Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Senin, 25 Oktober 2010

KEANEKARAGAMN HAYATI ROTAN INDONESIA

BUDIDAYA ROTAN

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Pembukaan kawasan hutan alam bagi keperluan pemukiman penduduk, perkebunan besar, pertanian dan lain sebagainya, dapat mengakibatkan rotan semakin sulit diperoleh. Oleh karena itu sudah waktunya untuk melestarikan rotan melalui gerakan penanaman rotan di lahan-lahan milik masyarakat dan upaya perlindungan sumber-sumber genetika rotan yang masih tersisa di dalam kawasan hutan negara.

B.Maksud dan Tujuan
Maksud pembudidayaan rotan adalah untuk meningkatkan kelestarian rotan, baik potensi maupun kwalitasnya.
Tujuannya adalah dengan meningkatkan potensi sumber daya rotan, maka terpenuhinya bahan baku industri rotan dalam upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya para petani rotan

PERSIAPAN LAHAN

Pada umumnya rotan dapat tumbuh dalam berbagai kondisi tanah, terutama di tanah-tanah yang lokasinya berada di pinggiran sungai, dengan permukaan air tanah relatif dangkal.
Karena rotan itu tumbuhnya merambat, maka ia memerlukan pohon sebagai tempat panjatannya. Pohon yang akan menjadi tempat panjatannya harus mempunyai habitat yang sama dengan rotan, yaitu harus tahan terhadap genangan air dan tahan oleh pelumpuran. Di samping itu pohon tersebut harus kuat memiliki percabangan yang rendah, pertumbuhannya sangat cepat dan mudah diperbanyak.
Jenis pohon yang sering dipergunakan sebagai tempat panjatannya rotan antara lain Sempur (Dillenia sp), langsat (Lansium domesticum), Rambai (Baccaurea sp), dan Bungur (Lagerstroemia sp)
Jarak tanam pohon untuk tempat memanjat rotan adalah 10 x 10 meter atau tidak kurang dari 8 x 8 meter, agar dalam pemeliharannya dan pemanenannya dikemudian hari mudah dilaksanakan.
Untuk penanaman areal seluas 1 (satu) hektar, Rotan Sega memerlukan buah sebanyak 200 Kg dan Rotan Irit memerlukan 150 Kg.
Untuk membersihkan biji dari kulit dan daging buah serta kotorannya, harus direndam terlebih dahulu dengan air dingin selama 1 – 2 malam, kemudian diinjak-injak beberapa kali sampai bersih. Selanjutnya, biji yang sudah bersih itu disimpan di tempat kering dan teduh

Pengangkutan biji rotan dibungkus dengan kertas koran dan daun pisang, setelah dibasahi dimasukkan ke dalam karung goni. Biji rotan tersebut akan tahan selama 10 – 14 hari bila kertas koran pembungkusnya tetap basah.
Lokasi persemaian, diusahakan pada tanah yang datar, kemiringannya tidak lebih dari 10%. Tanahnya subur, gembur, dan kaya akan bahan organik serta dekat dengan sumber air agar memudahkan dalam penyiramannya.
Karena kecambah rotan tidak tahan terhadap cahaya penuh, maka tempat pembibitan harus berada di bawah pohon-pohon peneduh, atau dapat juga dibuat naungan dengan atap alang-alang/daun kelapa yang dibuat sedemikian rupa sehingga cahaya matahari dapat tembus.
Bedengan dibuat dengan ukuran 5 X 1 meter atau 10 X 1 meter dengan jarak antara bedengan ± 60 Cm. Biji rotan yang ukurannya kecil cukup dengannmenghamburkannya diatas bedeng.
Biji rotan yang ukurannya relatif besar, setelah dibersihkan, ditaburkan diatas bedengan berbentuk barisan dengan jarak antar baris tersebut ± 4 cm dan jarak antar biji di dalam barisan ± 2 cm.
Pemindahan kecambah rotan ke kantong plastik, setelah berukuran 0,5 atau bila sudah berumur 2,5 – 3 bulan dan sudah memiliki 2 (dua) helai daun pertama. Rotan Sega dan Rotan Irit dalam setiap kantong plastik berisi 2 (dua) kecambah, sedangkan Rotan Manau dalam satu kantong plastik berisi 1 (satu) kecambah, yang ukurannya sudah mencapai 3 – 5 cm panjangnya.
Pemupukan sebaiknya memakai pupuk kandang yang dilarutkan dengan air terlebih dahulu. Penyiraman dilakukan setiap hari pada waktu pagi dan sore hari. Untuk mencegah penyerangan oleh hama dan penyakit perlu disemprot dengan insektisida dan atau fungisida.
Bibit Rotan yang sudah berumur 1 – 1,5 tahun atau sudah berdaun 5 – 7 helai, sudah siap untuk ditanam di lapangan.

