Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Senin, 25 Oktober 2010

POPULASI DEKOMPOSER

POPULASI DEKOMPOSER

Irfan PASARIBU, A1C407007
Program Studi Pendidikan Biologi,
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jamb
Jln.Bulian-Jambi, Mendalo Darat 36361

Abstrak
            Populasi Dekomposer merupakan banyaknya jumlah spesies suatu mikroorganisme pengurai (dekomposer) yang mampu menguraikan sisa bahan organik di alam. Populasi yang tersebar di lingkungan berupa materi makroskopis yang dapat terlihat langsung dengan jelas adalah cacing. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan jumlah dekomposer  yang terdapat dalam suatu ekosistem yang bekerja membantu menghancurkan bahan organik. Metode yang digunakan dalam ppercobaan ini adalah metode formalin. Dimana pertama-tama dibentuk plot berukuran 1x1 meter sebanyak 10 plot dalam 1 kelompok. Kemudian gunakan formalin untuk memancing cacing keluar. Setelah dilakukan percobaan ini didapatkan hasil pada kelompok 1 jumlah cacing yang ditemukan adalah 38 ekor dengan 4 jenis cacing 2 diantaranya sudah teridentifikasi dan 2 jenis lagi belum, dan angka keanekaragamannya adalah 1,3. sedangkan pada kelompok 2 didapatkan cacing berjumlah 40 ekor dengan 7 jenis 2 diantaranya telah teridentifikasi dan 5 yang belum dan angka keanekaragamannya adalah 1,69.

Kata kunci: Populasi, decomposer, cacing tanah

Pendahuluan
            Dalam suatu ekosistem terjadi suatu siklus kehidupan dan kematian. Organisme yang disebut pengurai (Dekomposer) yaitu bakteri, jamur, dan mikroorganisme lainnya bertanggung jawab terhadap kesempurnaan siklus hidup dan matinya. Organisme pengurai tersebut menguraikan bahan-bahan organik yang dapat digunakan oleh organisme produsen, tanpa hadirnya organisme pengurai maka suatu ekosistem akan dipenuhi oleh sampah, bangkai tanaman ataupun bangkai hewan. (Darmono, 2001: 6-7)
            Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah Untuk mengetahui jenis dan jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam suatu ekosistem yang bekerja membantu menghancurkan bahan organik. Dekomposer utama yaitu cacing tanah atau sejenisnya.
Dalam mengestimasi populasi kepadatan hewan. Dibutuhkan ketelitian dan ketelatenan. Hal yang pertama dilakukan adalah dengan menentukan tempat yang akan dilakukan estimasi, lalu menghitung dan mengidentifikasinya, dan hasil dapat dibuat dalam sistem daftar.
Kepadatan pupolasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tapat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relative. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenisyang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase.(Suin.N.M.1989)
Diantaranya ciri yang sama-sama dimiliki oleh populasi dan individu ialah kenyataan bahwa populasi mempunyai riwayat hidup sebagaimana tampak dari kenyataan bahwa populiasi tumbuh, mengkhususkan dan memelihara dirinya dan bahwa populasi memiliki susunan di struktur yang pasti yang dapat diberikan dalam hubungan yang sama seperti individu. Ciri kelompok mencakup berbagai corak seperti angka kelahiran/ laju berbiak angka kematian, susunan kelamin/ sistem reproduksi, struktur umur, sebaran dan stuktur sosial.(Ewusie.Y.1990)
Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran populasi, yang relative konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakekatnya dengan keseimbangan antara kelehiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam.(Naughton.Mc.1973)
Suatu populasi dapat juga ditafsirkan sabagai suatu kelompok yang sama. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme, atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan.
Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistic yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota opulasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan. Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi. (Hadisubroto.T.1989)

