Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Senin, 12 April 2010

Fisiologi Hewan II "Colour Change"

1. Apakah perubahan warna fisiologi bisa menjadi perubahan warna morfologi ?

Perubahan warna adalah salah satu cara bertahan diri dari predator. Adapun beberapa biocoloration tersebut antara lain :

 Cryptic coloration (similar to background) atau Cryptic pewarnaan (mirip dengan latar belakang) Disruptive coloration (gangguan pewarnaan)

 Flash pewarnaan (Flash coloration), contohnya: Kunang-Kunang untuk menarik lawan jenisnya.

 Counter-pewarnaan (Counter-coloration)

 Struktural peniruan (Structural mimicry) yaitu mencoba mengubah struktur tubuhnya.

 Warning (aposematic) coloration {Batesian & Mullerian Mimics)

Perubahan warna fisiologi dapat menjadi perubahan morfologi. Proses ini dapat terjadi karena adanya warna biologis yang berasal dari masing–masing gen atau DNA yang telah diatur sedemikian rupa dari nenek moyang si hewan dan juga merupakan hasil adaptasi yang sekaligus menjadi alat komunikasi bagi si hewan. Setiap hewan memiliki cara tersendiri bagaimana mereka menggunakan warna dan untuk tujuan apa hal itu terjadi. Biasanya tujuan dan proses perubahan warna pada hewan memiliki kaitan yang erat satu sama lain. Tidak ada proses (how) tanpa tujuan (why) dan tidak ada tujuan tanpa proses.

Mekanisme biocoloration pada hewan juga merupakan pencirian dari karakter intraspesifik dan interspesifik yang dilakukan oleh si hewan dalam berkomunikasi. Perbedaan antara karakter interspesifik dan karakter intraspesifik adalah pada karakter intraspesifik hewan biasanya hanya melakukan komunikasi sebatas dalam hal menarik perhatian pasangan atau lawan jenisnya (flash coloration) serta untuk menunjukkan pada dunia daerah kekuasaannya/struktural mimikri (teritori) sedangkan karakter interspesifik komunikasi yang dilakukan bertujuan untuk mempertahankan diri dari musuh atau predator dengan cara melakukan pertahanan diri seperti memberi peringatan/batesian dan mulerian coloration (warning), kamuflase/cryptic coloration (menyesuaikan dengan latar belakang), ataupun membentuk suatu kondisi dimana seolah–olah tubuh seperti menghilang/tembus pandang. Keseluruhan proses tersebut menggunakan biocoloration sebagai pencirian karakter diri sang hewan.

Dengan menganalisa mekanisme fisis yang menyebabkan perubahan warna, peneliti dapat memprediksi warna yang muncul dari bahan tertentu, dan sebaliknya menentukan sifat struktural yang diperlukan untuk memunculkan warna. Dengan pengertian ini mereka membuat bahan warna-warni yang bervariasi.

Perubahan warna yang kita lihat disebabkan oleh kombinasi puncak pantulan lapisan. Maka jika kita melihat dari sudut yang lebih besar, puncak pantulan akan bergeser pada panjang gelombang yang lebih pendek.

Bahan alamnya sangat tersebar. Semua hewan yang dapat mengeluarkan warna menggunakan “chitin“ untuk indeks bias tinggi, dan kombinasi udara atau air untuk indeks rendah. Tidak ada dua spesies yang memberi warna sama. Ketidaksamaan itu disebabkan oleh beda bahan atau ketebalan, fenomena alam ini dapat menguntungkan peneliti ketika mencoba membuat bahan artifisial serupa.

http://www.fisikaasyik.com/home02/content/view/62/39/

2. Apa fungsi dari perubahan warna morfologi yang terjadi pada mamalia dan aves ?

Secara umum kemampuan mengubah warna (biocoloration) pada sebagian hewan dikembangkan sebagai sistem atau alat komunikasi yang digunakan anatar sesamanya yang melibatkan proses perubahan warna. Adapaun tujuan dari perubahan warna tersebut antara lain untuk mempromosikan diri atau menarik perhatian lawan jenis denan cara mengiklankan dirinya melalui warna dan juga untuk memberikan sinyal–sinyal mengejutkan tertentu melalui warna (optical signal).

Perubahan warna pada aves

Pada aves warna bulu dihasilkan oleh butir pigmen, dengan difraksi dan refleksi cahaya oleh struktur bulu atau oleh pigmen dan struktur bulu. Pigmen pokok yang menimbulkan warna pada bulu adalah melanin dan karotenoid. Karotenoid sering disebut dengan lipokrom yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam metanol, eter atau karbon disulfida. Karotenoid terbagi menjadi 2, yaitu zooeritrin (animal red) dan zoosantin (animal yellow). Pigmen melanin terklarut dalam asam. Butir-butir eumelanin beraneka macam yaitu dari hitam sampai coklat gelap. Feomelanin yaitu hampir tanpa warna hingga coklat kemerahan.

