada waktu trombosit bersinggungan dengan permukaan pembuluh yang rusak, misalnya dengan serat kolagen di dinding pembuluh atau bahkan dengan sel endotel yang rusak, maka sifat-sifat trombosit segera berubah dengan drastis. Trombosit itu mulai membengkak, bentuknya menjadi ireguler dengan tonjolan-tonjolan yang mencuat dari permukaannya ; protein kontraktilnya berkontraksi dengan kuat dan menyebabkan pelepasan granula yang mengandung berbagai faktor aktif ; trombosit itu menjadi lengket, sehingga melekat pada serat kolagen; menyekressi sejumlah besar ADP; dan enzim-enzimnya membentuk tromboksan Az, yang juga disekresikan ke dalam darah. ADP dan tromboksan kemudian mengaktifkan trombosit yang berdekatan, dan karena sifat lengket dari trombosit tambahan ini maka akan menyebabkannya melekat pada trombosit semula yang sudah aktif. Dengan demikian pada setiap lubang luka, dinding pembuluh yang rusak atau jarringan di luar pembuluh menimbulkan suatu siklus aktivasi trombosit yang jumlahnya terus meningkat yang menyebabkannya menarik lebih banyak lagi trombosit tambahan sehingga membentuk sumabt trombosit. Sumbat ini pada mulanya longgar namun biasanya berhasil menghalangi hilangnya darah bila luka di pembuluh ukurannya kecil. Setelah itu selama proses pembekuan darah selanjutnya, benang-benag fibrin terbentuk dan melekat pada trombosit sehingga terbentuklah sumbat yang rapat dan kuat.

c. Pentingnya metode trombosit untuk penutupan luka pembuluh.

Bila luka pada pembuluh ukurannya kecil, sumbat trombosit saja sudah cukup untuk menghentikan perdarahan. Bila lukanya besar, sebagai tambahan diperlukan bekuan darah untuk menghentikan perdarahan.

Mekanisme sumbat trombosit sangat penting untuk menutup luka-luka kecil pada pembuluh darah yang sangat kecil, yang terjadi ratusan kali setiap hari. Malah, berbagai lubang kecil pada sel endotel itu sendiri sering kali tertutup oleh trombosit yang bergabung dengan sel endotel untuk membentuk membrane sel endotel. Orang yang mempunyai trombosit sedikit sekali, setiap hari mengalami perdarahan kecil di bawah kulit dan di seluruh jaringan bagian dalam; pada orang normal hal ini tidak terjadi.

C. Pembekuan darah

Bekuan mulai terbentuk dalam 15-30 detik bila trauma pembuluh sangat hebat dan dalam 1-2 menit bila traumanya kecil. Banyak sekali zat yang mempengaruhi proses pembekuan darah salah satunya disebut dengan zat prokoagulan yang mempermudah terjadinya pembekuan dan sebaliknya zat yang menghambat proses pembekuan disebut dengan zat antikoagulan. Dalam keadaan normal zat antikoagulan lebih dominan sehingga darah tidak membeku. Tetapi bila pembuluh darah rusak aktivitas prokoagulan di daerah yang rusak meningkat dan bekuan akan terbentuk. Pada dasarnya secara umum proses pembekuan darah melalui tiga langkah utama yaitu (1) pembentukan aktivator protombin sebagai reaksi terhadap pecahnya pembuluh darah, (2) perubahan protombin menjadi trombin yang dikatalisa oleh aktivator protombin, dan (3) perubahan fibrinogen menjadi benang fibrin oleh trombin yang akan menyaring trombosit, sel darah, dan plasma sehingga terjadi bekuan darah (Guyton, 1997).

a. Pembentukan aktivator protombin

Aktivator protombin dapat dibentuk melalui dua jalur, yaitu jalur ekstrinsik dan jalur intrinsik. Pada jalur ekstrinsik pembentukan dimulai dengan adanya peristiwa trauma pada dinding pembuluh darah sedangkan pada jalur intrinsik, pembentukan aktivator protombin berawal pada darah itu sendiri.