Bahan dan Metode
Alat:
1. Ember
2. Pinset
3. Tali Rapia
4. Stok Kecil
5. Botol pengumpul material
6. Alat tulis dan table catatan pengamatan.
Bahan:
1. Formalin 40 %
2. Air pelarut
Metode yang digunakan dalam ppercobaan ini adalah metode formalin. Metoda ini pertama kali ditamukan oleh Raw tahun 1959. Metoda ini kurang baik untuk jenis cacing tanah yang membuat lubang horizontal di tanah karena cairan formalin itu tidak sampai dengan sempurna pada cacing.
Kosentarsi formalin yang digunakan yang disarankan adalah berkisar antara 0,165-0,55% dan sebaiknya 0,27 %. Walaupun demikian tergantung pula pada keadaan tingkat kekeringantanah. Untuk membuat formalin dengan kosentrasi 0,55 % maka 25 ml formalin 40 % dicampur dengan air sebanyak 1 gallon ( Sekitar 4,5)
Sebanyak 9 liter formalin 0,75 % digunakan untuk mengkoleksi cacing tanak pada plot seluas 0,5 x 0,5 m2 dengan pemberian sebanyak 3 x (3 liter tiap kalinya) dengan selang waktu 10 menit. (Anonim, 2010)
            Pada habitat yang kepadatan populasi cacing tanahnya sangat rendah sekali maka kepadatan populasi cacing tanah di daerah itu dapat diestimasikan dengan cara mamasang perangkap jebak berumpan. Umpannya bisa berupa kotoran sapi. Kotoran sapi itu diletakkan didalam tanah dan setelah 14 hari maka cacing yang terdapat didalamnya akan dapat dikoleksi. Banyaknya kotoran sapi itu sekitar 600 ml tiap onggokan. (Arnita,dkk.1990)
           
Hasil dan Pembahasan
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah pada kelompok dua,
Dari percobaan yang telah dilakukan hasil menunjukkan bahwa pada kelompok 1 (berisi sepuluh plot) dengan data cacing yang diperoleh adalah 4 spesies, terdiri atas spesies A, Spesies D, Phontoscolex sp, dan Amynthas sp. Spesies A yang ditemukan berjumlah 14, Spesies D berjumlah 6, Phontoscolex sp 9, dan Amynthas sp sebanyak 9. Sehingga total cacing yang bisa diperoleh adalah 38 spesies. Kemudian perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan rumus keanekaragaman, sehimngga keanekaragaman yang diperoleh adalah 1,3.
Sedangkan, pada kelompok 2 yang jumlah plotnya juga sama yakni 10 plot didapatkan hasil sebagia berikut; Plot 1 ada 4 cacing, plot 2 ada 3 cacing, plot 3 ada 4 cacing, plot 4 ada 5 cacing, plot 5 ada 6 cacing, plot 6 ada 5 cacing, plot 7 ada 2 cacing plot 8 ada 5 cacing, plot 9 ada 4 cacing dan plot 10 ada 2 cacing. Dari kesepuluh plot ini di peroleh 40 cacing deng beberapa spesies yakni; Amynthas sp (4 ekor),Pontoscolex sp(15 ekor),Spesies A(9 ekor),Spesies B(5 ekor),Spesies C(3 ekor),Spesies D(2 ekor)dan Spesies E(2 ekor). Jadi jumlah cacing keseluruhan adalah 40 ekor cacing. Angka keanekaragaman yang diperoleh dengan menggunakan rumus keanekaragaman adalah 1,69.
Dalam perhitugan jumlah populasi dekomposer digunakan cara formalin karna diangap paling mudah dilaksanakan namun dalam literatur dikatakan bahwa pada metoda ini banyak kekurangannya. Menurut Suin,nurdin muhammmad (1989) Metoda ini pertama kali ditamukan oleh Raw tahun 1959. Metoda ini kurang baik untuk jenis cacing tanah yang membuat lubang horizontal di tanah karena cairan formalin itu tidak sampai dengan sempurna pada cacing.
Dalam jumlah cacing yang telah ditemukan dalam populasi yang diamati, terdapat banyak populasi hewan dekomposer didalamnya. Terbukti pada data yang menunjukkan angka tinggi terhadap jumlah decomposer tangkapannya. Umumnya cacing yang didapat berukuran kecil, hal ini dapat dikarenakan oleh jenis cacing pengurai yang berada dalam keadaan lembab di daerah hutan umumnya adalah jenis dari cacing yang memang berukuran kecil. (Anonim, 2010)
Pada 15 menit pertama hanya beberapa cacing yang muncul, hal ini bisa dikarenakan keadaan tanah yang belum terlalu jenuh. Setelah 20 menit setelah penyiraman formalin pada tanah barulah cacing banyak dijumpai, hal ini bisa disebabkan oleh keadaan tanah yang sudah mulai jenuh. Setelah lewat dari 20 menit setelah penyiraman formalin. Kemudian tanah dicongkel secara hati-hati guna untuk mendapatkan cacing. Dan pada saat perlakuan ini cacing banyak ditemukan.
Ketidak homogenan data dan pemerolehan cacing pada masing-masing kelompok dapat dikarenakan oleh struktur tanah yang berbeda, kelembaban tanah yang berbeda dan jenis cacing tanah yang membuat lubang horizontal di tanah karena cairan formalin itu tidak sampai dengan sempurna pada cacing.
Kepadatan populasi cacing tanah sangat bergantung pada factor fisika-kimia tanah dan tersedianya makanan yang cukup baginya. Pada tanah yang berbeda factor kimiatentu kepadatan populasi cacing tanahnya berbeda. Demikian juga tumbuhan pada suatu daerah sangat menentukanjenis cacing tumbuh dan kepadatan populasi di daerah tesebut. Tersedianya makanan yang sangat menentukan pertumbuhan populasi cacing tanah sebagai hewan yang ikut beperan dalamdalam proses dekomposisi mamakan sisa-sisa tanaman, sedangkan bagian yang tidak terserap dikeluarkan berupa material yang lumat. ( Nurdin,2003 : 13 dan 134)

