SIMULASI ESTIMASI POPULASI HEWAN
Noviana Kristanti (A1C407024)
Program Study Biologi, Fakultas Keguruan dan ilmu pendidikan,
Universitas Jambi
ABSTRAK
Populasi terdiri dari banyak individu yang tersebar pada rentangan geografis. Tetapi individu itu tidak selalu tersebar merata. Ada pola penyebaran, yaitu menggerombol, acak dan tersebar. Untuk mengetahuia jumlah populasi tersebut maka perlu dilakukan perhitungan. Metode yang paling akurat untuk mengetahui populasi adalah dengan cara menghitung seluruh individu makhluk hidup yang dimaksud (sensus), namun situasi alam atau lokasi penelitian sering tidak memungkinkan pelaksanaan tersebut. Untuk mengatasi hal itu, maka dapat dilakukan penghitungan dengan metode CMMR (capture mark release recapture). Dengan sampel yang berupa kancing yang berwarna putih dan hitam yang dilakukan cuplikan sebanyak 10 kali. Metode yang paling akurat untuk mengetahui kerapatan populasi adalah dengan cara menghitung seluruh individu mahkluk hidup yang dimaksud, dalam hal ini setelah diperoleh data maka dapat dihitung jumlah populasi dengan menggunakan rumus Petersen dan Schnabel, yang kemudian dapat membandingkan hasil estimasi dari 2 rumus tersebut. Hasil yang diperoleh dalam jumlah populasi pada rumus Schnabel lebih banyak dibandingkan dengan menghitung jumlah populasi dengan menggunakan rumus Petersen.
PENDAHULUAN
Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetic) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistic, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Soetjipta.1992).
Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi yang relative konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakekatnya dengan keseimbangan antara kelehiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam (Naughton.Mc,1973).
Kepadatan pupulasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan populasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komunitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relative. Kepadatan relative dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relative biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (Suin,1989).
Pada kenyataannya suatu populasi dapat sangat besar sehingga tidak memungkinkan untuk semua individu yang ada dalam populasi tersebut. Pada kasus seperti ini sample yang digunakan untuk menghitung rataan populasi. Lambang yang digunakan untuk sample ini adalah X. Rumus matematikanya sama dengan matematika untuk rataan populasi. Individu-individu yang diambil sebagai sample haruslah acak sehingga dapat mewakili populasi. Ukuran besar kecilnya sampel sangatlah penting. Dalam hal ini semakin besar sample maka semakin mewakili populasi (Rachman.R.1996).
Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistic yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota populasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan.
Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sebagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi. Kadang kala penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan ekologikkerapatan spesifik.
Kerapatan kasar adalah cacah atau biomassa persatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah individu biomassa persatuan ruang habitat.
Dalam kejadian yang tidak praktis untuk menerapkan kerapatan mutklak suatu populasi (Hadisubroto,1989).
Dalam kejadian yang tidak praktis untuk menerapkan kerapatan mutklak suatu populasi (Hadisubroto,1989).
BAHAN DAN METODE
Dalam melakukan percobaan ini digunakan alat dan bahan Dua buah toples yang berisi kancing warna putih dan warna hitam dengan cara mengambil segenggam kancing baju hitam yang ada didalam toples kemudian dihitung jumlahnya (ni) dan menggantikan jumlah kancing baju hitam tersebut dengan kancing baju warna putih dan dimasukkan kedalam toples yang berisi kancing baju warna hitam tadi. Cara ini bertujuan untuk menandai hewan, selanjutnya dikocok isi toples dengan konstan agar kancing baju tercampur secara homogen dan mengambil cuplikan kedua dengan cara yang sama, apabila terdapat sejumlah kancing baju yang berwarna lain, maka dicatat sebagai (Ri).Dilakukan cuplikan berikutnya sampai sepuluh kali serta dihitung dengan kedua rumus Petersen dan Schnabel yang terakhir isi angka-angka yang didapat kedalam tabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan percobaan dengan alat dan bahan, serta prosedur kerja yang telah ditentukan dengan hasil menggunakan rumus petersen diperoleh 137 sedangkan dengan rumus Schnable yaitu 417. Dapat kita lihat, dengan menggunakan rumus diatas terjadi perbedaan hasil yang diperoleh. terjadi selisih antara 280.hal ini dikarenakan dengan menggunakan rumus petersen hanya diambil dua cuplikan, sedangkan pada rumus schnable menggunakan 10 cuplikan.
Sedangkan untuk sampling error pada petersen adalah 739, 86 yang artinya lebih besar dari jumlah populasi. Hal ini berarti berbeda dengan sampling error yang dihitung dengan rumus Chnabel yaitu 0,18. Artinya kesalahan dengan menggunakan rumus petersen lebih banyak dari pada menghitung dengan menggunakan rumus schnable.
