Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Senin, 25 Oktober 2010

METODE KULTIVASI & PENGHITUNGAN KOLONI BAKTERI/ MIKROBA

PEMERIKSAAN BAKTERI SECARA MAKROSKOPIS
PERHITUNGAN BAKTERI
Perhitungan jumlah suatu bakteri dapat melalui berbagai macam uji seperti uji kualitatif koliform yang secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu uji penduga (uji kuantitatif, bisa dengan metode MPN), uji penguat dan uji pelengkap. Waktu, mutu sampel, biaya, tujuan analisis merupakan beberapa faktor penentu dalam uji kualitatif koliform. Bakteri koliform dapat dihitung dengan menggunakan metode cawan petri (metode perhitungan secara tidak langsung yang didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu koloni yang merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terdapat pada sampel) seperti yang dilakukan pada percobaan ini (Penn, 1991).
Beratus-ratus spesies dapat menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit (Pelczar & Chan, 1986). Koliform merupakan kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan dan produk-produk susu. Bakteri koliform dapat dibedakan atas dua kelompok yaitu koliform fekal (Escherchia coli) dan koliform non fekal (Enterobacter aerogenes) (Fardiaz, 1996).
E. coli adalah bakteri koliform yang ada pada kotoran manusia, maka E. coli sering disebut sebagai koliform fekal. Pengukuran kuantitatif populasi mikroorganisme sangat diperlukan untuk berbagai macam penelaahan mikrobiologis. Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk menghitung jumlah mikroorganisme, akan tetapi secara mendasar, ada dua cara yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Ada beberapa cara perhitungan secara langsung, antara lain adalah dengan membuat preparat dari austu bahan (preparat sederhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting chamber). Sedangkan perhitungan cara tidak langsung hanya untuk mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja (viabel count). Dalam pelaksanaannya, ada beberapa cara yaitu : perhitungan pada cawan petri (total plate count / TPC), perhitungan melalui pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (MPN methode), dan kalorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri) (Sutedjo, 1991).
Jumlah masing-masing cawan diamati setelah inkubasi, cawan yang dipilih untuk penghitungan koloni ialah yang mengandung antara 30 sampai 300 koloni, karena jumlah mikroorganisme dalam sampel tidak diketahui sebelumnya, maka untuk memperoleh sekurang-kurangnya satu cawan yang mengandung koloni dalam jumlah yang memenuhi syarat tersebut maka harus dilakukan sederetan pengenceran dan pencawanan. Jumlah organisme yang terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan (Penn, 1991). Metode perhitungan MPN sering digunakan dalam pengamatan untuk menghitung jumlah bakteri yang terdapat di dalam tanah seperti Nitrosomonas dan Nitrobacter. Kedua jenis bakteri ini memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, sehubungan dengan kemampuannya dalam mengikat N2 dari udara dan mengubah amonium menjadi nitrat (Sutedjo, 1991).
MEMBUAT BIAKAN MURNI
Secara kebetulan seorang peneliti Jerman melihat bahwa koloni yang tumbuh pada kentang yang telah direbus pada akhirnya dapat menemukan jalan untuk memisah menjadi individu-individu. Caranya; mereka mengembangkan media spesifik untuk menumbuhkan mikroorganisme. Media adalah substansi yang memenuhi kebutuhan nutrisi mikroorganisme. Koch dan koleganyanya juga menunjukkan bahwa senyawa dari alga yang disebut agar dapat membuat media menjadi padat. Richard J.Petri (1852 – 1921) membuat piringan kaca bertutup untuk menempatkan media agar alat tersebut selanjutnya disebut Petri dish yang masih digunakan sampai sekarang. Pada tahun 1892, dengan menggunakan teknik biakan murni Koch dan anggotanya menemukan agen-agen penyebab typus, dipteri,tetanus, pneumonia dan lain sebagainya. Koch mengenalkan penggunaan binatang model untuk penyakit manusia dengan cara menginjeksikan bakteri ke dalam mencit,kelinci, babi atau domba. Ia bahkan menempelkan kamera pada mikroskopnya untuk mengambil gambar dan menggunakannya sebagai bukti untuk menghilangkan keraguan. Membiakkan bakteri dapat dilakukan dengan berbagi cara, salah satunya pengembangbiakan dalam media cawan petri. Pengembangbiakan dalam cawan ini ada beberapa metode, yaitu :
1.Metode cawan gores (streak plate)
Metode cawan gores cukup sulit bagi pemula, terutama mahasiswa semester awal yang baru mengambil mata praktikum mikrobiologi. Kesulitan dari metode ini, yaitu proses penggoresan yang cukup lama dan sulit, sehingga memudahkan terjadinya kontaminasi dan kegagalan. Prinsip metode ini, yaitu mendapatkan koloni yang benar-benar terpisah dari koloni yang lain, sehingga mempermudah proses isolasi.