BIBIT ROTAN DARI ANAKAN

Bibit rotan yang diambil dari alam, dipilih yang tingginya sudah mencapai 20 – 30 cm, diambil dengan cara dicungkil memakai parang. Usahakan agar tanahnya banyak yang melekat dengan perakarannya.
Bibit rotan ini dapat diperoleh baik dari rumpun tumbuhan rotan dan atau dari anakan rotan yang tumbuh secara alami dari biji rotan yang bertebaran di lantai hutan

Anakan rotan tersebut diatas, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik yang sebelumnya diisi tanah camur kompos. Daun-daunnya dipotong separuhnya, untuk menjaga penguapan daun yang terlalu besar. Selanjutnya simpan selama 2 – 3 bulan di tempat yang rindang. Disiram setiap hari setiap pagi dan sore sebelum dipindahkan ke lapangan.
Bila bibit rotan hasil penggalian itu tidak dimasukkan ke dalam kantong plastik, maka bibit tersaebut harus segera disimpan di air mengalir perlahan selama 2,5 – 3 bulan untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas akar yang baru, bibit tersebut sudah siap untuk dipindahkan ke lapangan

PENANAMAN

1.Pengangkutan bibit rotan dilakukan dengan hati-hati, agar perakarannya tidak rusak atau terganggu.
2.Sebelum penanaman bila bibitnya berjumlah cukup banyak terlebih dahulu disimpan di tempat yang teduh dan disiram setiap pagi dan sore hari.
3.Penanaman dilaksanakan pada awal musim penghujan. Bibit yang berkantong plastik sebelum ditanam harus dibuka kantongnya secara hati-hati.
4.Lubang tanam dibuat 2 buah dengan ukuran masing 30 X 30 X 20 cm disekitar pohon yang akan menjadi tempat panjatannya.
5.Bibit ditanam dengan kedalaman 2 – 3 cm diatas leher akar kemudian diurug dengan tanah gembur atau tanah bekas galian bagian atas. Bila tanahnya kurang subur di setiap lubang tanaman diisi 3 – 5 Kg pupuk kandang yang sudah dicampur tanah.
6.Peanaman bibit harus berdiri tegak lurus kemudian diikatkan pada pohon panjatannya dengan tali yang mudah lapuk.
7.Rotan Sega atau Rotan Irit jarak tanamannya 10 X 10 m dan tiap lubang berisi 2 – 4 bibit. Untuk Rotan Manau jarak tanamnnya 6 X 6 m dan tiap lubang tanamnnya berisi 1 – 2 bibit.

PEMELIHARAAN

1.Penyiangan tanaman dilakukan 3 – 4 kali dalam setahun yaitu pada periode tanaman menghadapi masa kritis sampai berumur 3 tahun.
2.Hama tanaman rotan adalah belalang yang memakan daun-daun yang masih muda, kemudian ker dan bajing yang biasanya memakan umbut atau pucuk daun muda.
3.Penyakit tanaman rotan biasanya disebabkan oleh sejenis jamur (Pestalosa sp) yang menyerang daun dan pembusukan pada pangkal batang. Sejenis virus menyerang tunas-tunas muda yang dapat mengakibatkan tumbuhan rotan menjadi kerdil. Untuk mencegahnya dapat dilakukan dengan cara penyemprotan dengan inisektisika dan atau fungisida bila diperlukan.
4.Kebersihan antara rumpun rotan harus dijaga agar memudahkan perawatannya.
5.pemupukan dilakukan selang 6 bulan selama 3 tahun pertama.