Dalam percobaan ini dibutuhkan ketelitian yang tinggi, seperti yang disebutkan pada literatur Dalam mengestimasi populasi kepadatan hewan. Dibutuhkan ketelitian dan ketelatenan. Hal yang pertama dilakukan adalah dengan menentukan tempat yang akan dilakukan estimasi, lalu menghitung dan mengidentifikasinya, dan hasil dapat dibuat dalam system daftar.
Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur dan populasi (Hadisubroto, 1989).
Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relative konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakekatnya dengan keseimbangan antara kelehiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam, (Naughton,1973).
Jumlah kelahiran dan kematian mungkin berfluktasi secara luas sebagai respon terhadap pengaruh lingkungan yang berbeda, tetapi jumlah itu mendekati seimbang dalam waktu yang lama. Interaksi species seperti predasi, kompetisi dan herbivora akan mengatur naik turunnya pertumbuhan populasi.
Populasi terdiri dari banyak individu yang tersebar pada rentangan goegrafis. Tetapi individu itu tidak selalu tersebar merata. Ada pola penyebaran, yaitu menggerombol acak dan tersebar, (Ewusie,1990).
Pola distribusi ini disebabkan oleh tipe tingkah laku individu yang berbeda. Disatu pihak, menggerombol sebagai akibat dari tertariknya individu-individu pada tempat yang sama, apakah karna lingkungan yang cocok atau tempat berkumpul untuk fungsi sosial. Misalnya perkawinan, dipihak lain tersebar sebagai interaksi antagonis antar individu. Dalam hal tidak adanya daya tarik bersama/penyebaran sosial individu-individu lain dalam populasi, Hadisubroto.T.1989).
KESIMPULAN
Setelah dilakukan percobaan dapat disimpulkan :
- Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetic) yang mendiami suatu ruangan khusus.
- Dapat menerapkan metode Cepture – Mark – Release – Recapture untuk memperkirakan besarnya populasi simulan (objek simulasi).
- Dapat menghitung jumlah populasi dengan menggunakan rumus petersen yaitu 137 sedangkan dengan rumus Schnabel yaitu 417.
- Sampling error yang dihitung dengan rumus petersen yaitu 739, sedangkan sampling error yang digunakan rumus Schenebel yaitu 0,18. jadi kesalahan lebih besar dengan menggunakan rumus petersen.
- Dapat membandingkan hasil estimasi dari 2 rumus diantaranya rumus Petersen dan Schnabel yaitu hasil yang diperoleh dalam jumlah populasi pada rumus Schnabel lebih banyak dibandingkan dengan menghitung menggunakan rumus Petersen.
DAFTAR RUJUKAN
(Tidak dipublikasikan, hanya ditampilkan dalam draft asli dokumen pribadi penulis)
LAMPIRAN
Data simulasi populasi dengan menggunakan metode CMMR
K | ni | Ri | Jumlah hewan bertanda | Mi | (ni.mi) |
1 | 29 | - | 29 | - | - |
2 | 33 | 7 | 26 | 29 | 957 |
3 | 23 | 2 | 21 | 55 | 1265 |
4 | 39 | 10 | 29 | 76 | 2964 |
5 | 35 | 7 | 28 | 105 | 3675 |
6 | 96 | 23 | 73 | 133 | 12.765 |
7 | 68 | 35 | 33 | 206 | 14.008 |
8 | 70 | 36 | 34 | 239 | 16.730 |
9 | 65 | 45 | 20 | 273 | 17.745 |
10 | 48 | 37 | 11 | 293 | 14.065 |
Jumlah | 500 | 202 | 304 | 1409 | 84.173 |
Rumus Petersen :
N = n. M
R
= 33 x 29
7
= 957
7
= 136,7
Kesalahan baku (standar error)
SE = / (M.n) [(M-R).(n-R)]
√
R3
= / (29x 33 [(29-7).(33 - 7)]
√
73
= / (957) . [572]
√
343
= √ 547572
= 739,8
Rumus Schnebel :
N = ∑ ni x ∑Mi
∑Ri
= 84.173
202
= 416,7
Kesalahan baku (standar error)
1
SE =
1 ( k – 1) 1
+ - ∑
(N - Mi ) N N - ni
1
=
1 ( 10 – 1) 1
+ - ∑
(416,7-1409 ) 416,7 416,7 – 500
1
=
O,032
= 0,18
Keterangan :
N = jumlah hewan dalam populasi
n = jumlah hewan yang tertangkap pada periode ke-i
R = jumlah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke-i
M = jumlah total hewan yang tertangkap pada periode ke-i
s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar