Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Kamis, 15 Juli 2010

POPULASI DEKOMPOSER


Irfan PASARIBU, A1C407007

Program Studi Pendidikan Biologi,

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jamb

Jln.Bulian-Jambi, Mendalo Darat 36361

Abstrak

Kata kunci:

Pendahuluan

Dalam suatu ekosistem terjadi suatu siklus kehidupan dan kematian. Organisme yang disebut pengurai (Dekomposer) yaitu bakteri, jamur, dan mikroorganisme lainnya bertanggung jawab terhadap kesempurnaan siklus hidup dan matinya. Organisme pengurai tersebut menguraikan bahan-bahan organik yang dapat digunakan oleh organisme produsen, tanpa hadirnya organisme pengurai maka suatu ekosistem akan dipenuhi oleh sampah, bangkai tanaman ataupun bangkai hewan. (Darmono, 2001: 6-7)

Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah Untuk mengetahui jenis dan jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam suatu ekosistem yang bekerja membantu menghancurkan bahan organik. Dekomposer utama yaitu cacing tanah atau sejenisnya.

Dalam mengestimasi populasi kepadatan hewan. Dibutuhkan ketelitian dan ketelatenan. Hal yang pertama dilakukan adalah dengan menentukan tempat yang akan dilakukan estimasi, lalu menghitung dan mengidentifikasinya, dan hasil dapat dibuat dalam sistem daftar.

Kepadatan pupolasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tapat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relative. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenisyang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase.(Suin.N.M.1989)

Diantaranya ciri yang sama-sama dimiliki oleh populasi dan individu ialah kenyataan bahwa populasi mempunyai riwayat hidup sebagaimana tampak dari kenyataan bahwa populiasi tumbuh, mengkhususkan dan memelihara dirinya dan bahwa populasi memiliki susunan di struktur yang pasti yang dapat diberikan dalam hubungan yang sama seperti individu. Ciri kelompok mencakup berbagai corak seperti angka kelahiran/ laju berbiak angka kematian, susunan kelamin/ sistem reproduksi, struktur umur, sebaran dan stuktur sosial.(Ewusie.Y.1990)

Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran populasi, yang relative konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakekatnya dengan keseimbangan antara kelehiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam.(Naughton.Mc.1973)

Suatu populasi dapat juga ditafsirkan sabagai suatu kelompok yang sama. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme, atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan.
Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistic yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota opulasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan. Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi. (Hadisubroto.T.1989)

Bahan dan Metode

Alat:
1. Ember

2. Pinset

3. Tali Rapia

4. Stok Kecil

5. Botol pengumpul material

6. Alat tulis dan table catatan pengamatan.

Bahan:
1. Formalin 40 %

2. Air pelarut

Metode yang digunakan dalam ppercobaan ini adalah metode formalin. Metoda ini pertama kali ditamukan oleh Raw tahun 1959. Metoda ini kurang baik untuk jenis cacing tanah yang membuat lubang horizontal di tanah karena cairan formalin itu tidak sampai dengan sempurna pada cacing.

Kosentarsi formalin yang digunakan yang disarankan adalah berkisar antara 0,165-0,55% dan sebaiknya 0,27 %. Walaupun demikian tergantung pula pada keadaan tingkat kekeringantanah. Untuk membuat formalin dengan kosentrasi 0,55 % maka 25 ml formalin 40 % dicampur dengan air sebanyak 1 gallon ( Sekitar 4,5)
Sebanyak 9 liter formalin 0,75 % digunakan untuk mengkoleksi cacing tanak pada plot seluas 0,5 x 0,5 m2 dengan pemberian sebanyak 3 x (3 liter tiap kalinya) dengan selang waktu 10 menit. (Anonim, 2010)

Pada habitat yang kepadatan populasi cacing tanahnya sangat rendah sekali maka kepadatan populasi cacing tanah di daerah itu dapat diestimasikan dengan cara mamasang perangkap jebak berumpan. Umpannya bisa berupa kotoran sapi. Kotoran sapi itu diletakkan didalam tanah dan setelah 14 hari maka cacing yang terdapat didalamnya akan dapat dikoleksi. Banyaknya kotoran sapi itu sekitar 600 ml tiap onggokan. (Arnita,dkk.1990)

Hasil dan Pembahasan

Hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah pada kelompok dua,

Plot 1 ada 4 cacing, plot 2 ada 3 cacing, plot 3 ada 4 cacing, plot 4 ada 5 cacing, plot 5 ada 6 cacing, plot 6 ada 5 cacing, plot 7 ada 2 cacing plot 8 ada 5 cacing, plot 9 ada 4 cacing dan plot 10 ada 2 cacing. Dari kesepuluh plot ini di peroleh 40 cacing deng beberapa spesies yakni; Amynthas sp (4 ekor),Pontoscolex sp(15 ekor),Spesies A(9 ekor),Spesies B(5 ekor),Spesies C(3 ekor),Spesies D(2 ekor)dan Spesies E(2 ekor). Jadi jumlah cacing keseluruhan adalah 40 ekor cacing. Angka keanekaragaman yang diperoleh dengan menggunakan rumus keanekaragaman adalah 1,69.