Cara ini dilakukan dengan membagi cawan petri menjadi 3-4 bagian. Ose steril yang telah disiapkan dilekatkan pada sumber isolat, kemudian menggoreskan ose tersebut pada cawan berisi media steril. Goresan dapat dilakukan 3-4 kali membentuk garis horisontal di satu sisi cawan. Ose disterilkan lagi dengan api bunsen, setelah kering ose tersebut digunakAn untuk menggores goresan sebelumnya pada sisi cawan kedua. Langkah ini dilanjutkan hingga keempat sisi cawan tergores.
Pada metode ini, goresan di sisi pertama diharapkan koloni tumbuh padat dan berhimpitan, sedangkan pada goresan sisi kedua, koloni mulai tampak jarang dan begitu pula selanjutnya, sehingga didapatkan koloni yang tampak tumbuh terpisah dengan koloni lain. Seluruh tahap hendaknya dilakukan secara aseptik agar tak terjadi kontaminasi.
2.Metode cawan tuang (pour plate)
Metode cawan tuang sangat mudah dilakukan karena tidak membutuhkan keterampilan khusus dengan hasil biakan yang cukup baik. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan sumber isolat yang telah diketahui beratnya ke dalam 9 ml garam fisiologis (NaCl 0.85%) atau larutan buffer fosfat. Larutan ini berperan sebagi penyangga pH agar sel bakteri tidak rusak akibat menurunnya pH lingkungan. Pengenceran dapat dilakukan beberapa kali agar biakan yang didapatkan tidak terlalu padat atau memenuhu cawan (biakan terlalu padat akan mengganggu pengamatan).
Sekitar 1 ml suspensi dituang ke dalam cawan petri steril, dilanjutkan dengan menuangkan media penyubur (nutrien agar) steril hangat (40-50oC) kemudian ditutup rapat dan diletakkan dalam inkubator (37oC) selama 1-2 hari.
Penuangan dilakukan secara aseptik atau dalam kondisi steril agar tidak terjdi kontaminasi atau tumbuh atau masuknya organisme yang tidak diinginkan (di laboratorium, kontaminasi biasanya terjadi akibat tumbuhnya kapang, seperti Penicilium dalam biakan). Media yang dituang hendaknya tidak terlalu panas, karena selain mengganggu proses penuangan (media panas sebabkan tangan jadi panas juga), media panas masih mengeluarkan uap yang akan menempel pada cawan penutup, sehingga mengganggu proses pengamatan. pada metode ini, koloni akan tumbuh di dalam media agar. Kultur diletakkan terbalik, dimasukkan di dalam plastik dengan diikat kuat kemudian diletakkan dalam incubator

3. Metode cawan sebar (spread plate)
Pada metode cawan sebar, 0.1 ml suspensi bakteri yang telah diencerkan (metode 3) disebar pada media penyubur steril yang telah disiapkan. Selanjutnya, suspensi dalam cawan diratakan dengan batang drygalski agar koloni tumbuh merata pada media dalam cawan tersebut, kemudian diletakkan dalam inkubator (37oC) selama 1-2 hari. Metode ini cukup sulit terutama saat meratakan suspensi dengan batang drygalski. Alih-alih koloni tumbuh merata, biakan justru terkontaminasi. Oleh karena itu, batang drygalski harus benar-benar steril, yaitu dengan mencelupkannya terlebih dahulu dalam alkohol kemudian dipanaskan dengan api bunsen. Perlu diingat, batang drygalski, yang masih panas akibat pemanasan dengan api bunsen, dapat merusak media agar, sehingga harus didinginkan terlebih dahulu dengan meletakkannya di sekitar api bunsen (±15 cm) dengan metode ini, satu sel bakteri akan tumbuh dan berkembang menjadi satu koloni bakteri. Satu koloni bakteri yang terpisah dengan koloni lainnya dapat diamati tipe pertumbuhan pada masing-masing media, diantaranya dilakukan terhadap konsistensi, bentuk koloni, warna koloni dan permukaan koloni.