Butir-butir melanin bulat di dekat ujung bulu luar memberikan efek ring Newton dan menyebabkan perubahan warna-warni bulu. Warna hijau, biru dan violet tidak dihasilkan oleh pigmen tetapi tergantung dari struktur bulu. Contohnya burung bluebird yang bulunya berwarna biru tetapi tidak mengandung pigmen warna biru. Warna ini ditimbulkan oleh pigmen kuning yang menyerap semua spektrum sinar kemudian dipantulkan kembali. Burung tropis pemakan pisang memiliki pigmen tembaga berupa turacoverdin yang mampu menghasilkan warna merah gelap dihasilkan oleh turacin (Sukiya 2003). Salah satu spesies burung pemakan pisang ini adalah Tauraco corythaix, mempunyai kuning telur berwarna merah terang yang ditimbulkan oleh karotenoid dan 60% dari pigmen merah yang disebut astasantin.

Meski warna bulu burung adalah genetis, namun dapat berubah akibat faktor internal maupun eksternal. Burung yang dikurung dalam waktu lama juga dapat berubah warna bulunya. Hal ini dapat disebabkan karena makanannya. Faktor internal yang mempengaruhi warna bulu adalah hormon. Spesies burung terdapat dimorfisme warna dalam seksual. Pengaturan hormon estrogen banyak berperan pada burung jantan, yaitu sebelum hingga awal pergantian bulu. Sedangkan pada burung betina kemungkinan diinduksi oleh bulu burung jantan dengan pengaturan testosteron.

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perubahan warna adalah oksidasi dan gesekan/abrasi. Warna yang ditimbulkan karoten dapat memudar karena sinar matahari.

Warna bulu burung jantan dan betina dari sejumlah spesies adalah identik tetapi masih dapat dibedakan karena secara mayoritas warna bulu burung jantan lebih cerah terutama bulu masa kawin. Namun pada pejantan itik tertentu, setelah musim bersarang, hasil pergantian bulu setelah kawin, warna bulunya menjadi pudar abu-abu kemerahan dan bulu sayapnya lepas sehingga untuk sementara tidak dapat terbang. Oleh karenanya, itik jantan ketika masa ini menjadi tidak menarik.

Ptarmigan (burung belibis) atau dikenal dengan ptarmigan gunung di Amerika Utara adalah burung populer yang berubah warna dari coklat menjadi putih dengan pengecualian warna ekornya yang tetap seperti aslinya coklat atau hitam. Burung-burung ini lebih suka berada di ketinggian dan area yang tandus dan sering bertengger di batu-batu atau diam saja di salju (bersembunyi), daripada di pepohonan dimana mereka justru mudah terlihat di musim dingin

Perubahan warna pada mamalia



Ada beberapa contoh mamalia yang mengalami perubahan warna, diantaranya yaitu:

Srigala kutub

Mulai bulan September, serigala kutub mengganti bulu coklatnya, berubah warna menjadi putih untuk membantunya menghadapi musim dingin. Ketika musim panas datang, sekali lagi warnanya berubah menjadi coklat, membantunya bersembunyi lebih baik di habitatnya. Serigala kutub hidup lebih jauh di sebelah utara daripada jenis serigala lainnya dan memburu tikus-tikus kutub untuk santapannya.

Kelinci Kutub

Seperti halnya serigala kutub, perubahan warna pada kelinci kutub adalah juga mutlak terjadi. Meski selama musim panas berwarna coklat dengan flek-flek hitamnya, ketika memasuki musim dingin warna bulunya berubah menjadi putih bersih. Tidak hanya membantu menjaganya tetap hangat, tapi juga menjadikannya terkamuflase di tengah salju ketika mereka keluar dari sarang atau liangnya.

Rusa Kutub (Karibu)

Umumnya, kulit sejenis rusa kutub ini berwarna antara coklat dan putih, tapi tidak pernah seluruhnya coklat atau putih. Di musim panas warnanya akan dominan coklat tapi lehernya tetap berwarna keputih-putihan, sedangkan di musim dingin warna putihnya menyebar dan menjadi jelas meski warna coklatnya tidak sepenuhnya lenyap. Tingkat perubahan warnanya juga tergantung dari kondisi habitat sekitarnya.

Ermine (cerpelai)

Ermine (cerpelai), juga dikenal dengan musang berekor pendek, adalah anggota paling kecil dari famili musang. Ermine adalah hewan malam hari (meski kadang-kadang mereka keluar juga di siang hari) saat ini banyak ditemukan di daerah kutub Asia, Eropa, dan Amerika Utara. Lihat bagaimana hewan ini merubah warna punggungya dari coklat menjadi keputih-putihan di musim dingin.

Tugas Fisiologi Hewan

Oleh

Shalha Sahpianti

A1C407009

Dosen Pengampu

Tedjo Sukmono, S.Si, M.Si


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2009

Tidak ada komentar:

Pengikut