Dalam perhitugan jumlah populasi dekomposer digunakan cara formalin karna diangap paling mudah dilaksanakan namun dalam literatur dikatakan bahwa pada metoda ini banyak kekurangannya. Menurut Suin,nurdin muhammmad (1989) Metoda ini pertama kali ditamukan oleh Raw tahun 1959. Metoda ini kurang baik untuk jenis cacing tanah yang membuat lubang horizontal di tanah karena cairan formalin itu tidak sampai dengan sempurna pada cacing.

Dalam jumlah cacing yang telah ditemukan dalam populasi yang diamati, terdapat banyak populasi hewan dekomposer didalamnya. Terbukti pada data yang menunjukkan angka tinggi terhadap jumlah decomposer tangkapannya. Umumnya cacing yang didapat berukuran kecil, hal ini dapat dikarenakan oleh jenis cacing pengurai yang berada dalam keadaan lembab di daerah hutan umumnya adalah jenis dari cacing yang memang berukuran kecil. (Anonim, 2010)

Pada 15 menit pertama hanya beberapa cacing yang muncul, hal ini bisa dikarenakan keadaan tanah yang belum terlalu jenuh. Setelah 20 menit setelah penyiraman formalin pada tanah barulah cacing banyak dijumpai, hal ini bisa disebabkan oleh keadaan tanah yang sudah mulai jenuh. Setelah lewat dari 20 menit setelah penyiraman formalin. Kemudian tanah dicongkel secara hati-hati guna untuk mendapatkan cacing. Dan pada saat perlakuan ini cacing banyak ditemukan.
Ketidak homogenan data dan pemerolehan cacing pada masing-masing kelompok dapat dikarenakan oleh struktur tanah yang berbeda, kelembaban tanah yang berbeda dan jenis cacing tanah yang membuat lubang horizontal di tanah karena cairan formalin itu tidak sampai dengan sempurna pada cacing.

Kepadatan populasi cacing tanah sangat bergantung pada factor fisika-kimia tanah dan tersedianya makanan yang cukup baginya. Pada tanah yang berbeda factor kimiatentu kepadatan populasi cacing tanahnya berbeda. Demikian juga tumbuhan pada suatu daerah sangat menentukanjenis cacing tumbuh dan kepadatan populasi di daerah tesebut. Tersedianya makanan yang sangat menentukan pertumbuhan populasi cacing tanah sebagai hewan yang ikut beperan dalamdalam proses dekomposisi mamakan sisa-sisa tanaman, sedangkan bagian yang tidak terserap dikeluarkan berupa material yang lumat. ( Nurdin,2003 : 13 dan 134)

Kesimpulan

  • Jumlah cacing yang didapat tergantung pada struktur tanah yang berbeda, kelembaban tanah yang berbeda dan jenis cacing tanah yang membuat lubang horizontal di tanah karena cairan formalin itu tidak sampai dengan sempurna pada cacing.
  • Jumlah cacing tanah yang didapat pada percobaan ini adalah 40 ekor dengan jumlah jenisnya adalah 7 jenis.
  • Angka keanekaragaman populasi dekomposer pada kelompok ini adalah 1,69.

Daftar Pustaka

Anonim. 2010. Populasi Dekomposer. http://id.wikipedia.org/jurnal/populasi-dekomposer/makalah.html/ Diakses pada tanggal 10 januari 2010

Arnita,indriani.1990.Ekologi Umum. Jakarta : Gita Media Press.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran Hubungannya Dengan Tiksokologi Senyawa Logam. Jakarta : UI Press.

Ewusie J.Y.1990.Ekologi Tropika. Bandung : ITB Bandung

Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. Yogyakarta : UGM Press.

Nurdin Muhammad. 2003.Ekologi Hewan Tanah. Jakarta: Bumi Aksara.

Suin, N.M.1989. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta : Bumi Aksara.

LAMPIRAN

Data plot 1

No.

Jenis Cacing

Panjang

Berat

1

Amynthas sp

8 cm

0,62 gr

2

Amynthas sp

7,5 cm

0,69 gr

3

Spesies A

2 cm

0,26 gr

4

Spesies B

2,2 cm

0,28 gr

Data plot 2

No.

Jenis Cacing

Panjang

Berat

1

Spesies A

3 cm

0,03 gr

2

Spesies B

7 cm

0,07 gr

3

Spesies C

3,5 cm

0,04 gr

Data plot 3

No.