PEMUNGUTAN HASIL

1.Cara pemungutan rotan yang baik yaitu dengan tebang pilih (selectif cutting) yaitu hanya menebang batang rotan yang umurnya sudah tua. Tanda-tanda batang rotan yang sudah tua dan siap ditebang yaitu bila upih/pelepah daunnya sudah kering dan mengelupas dari batangnya. Bagi rotan yang tidak berupih batang yang telah tua ditandai dengan warnanya yang menguning.
2.Rotan Irit, sudah dapat dipungut hasilnya bila sudah berumur 7 – 10 tahun selanjutnya dapat ditebang lagi selang 2 tahun selama 24 tahun. Rotan Sega dan Rotan Manau, daun tebang optimalnya adalah 25 tahun sedangkan rotan taman sudah dapat ditebang bila umurnya sudah mencapai 10 – 15 tahun sejak penanaman.
3.Rotan yang tumbuhnya berumpun dalam penebangan pertama cukup diambil 2 – 3 batang saja dan penebangan berikutnya berselang dalam waktu 2 – 4 tahun.
4.Penebangan batang rotan dilakukan dnegan memotong pangkal batang setinggi ± 15 cm dari tanah. Pelepah/upih daun dibersihkan dengan sabit atau dengan cara menggosok-gosokkan batangnya pada pohon panjatannya. Kemudian bagian ujung atas rotan dibuang sepanjang ± 1,5 m. Selanjutnya batang-batang rotan tersebut dipotong dengan ukuran panjangnya disesuaikan dengan permintaan pasar.
5.Rumpun rotan yang sudah berumur 30 – 40 tahun dapat menghasilkan 15 batang rotan tua. Dalam 1 hektar kebun rotan yang terawat dengan baik dapat menghasilkan 7,5 ton rotan basah setiap kali panen
Rotan adalah sekelompok palma dari puak (tribus) Calameae yang memiliki habitus memanjat, terutama Calamus, Daemonorops, dan Oncocalamus. Puak Calameae sendiri terdiri dari sekitar enam ratus anggota, dengan daerah persebaran di bagian tropis Afrika, Asia dan Australasia. Ke dalam puak ini termasuk pula marga Salacca ( misalnya salak), Metroxylon (misalnya rumbia/sagu), serta Pigafetta yang tidak memanjat, dan secara tradisional tidak digolongkan sebagai rotan.

Batang rotan biasanya langsing dengan diameter 2-5cm, beruas-ruas panjang, tidak berongga, dan banyak yang dilindungi oleh duri-duri panjang, keras, dan tajam. Duri ini berfungsi sebagai alat pertahanan diri dari herbivora, sekaligus membantu pemanjatan, karena rotan tidak dilengkapi dengan sulur. Suatu batang rotan dapat mencapai panjang ratusan meter. Batang rotan mengeluarkan air jika ditebas dan dapat digunakan sebagai cara bertahan hidup di alam bebas. Badak jawa diketahui juga menjadikan rotan sebagai salah satu menunya.

Sebagian besar rotan berasal dari hutan di Malesia, seperti Sumatra, Jawa, Borneo, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Indonesia memasok 70% kebutuhan rotan dunia. Sisa pasar diisi dari Malaysia, Filipina, Sri Lanka, dan Bangladesh.

Rotan cepat tumbuh dan relatif mudah dipanen serta ditransprotasi. Ini dianggap membantu menjaga kelestarian hutan, kaerna orang lebih suka memanen rotan daripada kayu.
[sunting]
Kegunaan

Kursi dari rotan.

Rotan yang umum dipergunakan dalam industri tidaklah terlalu banyak. Beberapa yang paling umum diperdagangkan adalah Manau, Batang, Tohiti, Mandola, Tabu-Tabu, Suti, Sega, Lambang, Blubuk, Jawa, Pahit, Kubu, Lacak, Slimit, Cacing, Semambu, serta Pulut.

Setelah dibersihkan dari pelepah yang berduri, rotan asalan harus diperlakukan untuk pengawetan dan terlindung dari jamur Blue Stain. Secara garis besar terdapat dua proses pengolahan bahan baku rotan: Pemasakan dengan minyak tanah untuk rotan berukuran sedang /besar dan Pengasapan dengan belerang untuk rotan berukuran kecil.