b. Mekanisme ekstrinsik sebagai awal pembekuan sebagai berikut :

  1. Pelepasan tromboplastin jaringan yang dilepaskan oleh jaringan yang luka. Yaitu fosfolipid dan satu glikoprotein yang berfungsi sebagai enzim proteolitik.
  2. Pengaktifan faktor X yang dimulai dengan adanya penggabungan glikoprotein jaringan dengan faktor VII dan bersama fosfolipid bekerja sebagai enzim membentuk faktor X yang teraktivasi.
  3. Terjadinya ikatan dengan fosfolipid sebagai efek dari faktor X yang teraktivasi yang dilepaskan dari tromboplastin jaringan . Kemudian berikatan dengan faktor V untuk membentuk suatu senyawa yang disebut aktivator protombin.

c. Mekanisme intrinsik sebagai awal pembekuan sebagai berikut :

  1. Pengaktifan faktor XII dan pelepasan fosfolipid trombosit oleh darah yang terkena trauma. Bila faktor XII terganggu misalnya karena berkontak dengan kolagen, maka ia akan berubah menjadi bentuk baru sebagai enzim proteolitik yang disebut dengan faktor XII yang teraktivasi.
  2. Pengaktifan faktor XI yang disebabkan oleh karena faktor XII yang teraktivasi bekerja secara enzimatik terhadap faktor XI. Pada reaksi ini diperlukan HMW kinogen dan dipercepat oleh prekalikrein.
  3. Pengaktifan faktor IX oleh faktor XI yang teraktivasi. Faktor XI yang teraktivasi bekerja secara enzimatik terhadap faktor IX dan mengaktifkannya.
  4. Pengaktifan faktor X oleh faktor IX yang teraktivasi yang bekerja sama dengan faktor VIII dan fosfolipid trombosit dari trombosit yang rusak untuk mengaktifkan faktor X.
  5. Kerja dari faktor X yang teraktivasi dalam pembentikan aktivator protombin. Langkah dalam jalur intrinsik ini pada prinsipnya sama dengan langkah terakhir dalam jalur ekstrinsik. Faktor X yang teraktivasi bergabung dengan faktor V dan fosfolipid trombosit untuk membentuk suatu kompleks yang disebut dengan activator protombin. Perbedaannya hanya terletak pada fosfolipid yang dalam hal ini berasal dari trombosit yang rusak dan bukan dari jaringan yang rusak. Aktivator protombin dalam beberapa detik mengawali pemecahan protombin menjadi trombin dan dilanjutkan dengan proses pembekuan selanjutnya.

d. Perubahan protombin menjadi thrombin (dikatalisis oleh activator protombin) Setelah activator protombin terbentuk sebagai akibat pecahnya pembuluh darah, activator protombin akan menyebabkan perubahan protombin menjadi trombin yang selanjutnya akan menyebabkan polimerisasi molekul-molekul fibrinogen menjadi benang-benang fibrin dalam 10-15 detik berikutnya. Pembentukan activator protombin adalah faktor yang membatasi kecepatan pembekuan darah. Protombin adalah protein plasma, suatu alfa 2 globulin yang dibentuk terus menerus di hati dan selalu dipakai untuk pembekuan darah. Vitamin K diperlukan oleh hati untuk pembekuan protombin. Aktivator protombin sangat berpengaruh terhadap pembentukan trombin dari protombin. Yang kecepatannya berbanding lurus dangan jumlahnya. Kecepatan pembekuan sebanding dengan trombin yang terbentuk.