Jenis Cacing

Panjang

Berat

1

Amynthas sp

7,5 cm

0,56 gr

2

Pontoscolex sp

6,5 cm

0,23 gr

3

Pontoscolex sp

7 cm

0,23 gr

4

Spesies A

3,5 cm

0,05 gr

Data plot 4

No.

Jenis Cacing

Panjang

Berat

1

Spesies A

3 cm

0,03 gr

2

Spesies B

2,3 cm

0,07 gr

3

Spesies C

3,5 cm

0,06 gr

4

Spesies D

7 cm

0,10 gr

5

Spesies E

3 cm

0,08 gr

Data plot 5

No.

Jenis Cacing

Panjang

Berat

1

Pontoscolex sp

6 cm

0,2 gr

2

Pontoscolex sp

3 cm

0,03 gr

3

Pontoscolex sp

1,7 cm

0,02 gr

4

Pontoscolex sp

2 cm

0,05 gr

5

Pontoscolex sp

1,5 cm

0,01 gr

6

Spesies A

4 cm

0,16 gr

Data plot 6

No.

Jenis Cacing

Panjang

Berat

1

Spesies A

5,5 cm

0,16 gr

2

Spesies B

3 cm

0,03 gr

3

Spesies C

2,5 cm

0,06 gr

4

Spesies D

2,5 cm

0,02 gr

5

Spesies E

2 cm

0,03 gr

Data plot 7

No.

Jenis Cacing

Panjang

Berat

1

Spesies A

6,5 cm

0,15 gr

2

Spesies A

2,5 cm

0,02 gr

Data plot 8

No.

Jenis Cacing

Panjang

Berat

1

Amynthas sp

10 cm

0,77 gr

2

Pontoscolex sp

5 cm

0,48 gr

3

Pontoscolex sp

4 cm

0,43 gr

4

Pontoscolex sp

2 cm

0,37 gr

5

Pontoscolex sp

2 cm

0,04 gr

Data plot 9

No.

Jenis Cacing

Panjang

Berat

1

Pontoscolex sp

8 cm

0,38 gr

2

Pontoscolex sp

5 cm

0,29 gr

3

Spesies A

5 cm

0,28 gr

4

Spesies B

7 cm

0,35 gr

Data plot 10

No.

Jenis Cacing

Panjang

Berat

1

Pontoscolex sp

7,5 cm

0,33 gr

2

Pontoscolex sp

7 cm

0,16 gr

Rumus Perhitungan keanekaragaman.

H = - ∑ (pi x ln.pi)

pi = ni

N

Diamana: ni = jumlah individu suatu spesies

N = jumlah total seluruh individu

pi = kelimpahan spesies ke-i

Maka,

Diketahui: N = 40 n Spesies C = 3

n Amynthas sp = 4 n Spesies D = 2

n Pontoscolex sp = 15 n Spesies E = 2

n Spesies A = 9

n Spesies B = 5

Dijawab:

p Amynthas sp = n Amynthas sp

N

= 4/40

= 0,1

p Pontoscolex sp = n Pontoscolex sp

N

= 15/40

= 0,375

p Spesies A = n Spesies A

N

= 9/40

= 0,225

p Spesies B = n Spesies B

N

= 5/40

= 0,125

p Spesies C = n Spesies C

N

= 3/40

= 0,075

p Spesies D = n Spesies D

N

= 2/40

= 0,05

p Spesies E = n Spesies E

N

= 2/40

= 0,05

H Amynthas sp = p Amynthas sp x ln. p Amynthas sp

= 0,1 x ln 0,1

= – 0,23

H Pontoscolex sp = p Pontoscolex sp x ln. p Pontoscolex sp

= 0,375 x ln 0,375

= – 0,37

H Spesies A = p Spesies A x ln. p Spesies A

= 0,225 x ln 0,225

= – 0,34

H Spesies B = p Spesies B x ln. p Spesies B

= 0,125 x ln 0,125

= – 0,26

H Spesies C = p Spesies C x ln. p Spesies C

= 0,075 x ln 0,075

= – 0,19

H Spesies D = p Spesies D x ln. p Spesies D

= 0,05 x ln 0,05

= – 0,15

H Spesies E = p Spesies E x ln. p Spesies E

= 0,05 x ln 0,05

= – 0,15

H = – ∑ Hi

= –{(– 0,23) + (– 0,37) +(– 0,34) +(– 0,26) +(– 0,19) +(– 0,15) +(– 0,15)}

= – { – 1,69 }

= 1,69

Jadi, angka keanekaragaman populasi dekomposer pada kelompok ini adalah 1,69.

Tidak ada komentar:

Pengikut