Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Jumat, 09 Juli 2010

Reseptor pada serangga

Judul : Reseptor pada serangga

Hari/Tanggal : Sabtu, 8 Desember 2007

Tujuan : Untuk mengetahui respon serangga terhadap beberapa jenis reseptor.

I.Pendahuluan

Landasan Teori

Sebagai organisme hidup, hewan harus mempunyai kemampuan untuk tanggap terhadap ragsangan. Sesungguhnya rangsangan merupakan informasi yang dapat diterima hewan. Informasi tersebut dapat datang dari lingkungan di luar maupum di dalam tubuhnya. Rangsangan yang dating dari luar tubuh hewan dapat berupa salinitas (kadar garam), suhu udara, kelembapan, dan cahaya, sedangkan rangsangan dari lingkungan didalam tubuh antara lain keasaman (pH) darah/ cairan tubuh, kadar gula darah, dan kadar kalsium darah.

Untuk dapat menerima rangsangan dengan baik hewan harus mempunyai alat penerima rangsangan dan untuk menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan yang datang. Alat penerima rangsangan pada hewan disebut reseptor, sedangkan alat penghasil tanggapan dinamakan efektor.

Informasi mengenai keadaan lingkungan sekitar dapat diterima oleh alat yang bisa menerima rangsangan. Karna jenis rangsangan beraneka ragam maka hewan harus mempunyai berbagai jenis penerima informasi.

Pada umumnya, reseptor hanya akan menerima jenis rangsangan tertentu. Jadi dalam satu individu hewan ditemukan berbagai macam reseptor.

Reseptor dapat dikelompokkan dengan berbagai cara, yaitu berdasarkan struktur, lokasi sumber rangsangan dan jenis/ sifat rangsangan yang dapat diterima oleh reseptor tesebut. Berdasarkan struktur reseptornya, reseptor dapat dibagi menjadi dua yaitu reseptor saraf dan reseptor bukan saraf.

Berdasarkan jenis rangsanganya reseptor dapat dibedakan menjadi enam yaitu, kemoreseptor, termoreseptor, mekanoreseptor, fotoreptor, magnetoreseptor, dan elektroreseptor. Secara berturut-turut, masing-masing peka terhadap zat kimia, suhu, mekanik, cahaya, medan megnet, dan medan listrik.

Berdasarkan lokasi sumber rangsanngan yang diterimanya, reseptor dibedakan menjadi dua jenis yaitu interoreseptor yang merupakan reseptor dalam bagi tubuh hewan dan eksteroreseptor yang berfungsi menerima rangsangan dari luar.(Isnaeni.W.2006)

Kemampuan suatu oganisme untuk bereaksi terhadap perubahan dalam lingkungannya memerlukan adanya tiga komponen yang berlainan. Pertama harus ada reseptor rangsangan. Reseptor rangsangan ini merupakan suatu struktur yang mampu mendeteksi jenis perubahan tertentu dalam perubahan lingkungan. Dan mengawali suatu syarat yaitu impuls syaraf, pasa sel syaraf yang melekat padanya. Organ indera kita adalah reseptor stimulus. Kebanyakan hewan mempunyai reseptor gaya mekanis (mekanoresepto), energi cahaya (Foto reseptor) dan kimiawi (kemoreseptor).

Sentuhan atau tekanan dapat dideteksi oleh kulit. Reseptor sentuhan ini tidak disebarkan merata oleh permukaan tubuh. Biasanya reseptor ini berada dalam kulit. Kemampuan mendengar adalah kemampuan mendeteksi vibrasi mekanis. Dapat mencapai alat indra melalui udara.(Kimball.J.W.1991)

Reseptor dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara, salah satu yang paling sering digunakan adalah modalitas sensori. Klasifikasi yang berpusat pada manusia atau antrophosentris tidak cocok dengan rentangan reseptor pada berbagai hewan. Hewan memiliki reseptor sensitif terhadap modalitas dan kwalitas stimulus yang bukan paresaan manusia, termasuk radiasi ultra violet, listrik dan bidang magnetik.