e. Perubahan fibrinogen menjadi benang fibrin. Trombin merupakan enzim protein yang mempunyai kemampuan proteolitik dan bekerja terhadap fibrinogen dengan cara melepaskan 4 peptida yang berberat molekul kecil dari setiap molekul fibrinogen sehingga terbentuk molekul fibrin monomer yang mempunyai kemampuan otomatis berpolimerisasi dengan molekul fibrin monomer lain sehingga terbentuk retikulum dari bekuan. Pada tingkat awal dari polimerisasi, molekul-molekul fibrin monomer saling berikatan melalui ikatan non kovalen yang lemah sehingga bekuan yang dihasilkan tidaklah kuat daan mudah diceraiberaikan. Oleh karena itu untuk memperkuat jalinan fibrin tersebut terdapaat faktor pemantap fibrin dalaam bentuk globulin plasma. Globulin plasma dilepaskan oleh trombosit yang terperangkap dalam bekuan. Sebelum faktor pemantap fibrin dapat bekerja terhadap benang fibrin harus diaktifkan lebih dahulu. Kemudian zat yang telah aktif ini bekerja sebagai enzim untuk menimbulkan ikatan kovalen diantara molekul fibrin monomer dan menimbulkan jembatan silang multiple diantara benang-benang fibrin yang berdekatan sehingga menambah kekuatan jaringan fibrin secara tiga dimensi.

KELAINAN PEMBEKUAN DARAH

Kelainan pada Hemostasis dan Koagulasi

1. Kelainan vaskuler

a. Telangiektasia hemoragik herediter ( penyakit Osler-Weber-Rendu) terda[at pada epistaksis dan perdarahan saluran cerna yang intermiten dan hebat. Telangiektasia difus umumnya terdapat pada masa dewasa, ditemukan pada mukosa bukal, lidah, hidung dan bibir, dan tampaknya meluas pada seluruh saluran cerna.

b. Sindrom Ehlers- Danlos, suatu penyakit herediter lain meliputi penurunan daya pengembangan ( compliance ) jaringan perivaskuler yang menyebabkan perdarahan hebat.

c. Purpura alergik atau purpura anafilaktoid, kerusakan imunologik pada pembuluh darah, ditandai dengan perdarahan petekie pada bagian tubuh yang tergantung dan juga mengenai bokong. Purpura Henoch-Schonlein, suatu trias purpura dan perdarahan mukosa, gejala- gejala saluran cerna dan atritis merupakan bentuk purpura alergik yang terutama mengenai anak-anak.

2. Trombositosis dan trombositopenia

· Trombositosis atau trombositemia merupaka suatu keadaan yang ditandai dengan terombosit berlebihan ( lebih dari 400.000/mm3 ). Trombositosis ini dapat dibagi menjadi dua yaitu primer (timbul dalam bentuk trombositemia primer yang terjadi proliferasi abnormal megakariosit dengan jumlah trombosit melebihi 1juta dimana patofisiologinya masih belium jelas tetapi di yakini berkaitan dengan kelainan kualitatif intrinsic fungsi trombosit serta akibat pengingkatan masa trombosit, waktu perdarahan biasanya memanjang) dan sekunder ( terjadi sebagai akibat adanya penyebab-penyebab lain baik secara sementara setelah stress atau olah raga dengan pelepasan trombosit dari sumber cadangan ( dari lien ) , atau dapat menyertai keadaan meningkatnya permintaan sumsum tulang seperti pada perdarahan, anemia hemolitik atau anemia defisiensi besi.)

· Trombositopenia didefinikan sebagai jumlah trombosit kurang dari 100.000/mm3. Jumlah trombosit yang rendah ini dapat merupakan akibat berkurangnya produksi atau meningkatnya penghancuran trombosit

3. Gangguan faktor plasma herediter

· Hemofilia adalah kecenderungan perdarahan yang hampir selalu terjadi pada pria yang disebabkan defisiensi faktor VIII yang dikenal dengan nama hemofilia A atau hemofilia klasik. Faktor tersebut diturunkan secara resesif melalui kromosom wanita. Oleh karena itu hampir seluruh wanita tidak pernah menderita hemofilia karena paling sedikit satu dari duaa kromosom X nya mempunyai gen-gen sempurna. Tetapi bila salah satu kromosom X nya mengalami defisiensi maka akan menjadi carier hemofilia. Perdarahan pada hemofilia biasanya tidak terjadi kecuali mendaapat trauma. Faktor pembekuan VIII terdiri dari dua komponen yang terpisah. Komponen yang kecil sangat penting untuk jalur pembekuan intrinsic dan defisiensi komponen ini mengakibatkan hemofilia klasik. Tidak adanya komponen besar dari faktor pembekuan VIII menyebabkan penyakit willebrand.

4. Defisiensi faktor plasma didapat

· Perdarahan hebat akibat defisiensi vitamin K. Akibat kekurangan vitamin K, seseorang otomatis akan mengalami penurunan protombin, faktor VII, faktor IX, dan faktor X. Hampir seluruh faktor pembekuan dibentuk di hati. Oleh karena itu penyakit-penyakit hati seperti hepatitis, sirosis, acute yellow tropy dapat menghambat system pembekuan sehingga pasien mengalami perdarahan hebat. Vitamin K diperlukan untuk pembentukan faktor pembekuan yang sangat penting yaitu protombin, faktor IX, faktor X dan faktor VII. Vitamin K disintesis terus dalam usus oleh bakteri sehingga jarang terjadi defisiensi. Defisiensi vitamin K dapat terjadi pada orang yang mengalami gangguan absorbsi lemak pada traktus gastrointestinalis. Selain itu disebabkan juga karena kegagalan hati mensekresi empedu dalam traktus intestinalis akibat obstruksi saluran empedu.

· DIC ( koagulasi intrafaskuler diseminata) adalah sindrom kompleks yang system homeostatic dan fisiologik normalnya dalam mempertahankan darah agar tetap cair berubah menjadi suatu system patologik yang menyebabkan terbentuknya trombin fibrin difus, yang menyumbat mikrofaskular tubuh.

WAKTU PENDARAHAN

Pembuluh darah yang terpotong atau rusak, maka akan terjadi penyempitan bagian yang terluka. Hal ini terjadi karena kontraksi miogenik otot polos sebagai suatu plasma lokal dan karena refleks simpatik yang merangsang serabut adrogenik yang menginversi otot polos dinding pembuluh lokal. Kontraksi ini membuat darah yang keluar dari pembuluh darah akan berkurang (Frandson, 1992).

Pendarahan dapat berhenti sendiri misalnya dengan kontraksi vasa ditempat pendarahan yang terjadi beberapa menit sampai beberapa jam. Apabila pembuluh darah mengalami dilatasi, darah tidak keluar lagi karena sudah dicegah oleh mekanisme trombosit. Vasa kontraksi timbul melalui beberapa jalan kontraksi langsung otot pembuluh darah kemudian anoksia dan reflek lalu adanya serotonis yang keluar dari trombosit yang menyebabkan vasa kontraksi (Schmid, 1997). Kisaran waktu pendarahan yang normal untuk manusia adalah 15 hingga 120 detik (Guyton, 1983). Trombosit melekat pada endotel pada tepi-tepi pembuluh yang rusak. Hal ini terjadi sampai elemen-elemen pembuluh darah yang putus menyempit. Penjedalan darah sangat penting dalam mekanisme penghentian darah (Guyton,1989).

Waktu pendarahan adalah waktu yang dibutuhkan kulit berdarah untuk berhenti setelah penusukan kulit. Darah dihapus setiap 30 detik atau luka diredam dalam larutan fisiologis (Sonjaya, 2008). Sedankan menurut Anonim (2009), waktu pendarahan adalah interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. Penghentian pendarahan ini disebabkan oleh terbentuknya agregat yang menutupi celah pembuluh darah yang rusak. Peningkatan waktu pendarahan setelah pemberian bahan uji menunjukkan adanya efek antiagregasi platelet.

Waktu pendarahan biasanya dapat juga diartikan sebagai waktu mulai keluarnya tetesan darah pertama sampai tidak ada lagi noda di kertas saring atau tissue. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan suatu darah yaitu besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas, kadar hemaglobin dalam plasma dan kadar globulin dalam darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan suatu darah yaitu besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas, kadar hemaglobin dalam plasma dan kadar globulin dalam darah (Sonjaya, 2008).

Pendarahan yang hebat dapat diarkibatkan oleh slaah satu defisiensi salah satu dari factor pembekuan. Tiga jenis kecenderungan pendarahan tertentu adalah defisiensi vitamin K, hemofilia, tromboplasitoplatopenia. Defisiensi vitamin K yakni berupa penurunan factor VII,IX dan X yang dikarenakan defisiensi vitamin K, hepatitis, sirosis dan penyakit hati lainnya dapat menekan pembentukan protrombin dan factor VII,IX dan X. Dengan demikian hebatnya sehingga penderita mempunyai kecenderungan mengalami pendarahan yang hebat. Hebatnya sehingga penderita mempunyai kecenderungan mengalami pendarahan yang hebat. Hemofilia yaitu defisiensi herediter yang semuanyan menyebabkan kecenderungan pendarhan yang sukar dibedakan satu yang lainnya (Syaifuddin, 2002).

Waktu pendarahan diamati sebagai interval waktu timbulnya tetes darah dari mulai pembuluh darah yang luka sampai darah terhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. Penghentian pendarahan ini disebabkan oleh terbentuknya agregat pletelat yang menutupi calah pembuluh darah yang rusak (Anonim b 2009).

V. ALAT DAN BAHAN

1. Jarum Franch

2. Kaca benda

3. Tusuk gigi

4. Stopwatch

5. Kapas

6. Alkohol 70%

7. Kertas isap/ Tissue

VI. PROSEDUR KERJA

A. WAKTU KOAGULASI

· Dibersihkan permukaan ujung jari ke 3 atauy ke 4 dengan alkohol 70%

· Ditusuk ujung jari dengan jarum franch sedalam 3mm

· Dihapus dua tetes darah yang keluar pertama dengan posisi ujung jari menghadap vertikal ke bawah

· Diteteskan pada salah satu ujung kaca benda satu tetes berikutnya, dicatat waktu pada saat darah tersebut tepat keluar dari tusukan

· Ditetesan berikutnya lagi, teteskan pada ujung lain pada kaca objek

· Diangkat atau ditarik-tarik dengan tusuk gigi tetesan pertama tiap 30 detik

· Dicatat waktu pertama kali terjadi tarikan benang-benang fibrin pada tusuk gigi jarum

· Ditarik pula pada tetesan darah kedua segera setelah terjadi tarikan benang fibrin tersebut

· Diteruskan penarikan-penarikan tersebut pada tetesan kedua tiap 30 detik sampai terjadi benang-bengan fibrin jika pada tetesan kedua belum tampak benang-benang fibrin

B. WAKTU PENDARAHAN

1. Dibersihkan ujung jari ke 4 dengan alkohol 70% dan dibiarkan kering

2. Ditusuk dengan jarum franch sedalam 2-3 mm

3. Dicatat waktu tepat mulai keluar tetesan darah pertama

4. Di isap tetesan darah yang keluar dengan kertas isap tipa 30 detik. Dijaga jangan sampai menekan kulit pada saat darah terisap

5. Dihitung waktu pendarahan dihitung saat mulai tepat keluar tetesan pertama saat darah tidak dapat diisap lagi

VII. HASIL PENGAMATAN

A. WAKTU KOAGULASI

Tabel: Hasil pengamatan koagulasi kelompok IV

Kel

Probandus

T1

T2

T total

(Menit: Detik)