Kesimpulan
  • Jumlah cacing yang didapat tergantung pada struktur tanah yang berbeda, kelembaban tanah yang berbeda dan jenis cacing tanah yang membuat lubang horizontal di tanah karena cairan formalin itu tidak sampai dengan sempurna pada cacing.
  • Jumlah cacing tanah yang didapat pada percobaan ini adalah pada kelompok 1 didapatkan 38 ekor dengan 4 macam jenisnya, kelompok 2 didapatkan 40 ekor dengan jumlah jenisnya adalah 7 jenis.
  • Angka keanekaragaman populasi dekomposer pada kelompok 1 adalah 1,3 dan kelompok 2 adalah 1,69.
  • Dapat dilihat bahwa angka keanekaragaman kelompok 2 lebih tinggi daripada angka keanekaragaman kelompok 1.




Daftar Pustaka

(Tidak dipublikasikan, hanya ditampilkan dalam draft asli dokumen pribadi penulis)






















LAMPIRAN
  Data kelompok 2
Data plot 1
No.
Jenis Cacing
Panjang
Berat
1
Amynthas sp
8 cm
0,62 gr
2
Amynthas sp
7,5 cm
0,69 gr
3
Spesies A
2 cm
0,26 gr
4
Spesies B
2,2 cm
0,28 gr

Data plot 2
No.
Jenis Cacing
Panjang
Berat
1
Spesies A
3 cm
0,03 gr
2
Spesies B
7 cm
0,07 gr
3
Spesies C
3,5 cm
0,04 gr

Data plot 3
No.
Jenis Cacing
Panjang
Berat
1
Amynthas sp
7,5 cm
0,56 gr
2
Pontoscolex sp
6,5 cm
0,23 gr
3
Pontoscolex sp
7 cm
0,23 gr
4
Spesies A
3,5 cm
0,05 gr

Data plot 4
No.
Jenis Cacing
Panjang
Berat
1
Spesies A
3 cm
0,03 gr
2
Spesies B
2,3 cm
0,07 gr
3
Spesies C
3,5 cm
0,06 gr
4
Spesies D
7 cm
0,10 gr
5
Spesies E
3 cm
0,08 gr






Data plot 5
No.
Jenis Cacing
Panjang
Berat
1
Pontoscolex sp
6 cm
0,2 gr
2
Pontoscolex sp
3 cm
0,03 gr
3
Pontoscolex sp
1,7 cm
0,02 gr
4
Pontoscolex sp
2 cm
0,05 gr
5
Pontoscolex sp
1,5 cm
0,01 gr
6
Spesies A
4 cm
0,16 gr