Selanjutnya rotan dapat diolah menjadi berbagai macam bahan baku, misalnya dibuat Peel (kupasan)/Sanded Peel, dipoles /semi-poles, dibuat core, fitrit atau star core. Adapun sentra industri kerajinan dan mebel rotan terbesar di indonesia terletak di Cirebon.

Pemanfaatan rotan terutama adalah sebagai bahan baku mebel, misalnya kursi, meja tamu, serta rak buku. Rotan memiliki beberapa keunggulan daripada kayu, seperti ringan, kuat, elastis / mudah dibentuk, serta murah. Kelemahan utama rotan adalah gampang terkena kutu bubuk "Pin Hole".

Batang rotan juga dapat dibuat sebagai tongkat penyangga berjalan dan senjata. Berbagai perguruan pencak silat mengajarkan cara bertarung menggunakan batang rotan. Di beberapa tempat di Asia Tenggara, rotan dipakai sebagai alat pemukul dalam hukuman cambuk rotan bagi pelaku tindakan kriminal tertentu.

Beberapa rotan mengeluarkan getah (resin) dari tangkai bunganya. Getah ini berwarna merah dan dikenal di perdagangan sebagai dragon's blood ("darah naga"). Resin ini dipakai untuk mewarnai biola atau sebagai meni.

Masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah memanfaatkan batang rotan muda sebagai komponen sayuran.

Rotan Manau ( Calamus manan Miq)
Rotan manau secara umum memiliki warna batang kuning lansat, dengan diameter batang yang sudah dirunti berkisar 25 mm, panjang ruasnya 35 cm dengan total panjang batang bila merambat dewasa mencapai 40 meter.

Tempat tumbuhnya secara alami adalah didaerah Thailand, Semenanjung Malaya, Pulau sumatera dan Kalimantan. Kondisi iklim yang disukai adalah daerah beriklim basah, dan hidup baik ada ketinggian 50 – 600 meter diatas permukaan laut.

Tumbuh batangnya merambat di antara batang dan ranting pohon, tumbuhnya tunggal tidak berumpun, sehingga untuk pembudidayaanya hanya melalui biji.

Daunnya rotan manau majemuk menyirip, tiap daun terdiri dari kurang lebih 40 pasang anak daun. Bentuk anak daun bervariasi dari bentuk lanset sampai bulat telur lanset sunsang. Pelepah dan tangkai daunnya diselimuti duri yang tajam dan rapat. Rotan manau memiliki bungannya tersusun dalam tandan berbentuk malai, perbungaan tersebut berukuran panjang dan letaknya menggantung. Sedangkan rotan manau memiliki buah yang tidak terlalu besar, panjang kurang lebih 3 cm bersisik dan berbentuk lonjong.

Karena bentuk diameter batangnya yang besar, kuat dan kokoh, maka sebagian besar hasil akhir dari produknya dipakai bagi keperluan pembuatan rangka kursi, meja, tempat tidur, sofa, dan keperluan rangka furnitur lainya.

Petani Rotan di Simalungun Resah, Poldasu Sita Hasil Panen Budidaya Rotan
Posted in Kriminal by Redaksi on Juli 12th, 2010

Medan (SIB)
Sejumlah petani rotan di Nagori Dolok, Desa Dolok Morawa, Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun resah menyusul penangkapan rotan hasil panen budidaya rotan mereka oleh aparat kepolisian dari Mapoldasu.
Keresahan petani itu disampaikan Makmen Damanik (62), yang datang ke kantor Harian SIB di Jalan Brigjen Katamso, Medan, Rabu (8/7) lalu. Makmen, yang mengaku sebagai perwakilan petani didampingi seorang temannya mengatakan, penangkapan truk pengangkut rotan yang dilakukan aparat Sat Tipiter Direktorat Reskrim Poldasu pada tanggal 30 Mei lalu mengakibatkan para petani ketakutan untuk mengangkut hasil panennya keluar ladang dan kini menumpuk di sana.
Mereka mengaku rotan yang mereka tebang dan kemudian dijual adalah hasil budidaya mereka di antara pokok rambung yang ada di desa itu.
”Rotan itu, dulu kami tanam di antara pokok rambung dan diharapkan akan menjadi penghasilan tambahan di masa-masa sulit seperti musim tahun ajaran baru. Sekarang kami memanennya untuk persiapan membeli perlengkapan sekolah anak-anak kami. Namun, sekarang rotan yang sudah keburu ditebang terpaksa ditumpukkan di ladang karena takut akan ditangkap polisi lagi. Sekarang anak-anak di desa kami terancam kesulitan masuk sekolah karena dana dari panen rotan tak bisa lagi diharapkan membantu,” kata Makmen lagi.
Dikatakannya, alasan Polda untuk menahan dan menyita rotan itu adalah karena tidak dilengkapi dokumen resmi. Padahal sebelumnya, mereka telah berkoordinasi dengan pihak Dinas Kehutanan Simalungun untuk meminta surat keterangan angkut rotan hasil penen itu. Tetapi, kata Makmen, pihak Dinas Kehutanan Simalungun mengatakan, untuk mengangkut hasil panen itu tidak perlu dari Dinas Kehutanan, tetapi cukup surat keterangan dari kepala desa.
Namun, surat keterangan dari kepala desa yang menjadi dokumen pengangkutan rotan itu, menurut Poldasu tidak cukup, karena rotan tersebut adalah hasil hutan. “Jadi kami tidak tahu mana yang kami ikuti,” kata petani tersebut.
Illegal
Sementara itu Direktur Reskrim Poldasu Kombes Pol Drs Agus Andrianto melalui Kasat IV/Tipiter AKBP M Butar-butar yang diminta konfirmasi soal penangkapan itu, Kamis (8/7) lalu membenarkannya. “Benar, kita menangkapnya dan kini sedang pemberkasan perkaranya. Alasan kita menangkap, tentu karena ada pelanggaran hukum di sana. Masya kita tahan barang yang tidak ilegal,” kata Butar-butar lagi.
Dikatakannya, penangkapan itu dilakukan karena adanya pelanggaran pidana, seperti diatur dalam Undang Undang RI Nomor 41 tahun 199, tentang kehutanan. Butar-butar berpendapat, rotan adalah hasil hutan. “Mana ada rotan hasil budi daya masyarakat,” katanya.