IV

ANDHIKA SAPUTRA

03:20

00:55

04:15

Tabel: Hasil pengamatan koagulasi kelas

Kel

Probandus

T1

T2

T total

(Menit: Detik)

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

IX

X

MAWAN

MARNI

HERI SAPUTRA

ANDHIKA SAPUTRA

DESKA

SUSI SUSANTI

MICO

MAHENDRA

NIDYA

SRI JUNIATI

03:17

03:40

01:46

03:20

04:03

03:05

02:52

02:54

03:43

03:32

00:50

00:28

00:25

00:55

00:43

00:17

00:50

00:55

00:20

00:41

04:07

04:08

02:11

04:15

04:46

03:22

03:42

04:15

04:03

04:12

B. WAKTU KOAGULASI

Tabel: Hasil pengamatan pendarahan kelompok IV

Kel

Probandus

Waktu Pendarahan (t)

IV

ICHA RETNA MEDISTY

01:00

Tabel: Hasil pengamatan koagulasi kelas

Kel

Probandus

Waktu Koagulasi

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

IX

X

RTS. FUJI

ARISANDI

DEDE NURLELA S

ICHA RETNA M

HENDRA MARIHOT

WULAN AGUS SARI

SRI PUTRI

LETIMEDIA

ROMAULI MARISSA

SRI WAHYUNI

01:00

02:00

01:30

01:00

02:00

01:00

01:30

01:30

01:30

01:30

VIII. PEMBAHASAN

A. WAKTU KOAGULASI

Mekanisme koagulasi atau proses koagulasi (penggumpalan darah) terjadi lewat mekanisme kompleks yang diakhiri dengan pembentukan fibrin (protein dalam plasma darah yang diubah oleh trombin/enzim pembeku darah dalam proses pembekuan darah). Mekanisme ini terjadi jika ada cedera di dalam maupun di permukaan tubuh. Kondisi darah mudah menggumpal bisa terjadi karena faktor keturunan maupun didapat misalnya akibat infeksi maupun tingginya antibodi antikardiolipid (ACA) akibat gangguan autonium (Anonim c, 2009).

Pada percobaan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa waktu koagulasi yang didapat dari probandus kelompok 1V yaitu Andika saputra dengan waktu koagulasi t1 adalah 03:20 dan t2 adalah 04:15. sesuai dengan teori yang telah dijelaskan diatas, ternyata pembekuan darah diakibatkan adanya benagng fibrin dimana didalmnya terdapat trombin.

Waktu koagulasi yang didapatkan dalam percobaan ini adalah 04:15 (t total), sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa waktu koagulasi normal pada manusia yaitu 15 detik sampai 2 menit dan berakhir dalam waktu 5 menit. Sedangkan waktu koagulasi pada ternak seperti sapi 6,5 menit, kambing 2,5 menit, ayam 4,5 menit, kuda 11,5 menit, babi 3,5 menit, domba 2,5 menit dan anjing 2,5 menit (Frandson, 1992).

Waktu koagulasi yang terjadi di kelompok kami (kelompok IV) berdasarkan teori proses pembekuan darah terjadi melalui tahap:

Mekanisme pembekuan dibagi dalam 3 tahap dasar :

1. Pembentukan tromboplastin plasma intrinsik yang juga disebut trombopatogenesis, dimulai dengan pekerjaan trombosit, terutama TF3 dan faktor pembekuan lain pada permukaan asing atau sentuhan dengan kolagen. Faktor pembekuan tersebut adalah faktor IV, V, VIII, IX, X, XI, XII kemudian faktor III dan VII.