Koloni yang tumbuh terpisah ditumbuhkan kembali untuk mendapatkan isolat murni. Isolasi murni dilakukan dengan mengoleskan ose steril pada koloni dalam kultur campuran yang benar-benar terpisah satu sama lain. Olesan tersebut digores pada media padat agar miring dalam tabung reaksi. Koloni yang tumbuh dalam media ini merupakan isolat murni, yang hanya berasal dari satu jenis bakteri saja. Koloni yang tumbuh dapat dikarakerisasi berdasarkan tipe pertumbuhannya pada media agar miring.
Seluruh kultivasi atau penanaman sebaiknya dilakukan di dalam laminar air flow yang tertutup, untuk mengurangi resiko kontaminasi. LAF dilengkapi dengan lampu fluorescent, sinar UV dan kipas angin. Lampu fluorescent digunakan apabila kondisi cahaya di dalam LAF dan kamar isolasi kurang memadai. Sinar UV bersifat germisida yang dapat membunuh bakteri yang tidak diinginkan, sehingga dapat menurunkan resiko kontaminasi. Sebelum penanaman (kultivasi), alat2 yang digunakan sebaiknya dikenai sinar UV selama 5 menit (ingat, hanya alat2, seperti lampu bunsen, ose, pipet, dll).

Media, Isolasi bakteri

  1. Latar Belakang
Dalam belajar mikrobiologi penting untuk mengamati mikroorganisme dalam keadaan hidup, karena itu di dalam laboratorium dibuat medium untuk mengkultur mikroorganisme. Medium sendiri merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi atau zat-zat hara (nutrient) yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme . Medium tersebut dapat berupa medium cair ataupun medium padat. Mikroorganisme akan tumbuh dengan baik dalam medium apabila medium tersebut memenuhi persyaratan, antara lain : medium harus mengandung semua nutrien yang mudah digunakan oleh mikroorganisme; medium harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan, dan pH yang sesuai dengan pertumbuhan mikroorganisme; medium tidak mengandung zat-zat yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme; dan medium harus steril sebelum digunakan, supaya mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik . Penggolongan jenis medium dapat dilakukan berdasarkan sifat kehetrotrofannya ( media hidup dan media mati), berdasarkan konsistensinya ( media padat, semi padat dan medium cair), serta berdasarkan fungsinya (medium selektif, medium diferensial, medium eksklusif, medium Esei, medium diperkaya/enriched dan medium khusus). Untuk mempermudah mempelajari jenis-jenis mikroorganisme maka diperlukan kultur murni dari jenis mikrobia yang akan dipelajari. Kultur murni adalah biakan yang hanya terdiri dari populasi mikrobia yang berasal dari jenis yang sama.