220 Eksportir Mebel dan Rotan Kolaps
Posted in Ekonomi & Keuangan by Redaksi on Juni 22nd, 2010

Jakarta (SIB)
Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI) menyatakan, 220 eksportir mebel dan rotan kolaps sejak akhir 2009 sampai Juni 2010. Kondisi itu disebabkan masib dibukanya keran ekspor rotan dan bahan baku mebel, terutama ke Tiongkok.
Dengan kebijakan seperti itu, industri mebel dan kerajinan rotan di dalam negeri menjadi kesulitan bahan baku. Bahkan, harga mebel dan rotan di dalam negeri tidak mampu bersaing di pasar internasional dengan produk sejenis dari Tiongkok.
Ketua Umum AMKRI Hatta Sinatra mengatakan, jumlah perusahaan eksportir mebel dan kerajinan rotan mencapai 428. “Namun, sejak akhir 2009 jumlahnya terus berkurang dan hanya 208 eksportir yang masih bertahan,” ujar Hatta di Jakarta, Minggu (20/6).
Menurut Hatta, 208 eksportir itu rata-rata per bulan hanya memperoleh penjualan sekitar Rp100 juta. Padahal, untuk sebuah industri yang padat karya, jumlah pendapatan tersebut termasuk minim.
“Kalau mau rasional, idealnya satu perusahaan seharusnya memperoleh penjualan ekspor Rp 1 miliar per bulan. Jika hanya Rp 100 juta, bagaimana perusahaan tersebut bisa bertahan untuk menggaji karyawannya,” paparnya.
Hatta mengatakan, kebijakan pemerintah yang membebaskan ekspor bahan baku ke Tiongkok seharusnya ditinjau ulang atau ditutup. Meskipun pemerintah menetapkan kuota ekspor barang baku, kenyataan ekspor bahan baku rotan tetap tinggi. “Kami menduga, banyak terjadi ekspor bahan baku mebel dan rotan secara ilegal,” tuturnya.
Selama ini, Tiongkok menjadi salah satu pasar tujuan ekspor mebel terbesar di dunia. Kebutuhan mebel dan rotan di Tiongkok tahun lalu diprediksi mencapai US$ 1,3 miliar.
Dia menerangkan, AMKRI sering meminta kepada pemerintah untuk menutup keran ekspor bahan baku. “Hingga saat ini permintaan kami tidak didengar,” ujarnya.
Hatta mengakui, pemerintah telah membatasi ekspor rotan dan bahan baku mebel dalam Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Permenperindag) No 12/2005.
Namun, sejumlah jenis rotan dan bahan baku mebel lainnya tetap diperbolehkan ekspor. “Kuota ekspor yang diberlakukan belum menyeluruh, masih ada ekspor bahan baku,” ucapnya.
Dia mengaku sudah berkonsultasi dengan Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat. Hatta menjelaskan, tahun ini ekspor produk jadi mebel dan rotan Indonesia akan menurun hingga 20% dibandingkan 2009.
Tren penurunan itu sudah terjadi sejak 2005. Bahkan, pada 2007-2009 penurunan nilai ekspor produk mebel rotan Indonesia mencapai 50%.
Pada 2007, nilai ekspor mebel rotan dalam produk jadi mencapai US$319,6 juta. Pada 2008, angka itu menurun menjadi US$239 juta. Sedangkan pada 2009, nilai ekspor itu menurun lagi menjadi US$617,7 juta. Sebelumnya, pemerintah tidak merevisi jatah kuota ekspor periode 1 Juni 2009-30 Juni 2010. Padahal, kalangan industri rotan dalam negeri meminta pemerintah menutup kuota ekspor menyusul terjadinya defisit pasokan bahan baku dalam negeri.
Mendag Mari Elka Pangestu mengatakan, penghitungan kuota volume ekspor rotan telah memperhatikan kelestarian tumbuhan rotan dan kebutuhan bahan baku bagi industri dalam negeri. “Jumlah volume yang diekspor ditetapkan setiap tahun dengan mempertimbangkan masukan dari instansi dan lembaga terkait,” katanya.
Volume ekspor rotan asalan jenis taman/sega dan irit dengan diameter 4 hingga 16 milimeter, menurut Mari, dibatasi hingga 25.000 ton. Rotanasalan selain jenis tersebut dilarang untuk diekspor.
Sedangkan, kuota rotan setengah jadi dalam bentuk hati dan kulit rotan yang diolah dari jenis taman/sega dan irit mencapai 16.000 ton. Jenis rotan setengah jadi dalam bentuk rotan poles, hati dan kulit rotan yang diolah dari jenis bukan taman/sega dan irit mendapat kuota terbesar yakni 36.000 ton.
JAKARTA (Bisnis.com): Jumlah eksportir rotan selama tahun ini turun menjadi 62 eksportir dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 120 eksportir terdaftar rotan (ETR).

Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Kementerian Perdagangan Yamanah A.C. mengakui adanya penurunan jumlah eksportir rotan tersebut menjadi hanya 62 ekportir yang terdaftar sebagai eksportir terdaftar rotan.

“Kuotanya saja berkurang dan realisasinya juga kurang. [Peningkatan ekspor rotan] karena surat perizinan ekspor (SPE) Oktober-Desember 2009 dilaksanakan pada awal 2010,” ujarnya kepada Bisnis.com hari ini.

Dia menjelaskan penurunan jumlah eksportir itu karena mulai tahun ini, eksportir rotan hanya diperbolehkan dari daerah asal penghasil rotan. Pada tahun sebelumnya, katanya, eksportir rotan bisa berasal dari mana saja.

Perubahan ketentuan itu tertuang dalam Permendag No. 36/M-DAG/PER/8/2009 tentang Ketentuan Ekspor Rotan yang merupakan revisi dari Permendag No. 12/M-DAG/PER/6/2005.

Kendati jumlah eksportir yang terdaftar sebagai eksportir terdaftar rotan (ETR) turun menjadi 62 eksportir dari tahun lalu  lebih dari 120 eksportir, tetapi pengapalan komoditas itu justru meningkat.

Volume pengapalan bahan baku rotan memiliki tren pertumbuhan 2,5% sejak 2004-2010, sedangkan nilainya bertumbuh mencapai 9,3% per tahun.

Volume pengapalan rotan periode Januari-Maret 2010 mencapai 8.841 ton naik 16,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 7.611 ton.