2. Perubahan protrombin menjadi trombin yang dikatalisasi oleh tromboplastin, faktor IV, V, VII dan X.

3. Perubahan fibrinogen menjadi fibrin dengan katalisator trombin, TF1 dan TF2.5 Hemostasis yang baik berlangsung dalam batas waktu tertentu, sehingga tidak hanya berbentuk tromboplastin, trombin atau fibrin saja yang penting, tetapi juga pembentukan masing-masing zat. (Ashari,2009)

Percobaan pertama untuk t1 terjadi koagulasi dalam waktu 03:20 dan dalam kisaran waktu sekitar 2-3 menit, sesuai dengan teori, pembekuan mulai terbentuk dalam 15-30 detik bila trauma pembuluh sangat hebat dan dalam 1-2 menit bila traumanya kecil. Banyak sekali zat yang mempengaruhi proses pembekuan darah salah satunya disebut dengan zat prokoagulan yang mempermudah terjadinya pembekuan dan sebaliknya zat yang menghambat proses pembekuan disebut dengan zat antikoagulan. Dalam keadaan normal zat antikoagulan lebih dominan sehingga darah tidak membeku. Tetapi bila pembuluh darah rusak aktivitas prokoagulan di daerah yang rusak meningkat dan bekuan akan terbentuk. Pada dasarnya secara umum proses pembekuan darah melalui tiga langkah utama yaitu (1) pembentukan aktivator protombin sebagai reaksi terhadap pecahnya pembuluh darah, (2) perubahan protombin menjadi trombin yang dikatalisa oleh aktivator protombin, dan (3) perubahan fibrinogen menjadi benang fibrin oleh trombin yang akan menyaring trombosit, sel darah, dan plasma sehingga terjadi bekuan darah (Guyton, 1997).

B. WAKTU PENDARAHAN

Setelah percobaan waktu pendarahan dilakukan, hasil pengamatan dari kelompok kami (kelompok IV) dengan probandus Icha ratna medisty, waktu pendarahan yang diperoleh adalah 01:00 dimana darah tidak keluar lagi.

Pendarahan dapat berhenti sendiri misalnya dengan kontraksi vasa ditempat pendarahan yang terjadi beberapa menit sampai beberapa jam. Apabila pembuluh darah mengalami dilatasi, darah tidak keluar lagi karena sudah dicegah oleh mekanisme trombosit. Vasa kontraksi timbul melalui beberapa jalan kontraksi langsung otot pembuluh darah kemudian anoksia dan reflek lalu adanya serotonis yang keluar dari trombosit yang menyebabkan vasa kontraksi (Schmid, 1997). Kisaran waktu pendarahan yang normal untuk manusia adalah 15 hingga 120 detik (Guyton, 1983) dan sesuai dengan percobaan yang kelompok kami lakukan ternyata sesuai dengan teori bahwa pendarahan terhenti dalam waktu 01:00 atau 120 detik.

Waktu pendarahan biasanya dapat juga diartikan sebagai waktu mulai keluarnya tetesan darah pertama sampai tidak ada lagi noda di kertas saring atau tissue. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan suatu darah yaitu besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas, kadar hemaglobin dalam plasma dan kadar globulin dalam darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan suatu darah yaitu besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas, kadar hemaglobin dalam plasma dan kadar globulin dalam darah (Sonjaya, 2008).

Waktu pendarahan diamati sebagai interval waktu timbulnya tetes darah dari mulai pembuluh darah yang luka sampai darah terhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. Penghentian pendarahan ini disebabkan oleh terbentuknya agregat pletelat yang menutupi calah pembuluh darah yang rusak (Anonim b 2009).