Sensitifitas terhadap molekul halus yang tesebar luas termasuk respon metabolik dari jaringan terhadap zat-zat kimia duta termasuk dalam kemoeseptor. Dalam hal ini dibatasi pada reseptor gustatory untuk molekul terlarut dan olfaktory untuk molekul gas.

Sensitifitas terhadap tekanan dan sentuhan adalah mekanoreseptor. Diantara mekanoreseptor yang paling sederhana adalah ujung-ujung saraf yang ditemukan pada jaringan ikat dikulit. Struktur sensori ini berfungsi sebagai filter terhadap energi mekanik melalui berbagai cara. Pada antropoda ujung-ujung sensori sensitif secara mekanik dihubungkan dengan erabut otot khususdan sensila seperti rambut yang merentang pada eksos skeleton anntropoda.

Belalang memiliki sepasang potongan kecil sensori pada antena, toraks dan abdomen yang sensitif terhadap panas. Bila potongan kecil itu dihilangkan maka belalang tidak lagi merespon terhadap sumber panas.(Soewolo.1997)

II.Pelaksanaan Praktikum

Alat dan Bahan

A.Alat

1. Kardus

2. Gelas aqua

3. Lilin

4. Senter

5. Sendok

B.Bahan

1. Serangga

2. Gula

3. Farfum

4. Air panas

5. Es

C.Cara Kerja

1.Disiapkan serangga dalam kardus, dan ditempatkan ditempat gelap.

2.Diberikan Fotoreseptor berupa cahaya dari lilin dan senter dari jarak jauh dan dekat secara bergantian.

3.Dilihat reaksi yang terjadi pada serangga. Baik gerakannya menjauhi dan mendekati rangsangan, gerakan kakinya, maupun antenanya.

4.Lakukan perlakuan yang sama terhadap reseptor yang lain. Lakukan di jarak jauh dan dekat. Namun tidak diletakkan di tempat gelap.