Data plot 6
No.
Jenis Cacing
Panjang
Berat
1
Spesies A
5,5 cm
0,16 gr
2
Spesies B
3 cm
0,03 gr
3
Spesies C
2,5 cm
0,06 gr
4
Spesies D
2,5 cm
0,02 gr
5
Spesies E
2 cm
0,03 gr

Data plot 7
No.
Jenis Cacing
Panjang
Berat
1
Spesies A
6,5 cm
0,15 gr
2
Spesies A
2,5 cm
0,02 gr

Data plot 8
No.
Jenis Cacing
Panjang
Berat
1
Amynthas sp
10 cm
0,77 gr
2
Pontoscolex sp
5 cm
0,48 gr
3
Pontoscolex sp
4 cm
0,43 gr
4
Pontoscolex sp
2 cm
0,37 gr
5
Pontoscolex sp
2 cm
0,04 gr




Data plot 9
No.
Jenis Cacing
Panjang
Berat
1
Pontoscolex sp
8 cm
0,38 gr
2
Pontoscolex sp
5 cm
0,29 gr
3
Spesies A
5 cm
0,28 gr
4
Spesies B
7 cm
0,35 gr

Data plot 10
No.
Jenis Cacing
Panjang
Berat
1
Pontoscolex sp
7,5 cm
0,33 gr
2
Pontoscolex sp
7 cm
0,16 gr





Rumus Perhitungan keanekaragaman.

H = - ∑  (pi x ln.pi)
           
            pi =   ni
                      N
Diamana: ni = jumlah individu suatu spesies
                 N  = jumlah total seluruh individu
                pi = kelimpahan spesies ke-i
Maka,
Diketahui:                   N                    = 40                n Spesies C                   = 3
                        n Amynthas sp              = 4                  n Spesies D                 = 2
                        n Pontoscolex sp          = 15                n Spesies E                  = 2
                        n Spesies A                  = 9
                        n Spesies B                  = 5
                       
                       
Dijawab:
p Amynthas sp  =   n Amynthas sp 
                                      N
                          = 4/40
                          = 0,1
p Pontoscolex sp  =   n Pontoscolex sp 
                                      N
                             = 15/40
                             = 0,375
p Spesies A       =   n Spesies A
                                      N
                          = 9/40
                          = 0,225

p Spesies B        =   n Spesies B
                                      N
                          = 5/40
                          = 0,125

p Spesies C        =   n Spesies C
                                      N
                          = 3/40
                          = 0,075

p Spesies D       =   n Spesies D
                                      N
                          = 2/40
                          = 0,05

p Spesies E        =   n Spesies E
                                      N
                          = 2/40
                          = 0,05

H Amynthas sp         =  p Amynthas sp   x   ln. p Amynthas sp 
                                 =  0,1  x  ln 0,1
                                 =  – 0,23  
H Pontoscolex sp     =  p Pontoscolex sp  x  ln. p Pontoscolex sp 
                                 =  0,375  x  ln 0,375
                                 =  – 0,37
H Spesies A             =  p Spesies A    x   ln. p Spesies A      
                                 =  0,225  x  ln 0,225
                                 =  – 0,34
H Spesies B              =  p Spesies B   x   ln. p Spesies B      
                                 =  0,125  x  ln 0,125
                                 =  – 0,26
H Spesies C              =  p Spesies C    x   ln. p Spesies C      
                                 =  0,075  x  ln 0,075
                                 =  – 0,19
H Spesies D             =  p Spesies D    x   ln. p Spesies D     
                                 =  0,05  x  ln 0,05
                                 =  – 0,15
H Spesies E              =  p Spesies E    x   ln. p Spesies E     
                                 =  0,05  x  ln 0,05
                                 =  – 0,15

H   = – ∑ Hi
      = –{(– 0,23) + (– 0,37) +(– 0,34) +(– 0,26) +(– 0,19) +(– 0,15) +(– 0,15)}
      = – { – 1,69 }
      = 1,69

Jadi, angka keanekaragaman populasi dekomposer pada kelompok ini adalah 1,69.







Tidak ada komentar:

Pengikut