Di alam, pada umumnya mikrobia hidup sebagai populasi campuran. Sehingga akan sulit untuk mempelajari mikrobia terkait dengan morfologi, fisiologi dan serologi mikrobia. Oleh karenanya perlu dilakukan isolasi mikrobia dari lingkungannya. Isolasi atau kultivasi adalah suatu usaha untuk memindahkan mikrobia dari lingkungannya di alam dan menumbuhkan sebagai biakkan murni dalam medium buatan. Selain itu, pada umumnya mikrobia tumbuh dalam populasi campuran. Untuk mengidentifikasi suatu mikrobia, termasuk struktur morfologi dan fisiologi dapat dilakukan dengan metode kultivasi atau isolasi dari habitatnya. Isolasi merupakan suatu usaha untuk memindahkan mikrobia dari lingkungannya di alam dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium buatan. Isolasi dalam kultur murni essensial untuk mendeskripsikan bentuk dan mengklasifikasikan spesies baru serta untuk determinasi suatu agen penyebab penyakit. Ada beberapa teknik isolasi yang biasa dilakukan pada bakteri atau mikrobia uniseluler. Salah satu yang paling umum dilakukan adalah teknik plate culture. Teknik ini menggunakan cawan petri untuk menumbuhkan mikrobia dengan suatu medium (Salle, 1961).Teknik plate culture ini masih terbagi lagi menjadi teknik-teknik spesifik. yaitu. streak plate method yang dilakukan dengan cara menggores medium dengan bakteri, pour plate method yang dilakukan dengan cara mencampur bakteri pada agar yang masih cair kemudian menuangnya ke dalam cawan petri serta Terakhir surface plate method yaitu dengan menggosok bakteri di atas medium agar.
Karena objek kajian dari mikrobiologi berupa mikroorganisme yang memiliki ukuran sangat kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, maka dari itu perlu dipelajari teknik mikroskopi. Dengan mikroskop, dapat diperoleh perbesaran yang memungkinkan untuk melihat mikroorganisme. Dalam penggunaan mikroskop, pengetahuan tentang prosedur penggunaan mikroskop yang baik dan benar akan menentukan berhasil tidaknya pengamatan-pengamatan mikroskopis yang dilakukan (Waluyo, 2008). Penggunaan mikroskop penting untuk mengamati sifat morfologi dari mikroorganisme yang diteliti baik dalam ukuran individual maupun koloni. Sifat-sifat morfologi yang diamati secara individu meliputi ukuran dan bentuk sel, keberadaan dan karakteristik spora, flagella dan karakteristiknya, serta ada tidaknya kapsula. Sedangkan morfologi koloni meliputi ukuran, bentuk, warna koloni dan sifat-sifat lainnya yang menentukan.
Teknik pengamatan dengan pewarnaan bakteri (stained) adalah teknik yang paling umum digunakan untuk mengamati morfologi dan fisiologi sel bakteri. Keuntungan pengecatan antara lain adalah sel bakteri dapat jelas terlihat dan sel bakteri dapat dibedakan dengan spesies sel bakteri lainnya. Ada beberapa jenis pengecatan bakteri antara lain pengecatan sederhana, pengecatan gram, pengecatan Acid fast, dan pengecatan negatif. Pengecatan sederhana adalah tenik pengecatan yang menggunakan satu macam cat saja. Cat yang paling banyak digunakan adalah karbolfuhsin, methylenin blue dan kristal violet. Fungsi pengecatan sederhana adalah mewarnai bekteri untuk pengamatan morfologi dan fisiologi bakteri. Selain itu, pengecatan sederhana berfungsi membedakan bakteri mati dan bakteri yang masih hidup. Pengecatan gram merupakan salah satu contoh pengecatan differensial. Pengecatan gram berguna untuk identifikasi dan determinasi sel bakteri. Cat utama yang dipakai adalah violet kristal, larutan Iod sebagai mordan, alkohol sebagai peluntur, dan safranin sebagai cat penutup. Dengan pengecatan gram, bakteri dapat dibedakan menjadi bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif apabila dicat gram akan berwarna ungu sedangkan gram negatif akan berwarna merah (Talaro&Talaro, 1999). Teknik pengecatan negatif merupakan pengecatan tidak langsung yaitu pewarnaan latar belakang spesimen. Pada pengecatan ini, cat yang digunakan adalah nigrosin. Teknik pengecatan Acid fast (tahan asam) merupakan prosedur pengecatan differensial yaitu menggunakan lebih dari satu macam cat. Dengan teknik ini, bakteri dapat dibedakan menjadi bakteri acid fast (tahan asam) dan bakteri non acid fast (tidak tahan asam).
