Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Kamis, 04 Agustus 2011

Komitmen Negara Maju Semakin Berkurang

JAKARTA, KOMPAS.com — Pertemuan United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) berlangsung 3-8 April 2011 di Bangkok, Thailand. M Teguh Surya, Kepala Departemen Hubungan Internasional dan Keadilan Iklim Wahana Lingkungan Hidup Indonesia  sempat menghadiri pertemuan tersebut.
Pulang lebih awal dan hadir dalam diskusi bertema "Sejauh Mana Keadilan Iklim di Indonesia" bersama CSF, Kamis (7/4/2011),  Teguh berbagi informasi tentang pertemuan itu. Ia mengungkapkan, pertemuan tersebut hanya membawa satu kabar baik, sementara itu terdapat banyak kabar buruk.
Salah satu kabar buruk yang ada adalah semakin berkurangnya komitmen negara maju untuk menangani masalah perubahan iklim. "Kita lihat komitmen negara berkembang makin kuat, tetapi pada saat yang sama, komitmen negara maju justru semakin menurun," jelasnya.
Beberapa negara maju, di antaranya dari Eropa, mengatakan mustahil untuk memenuhi permintaan pengurangan emisi dan pendanaan. Alasan yang dipakai adalah adanya krisis dan bencana yang dialami, seperti banjir di Selandia Baru, dan suhu dingin ekstrem di Eropa.
Teguh bahkan mengatakan bahwa delegasi Jepang mengatakan menyerah. Sebagai dampak dari bencana nuklir di Fukushima, Jepang mungkin akan keluar dari penggunaan teknologi nuklir. Sebagai gantinya, kemungkinan besar negara itu akan beralih kembali ke bahan bakar fosil yang dilihat lebihvisible.
Alasan negara maju itu, menurut Teguh, tidak bisa diterima. "Benar bahwa mereka mengalami bencana dan membutuhkan dana. Tetapi kalau dilihat, salah satu alasan adanya bencana itu adalah perubahan iklim," ungkapnya. Negara maju yang berbasis industri adalah penyumbang emisi terbesar.
Sejauh ini, Teguh menganggap bahwa pertemuan UNFCCC itu belum serius membahas upaya penanganan perubahan iklim dan justru berlarut-larut membahas agenda. Sementara itu, di tengah negara seperti Filipina yang berani tegas, Indonesia dinilai Teguh belum bisa bertindak banyak.
Ia mengatakan bahwa pertemuan di Bangkok itu hanya membawa satu kabar baik. "Hanya satu kabar baiknya. Indonesia mengusulkan dana tambahan. Indonesia menyatakan bahwa dana untuk penanganan perubahan iklim tidak diambil dari dana bantuan pembangunan negara berkembang," katanya.

Tidak ada komentar:

Pengikut