Sementara itu, dari sisi nilai, pengapalan komoditas itu selama Januari-Maret 2010 naik 16,3% menjadi US$8,4 juta dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu US$7,24 juta

PADANG, KOMPAS.com - Menteri Negara Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta mengatakan, masa depan bumi sangat ditentukan keanekaragaman hayati sehingga upaya menjaga hal itu merupakan sesuatu yang penting.
    
Karena itu, pada peringatan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia 2010 perlu kembali diingatkan pentingnya menjaga kelestarian keanekaragaman hayati, katanya dalam sambutan tertulis dibacakan Plt Gubernur Sumbar, Mahmuda Rivai, pada peringatan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia 2010 tingkat provinsi Sumbar di Padang, Kamis (17/6/2010).
Pentingnya hal tersebut, sehingga pemerintahan Indonesia menjadikan "Keanekaragaman Hayati, Masa Depan Bumi Kita" sebagai tema peringatan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia 2010 di Indonesia, tambahnya.
    
Menurut dia, tema tersebut mengacu tema Hari Lingkungan Hidup se-Dunia 2010 yang dilakukan Program Lingkungan Perserikatan Bangsa Bangsa (United Nations Environment Programme/UNEP) di Kigali, Rwanda. "Selain itu, UNEP telah menetapkan 2010 sebagai tahun keanekaragaman hayati internasional," katanya.
    
Menteri menjelaskan, Indonesia dikaruniai kekayaan keanekaragaman hayati sangat tinggi dengan memiliki sekitar 90 tipe ekosistem, 40.000 spesies tumbuhan dan 300.000 spesies hewan.
    
Keanekaragaman hayati itu mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia karena menjadi sumber penyediaan bahan pangan, sandang, papan, obat-obatan dan juga berfungsi sebagai penyedia sumber air, udara bersih dan untuk kepentingan pariwisata.
    
Selain itu, tambahnya, keanekaragaman hayati juga menghasilkan devisa bagi sumber keuangan Negara seperti pada sektor industri, pertanian, kehutanan dan kesehatan, tambahnya.
Keanekaragaman hayati juga membuka peluang besar pada industri tanaman hias terkait adanya kecenderungan perubahan pasar dunia terhadap tanaman hias yang mulai beralih kepada tanaman tropis, kata Gusti.
    
Ia menambahkan, Pemerintah Indonesia juga telah meratifikasi konvensi keanekaragaman hayati pada 1994. Dengan ratifikasi itu, Indonesia memiliki tiga kegiatan utama meliputi, konservasi keanekaragaman hayati, pemanfaatan secara lestari dari komponennya dan pembagian keuntungan yang adil atas pemanfaatan sumber daya genetik, kata Menteri.

Keanekaragaman hayati
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Terkini (belum ditinjau)

Hutan hujan, salah satu ekosistem yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar.

Keanekaragaman hayati atau biodiversitas (Bahasa Inggris: biodiversity) adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu. Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem biologis.

Keanekaragaman hayati tidak terdistribusi secara merata di bumi; wilayah tropis memiliki keanekaragaman hayati yang lebih kaya, dan jumlah keanekaragaman hayati terus menurun jika semakin jauh dari ekuator.

Keanekaragaman hayati yang ditemukan di bumi adalah hasil dari miliaran tahun proses evolusi. Asal muasal kehidupan belum diketahui secara pasti dalam sains. Hingga sekitar 600 juta tahun yang lalu, kehidupan di bumi hanya berupa archaea, bakteri, protozoa, dan organisme uniseluler lainnya sebelum organisme multiseluler muncul dan menyebabkan ledakan keanekaragaman hayati yang begitu cepat, namun secara periodik dan eventual juga terjadi kepunahan secara besar-besaran akibat aktivitas bumi, iklim, dan luar angkasa.
[sunting]
Jenis keanekaragaman hayati
Keanekaragaman genetik (genetic diversity); Jumlah total informasi genetik yang terkandung di dalam individu tumbuhan, hewan dan mikroorganisme yang mendiami bumi.
Keanekaragaman spesies (species diversity); Keaneraragaman organisme hidup di bumi (diperkirakan berjumlah 5 - 50 juta), hanya 1,4 juta yang baru dipelajari.
Keanekaragaman ekosistem (ecosystem diversity); Keanekaragaman habitat, komunitas biotik dan proses ekologi di biosfer atau dunia laut.


Pengikut