IX. KESIMPULAN

1. Waktu koagulasi t total yang diperlukan adalah 04:15, dengan t1=03:20 dan t2 00:50. Dan berdasarkan teori Waktu koagulasi normal pada manusia yaitu 15 detik sampai 2 menit dan berakhir dalam waktu 5 menit. Sedangkan waktu koagulasi pada ternak seperti sapi 6,5 menit, kambing 2,5 menit, ayam 4,5 menit, kuda 11,5 menit, babi 3,5 menit, domba 2,5 menit dan anjing 2,5 menit

2. Aktifitas faktor koagulasi darah;

1. Fibrinogen : precursor fibrin (protein terpolimerisasi)

2. Protrombin : precursor enzim proteolitik thrombin dan mungkin akselerator lain dan konversi protrombin

3. Tromboplastin : activator lipoprotein jaringan pada protrombin

4. Kalsium : diperlukan untuk aktivasi protrombin dan pembentukan fibrin

5. Akselerator plasma globulin : suatu faktor plasma yang mempercepat konversi protrombin menjadi thrombin

6. Akselerator konversi protrombin serum : suatu faktor serum yang mempercepat konversi protrombin

7. Globulin antihemofilik (AHG) : suatu faktor plasma yang berkaitan dengan faktor ke III trombosit dan faktor chrismas (IX) : mengaktivasi protrombin

8. Faktor Crismas : faktor serum yang berkaitan dengan faktor-faktor trombosit III dan VIII mengaktivasi protrombin

9. Faktor Stuart-Prower : suatu faktor plasma dan serum ; akselerator konversi protrombin

10. Pendahulu tromboplastin plasma (PTA) : suatu faktor plasma yang diaktivasi oleh faktor Hageman (XII); akselerator pembentukan thrombin

11. Faktor Hageman : suatu faktor plasma ; mengaktivasi PTA (XI)

12. Faktor penstabil fibrin : faktor plasma ; menghasilkan bekuan fibrin yang lebih kuat yang tidak larut di dalam urea

13. Faktor Fletcher (prakalikrein); faktor pengaktivasi – kontak

14. Faktor Fitzgerald (kininogen berat-molekul-tinggi); faktor pengaktivasi-kontak

3. Waktu pendarahan adalah waktu yang dibutuhkan kulit berdarah untuk berhenti setelah penusukan kulit. Darah dihapus setiap 30 detik atau luka diredam dalam larutan fisiologis (Sonjaya, 2008). Sedankan menurut Anonim (2009), waktu pendarahan adalah interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. Penghentian pendarahan ini disebabkan oleh terbentuknya agregat yang menutupi celah pembuluh darah yang rusak. Peningkatan waktu pendarahan setelah pemberian bahan uji menunjukkan adanya efek antiagregasi platelet.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim a. 2009.Antikoagulan.http://www.antikoagulan_jevuska.html. Diakses 15 april 2010

Anonim b. Koagulasi Darah. http://www.sciencebiology.com. Diakses 15 April 2010

Anonim c. Darah. www.medical_blood.gif.blogspot.com. Diakses 15 April 2010

Anonim d. 2009. Kelainan Pembekuan Darah. http://stasiunbidan.blogspot.com/2009/04/kelainan-pembekuan-darah-pada-ibu.html. Diakses 14 April 2010

Anshari, irwan. Pembekuan darah dan Hemofilia. http://www.irwanashari.com/2009/12/hemofilia.html. Diakses 14 April 2010

Evelyn, Pearce. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta.

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Guyton, Arthur C. 1983. Fisiologi Manusia dan Mekanismenya terhadap Penyakit. EGC Penerbit Buku kedokteran : Jakarta.

Schmid, K. and Friends. 1997. Animal Physiology Adaptation and Environment. Cambridge University Press. USA.

Smeltzer, S.C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Brunner & Suddarth. Edisi 8. Vol. 2. Jakarta: EGC.

Wulangi S. Kartolo. 1993. Prinsip-prinsip fisiologo hewan. Jurusan biolobi. ITB: Bandung

2 komentar:

nakhitadiantum mengatakan...

makasih. artikel bagus. tapi kalo boleh saran, mousenya ganti. ganggu. sumpah.

syamsul23 mengatakan...

bagus artikelnya banyak refrensi dan menggunakan, tapi saya setuju dengan saran yang ada diatas saya

Pengikut