5.Berikan tanda ++++ untuk mendekati reseptor

tanda ++ untuk menjauhi reseptor

tanda + untuk diam

III.Hasil dan pembahasan

A.Hasil

1.Data Kelompok

Serangga

Stimulus

Kelompok

Respon Perilaku

Jauh

Dekat

Belalang

Senter

X

++++

++

Lilin

++++

++

Larutan gula

++

++

Farfum

++

++

Suhu Panas

Suhu Dingin

+

+

++

+

Bunyi Sendok

Bunyi Tangan

+

+

++

+

2.Data Kelas

Nama Serangga

Stimulus

Kelompok

Respon Perilaku

Dekat

Jauh

Semut

Senter

Lilin

1

+

++++

+

++++

Jangkrik

2

+

++

++

+

Jangkrik

3

+

+

+

++

Semut

4

+

++++

+

++

Jangkrik

5

+

+

++

++

Semut

6

+

++

+

++

Jangkrik

7

++

++

++

++

Belalang

8

+

++

+

++

Belalang

9

++++

++

+++

+

Belalang

10

++++

++++

++

++

Semut

Larutan Gula

1

++++

++++

Jangkrik

2

+

+

Jangkrik

3

+

+

Semut

4

++++

++++

Jangkrik

5

+

++

Semut

6

++

++++

Jangkrik

7

++++

++++

Belalang

8

+

++

Belalang

9

+

+

Belalang

10

++

++

Semut

Farfum

1

++

+

Jangkrik

2

+

++

Jangkrik

3

+

++

Semut

4

+

++

Jangkrik

5

++++

++

Semut

6

++

++++

Jangkrik

7

++

++

Belalang

8

++

++

Belalang

9

++++

++

Belalang

10

++

++

Semut

Suhu panas

1

+

++

Jangkrik

2

++

++

Jangkrik

3

+

++

Semut

4

+

++

Jangkrik

5

+

+

Semut

6

+

++

Jangkrik

7

++

++

Belalang

8

+

+

Belalang

9

+

+

Belalang

10

+

++

Semut

Suhu Dingin

1

+

++

Jangkrik

2

++++

++++

Jangkrik

3

+

++

Semut

4

+

++

Jangkrik

5

++

++

Semut

6

+

++

Jangkrik

7

++

+

Belalang

8

+

+

Belalang

9

+

+

Belalang

10

+

+

Semut

Bunyi sendok

1

+

+

Jangkrik

2

+

+

Jangkrik

3

+

+

Semut

4

++

++

Jangkrik

5

++

++

Semut

6

++

+

Jangkrik

7

++

++

Belalang

8

+

+++

Belalang

9

++++

++

Belalang

10

+

++

Semut

Bunyi Tangan

1

+

+

Jangkrik

2

+

+

Jangkrik

3

+

+

Semut

4

++

++

Jangkrik

5

++

++

Semut

6

+

++

Jangkrik

7

++

++

Belalang

8

++

+

Belalang

9

++++

++

Belalang

10

+

+

B.Pembahasan

Menurut data hasil praktikum yang didapatkan oleh kelompok kami bahwa belalang sebagai sampel serangga yang digunakan akan mendekati sumber cahaya bila dalam keadaan jauh dan akan menjauhinya bila dalam keadaan dekat. Menurut leteratur hal ini dikarenakan oleh mata mejemuk yang dimiliki oleh serangga yang berfungsi sabagai reseptor penglihatan yang terpisah. Cahaya yang dapat masuk hanya cahaya yang masuk kedalam omatidium yang paralel (atau hampir) dengan sumbu panjang yang mundur yang diserap oleh pigmen-pegmen penyaring. Sifat faset dalam mata mejemuk pada serangga bertindak sebagai lensa yang menghimpun khas cahaya dari seluruh bagian objek yang dipandang dan meneruskannya kembali. Serangga akan menjauhi cahaya dalam jarak dekat dikarenakan terlalu banyaknya cahaya yang masuk ke sistem mata mejemuk yang hanya dapat menyaring cahaya dalam jumlah kecil.(Idel.A.2000)

Sedangkan pada larutan gula dan farfum, belalang bergerak menjahi reseptor. Hal ini terjadi karena adanya interaksi antara bahan kimia dan kemoreseptor membentuk kompleks kimia-kemoreseptor. Komplek ini mengwali proses pembentukan potensial generator yang akan menghasilkan potensial aksi pada sel saraf sensoris dan sel berikutnya sehingga kan timbul tanggapan. Proses pembentukan potensial generator pada kemoreseptor sama seperti yang terjadi pada zat kimia lainnya. Beda rangsangan pada kemoreseptor ini adalah zat kimianya. Sensitifitas terhadap molekul halus yang tesebar luas termasuk respon metabolic dari jaringan terhadap zat-zat kimia duta termasuk dalam kemoeseptor. Dalam hal ini dibatasi pada reseptor gustatory untuk molekul terlarut dan olfaktori untuk molekul gas.

Kemoreseptor pada insekta dalam hal ini adalah belalang terlatak pada bagian mulut, antenna, dan kakinya. Oleh karena itu walaupun gerakan beleleng menjauhi cahaya namun antenna dan kakinya bergerak.(Isnaeni.W.2006)

Pada pemberian stimulus udara panas dan dingin, pada jarak jauh dan dekat seranga tidak berpihdah tempat namun antena pada belalang bergerak-gerak. Namun pada udara panas dalam jarak dekat belalang sedikit bergerah menjauhi sumber stimulus hal ini dikarenakan oleh suhu yang panas yang ditimbulkan oleh air panas yang dapat merespon serangga hingga bergerak menjauh. Menurut Isnaeni,wiwi mengatakan bahwa termoresepsi adalah proses mengenali suhu tinggi dan rendah serta perubahan suhu lingkungan. Proses ini sangat penting bagi hewan, mengingat perubahan suhu dapat berpengaruh buruk terhadap tubuh individu. Peningkatan suhu secara ekstrim akan mempengaruhi struktur protein dan enzim sehingga tidak dapat berfungsi sacara maksimum. Pada insekta termoreseptor terdapat pada antenna dan kaki yang berguna memantau suhu udara ataupun suhu tanah. Belalang memiliki sepasang potongan kecilsensori pada antena, toraks dan abdomen yang sensitive terhadap panas. Bila potongan kecil itu dihilangkan maka belalang tidak lagi merespon terhadap sumber panas.(Soewolo.1997)

Sedangkan pada bunyi yang diberikan sebagai stimulus, serangga hanya memberikan respon berupa gerakan kaki. Hanya saja pada bunyi sendok dalam jarak dekat serangga akan menjauhi sumber bunyi. Hal ini dikarenakan penerimaan gelombang bunyi dalam jumlah besar yang dapat memberikan respon pada gerakan serangga.

Sensitifitas terhadap tekanan dan sentuhan adalah mekanoreseptor. Diantara mekanoreseptor yang paling sederhana adalah ujung-ujung saraf yang ditemukan pada jaringan ikat dikulit. Struktur sensori ini berfungsi sebagai filter terhadap energi mekanik melalui berbagai cara. Pada antropoda ujung-ujung sensori sensitif secara mekanik dihubungkan dengan serabut otot khususdan sensila seperti rambut yang merentang pada eksos skeleton anntropoda. Itulah sebabnya kenapa belalang saat diberi sentuhan dengan jarak jauh langsung memberikan respon dengan menjauh dari sumber stimulus.

Pada data kelas didapat hasil pengamatan yang berbeda-beda hal ini dapat dikarenakan oleh perbedaan spesies serangga yang digunakan, dan responnya terhadap stimulus yang diberikan pada percobaan. Selain itu juga ketelitia praktikan juga dapat menjadi faktor penyebab perbedaan data yang didapat.

IV.Penutup

Kesimpulan

  1. Menurut data hasil praktikum yang didapatkan oleh kelompok kami bahwa belalang sebagai sampel serangga yang digunakan akan mendekati sumber cahaya bila dalam keadaan jauh dan akan menjauhinya bila dalam keadaan dekat
  2. Sedangkan pada larutan gula dan farfum, belalang bergerak menjahi reseptor. Hal ini terjadi karena adanya interaksi antara bahan kimia dan kemoreseptor membentuk kompleks kimia-kemoreseptor
  3. Kemoreseptor pada insekta dalam hal ini adalah belalang terlatak pada bagian mulut, antenna, dan kakinya. Oleh karena itu walaupun gerakan beleleng menjauhi cahaya namun antenna dan kakinya bergerak
  4. Pada pemberian stimulus udara panas dan dingin, pada jarak jauh dan dekat seranga tidak berpihdah tempat namun antena pada belalang bergerak-gerak.
  5. Sedangkan pada bunyi yang diberikan sebagai stimulus, serangga hanya memberikan respon berupa gerakan kaki.
  6. belalang saat diberi sentuhan dengan jarak jauh langsung memberikan respon dengan menjauh dari sumber stimulus.

DAFTAR PUSTAKA

Idel,Antoni.2000.Biologi Dalam Kehidupan Sehari-hari.Gitamedia Press:Jakarta

Isnaeni,wiwi.2006.Fisiologi Hewan.UGM: Yogyakarta

Kimball.W.J.1991. Biologi Umum 2. Erlangga: Jakarta

Soewolo.1997.Pengantar Fisiologi hewan.IBRD Loan No 3979: Jakarta

Tidak ada komentar:

Pengikut