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik. Jamur ada yang tergolong mikrobia dan ada juga yang tidak. Jamur yang tergolong mikrobia contohnya adalah Khamir dan Jamur benang / Molds. Khamir adalah jamur yang tumbuh dalam bentuk uniseluler dan biasanya memperbanyak diri dengan cara tunas. Jamur ini tersebar di alam, dapat ditemukan di tanah, debu, serta buah dan daun pada banyak tanaman. Nampak seperti permukaan buih atau sedimen tebal pada jus buah dan cairan saccharine lain (Salle, 1961).
Contoh jamur yang kedua adalah jamur benang atau molds. Molds adalah jamur berfilamen yang bersifat parasit dan berkembangbiak dengan spora seksual dan aseksual. Merupakan suatu kelompok heterogenitas yang besar dari suatu tumbuhan, seperti organisme yang membentuk subdivisi Thallophyta (Salle, 1961). Contoh molds adalah Rhizopus sp., Pinicillium sp., Aspergillus sp. dan Monilia sp.
Salah satu makhluk hidup yang memiliki daya reproduksi tinggi adalah Fungi. Fungi merupakan kelompok mikrobia eukariotik heterotrofik yang tersebar luas di alam dan bersifat saprofit. Pembagian fungi didasarkan atas sifat khas struktur dan cara reproduksinya, yaitu Zygomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deutromyces (Soetarto et al., 2008) . Jamur yang tergolong mikrobia contohnya adalah Jamur benang dan Khamir / Molds . Jamur benang adalah fungi multiseluler yang membentuk pertumbuhan memanjang yang bercabang yang dikenal sebagai miselium. Filamen individual dari miselium dikenal sebagai hifa. Pada beberapa jamur benang, hifa merupakan silinder multinukleus yang kontinu tanpa adanya dinding melintang, hifa seperti ini dikenal sebagai hifa tidak bersekat (nonseptae hyphae). Pada beberapa jamur benang yang lain, hifa memiliki dinding melintang yang memisahkan mereka ke dalam sebuah rantai dari sel individual, ada yang memiliki satu nukleus, atau pada umumnya dengan dua nukleus. Hifa seperti ini dikenal dengan hifa bersekat (septae hyphae) (Sarles et al, 1956). Jamur benang dapat pula dibedakan berdasarkan alat perkembangbiakannya yaitu antara lain dengan spora konidia dan lain sebagainya (Clifton, 1957). Perbedaan dapat pula dengan bentuk sel atau bentuk dari benang (hifa) yang dibentuk oleh jamur tersebut. Hifa dari jamur benang dapat dibedakan atas hifa vegetatif, yaitu hifa yang tumbuh menjalar dan berfungsi untuk menyerap makanan dan hifa fertil yang berfungsi sebagai alat reproduksi dan tumbuh ke atas. Warna koloni (pigmen) yang dibentuk oleh jamur benang tersebut pun dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi jenis jamur benang yang membentuknya . Contoh dari jamur benang antara lain Rhizopus sp, Penicillium sp, Aspergillus sp, Mucor sp dan Monilia sp. Khamir merupakan fungi uniseluler yang tidak membentuk percabangan multiseluler (miselium), kebanyakan khamir bereproduksi secara vegetatif dengan tunas (budding), tapi ada sedikit jenis yang bereproduksi melalui fusi sel (Sarles, 1956). Morfologi khamir dapat berupa spheroidal, aksoidal, bentuk sosis, bentuk umum atau silindris. Bentuk morfologi, cara reproduksi, dan karakteristik fermentasi dapat dijadikan sebagai dasar untuk klasifikasi khamir.
Bakteri merupakan mikrobia uniseluler yang termasuk dalam kelas Schizomycetes. Terdapat berbagai macam bentuk dari bakteri yaitu berbentuk bulat/kokus, batang/bacilus, dan spiral. Bakteri dibedakan berdasarkan responnya terhadap O2 menjadi 4 macam, yaitu bakteri aerob, anaerob, anaeorob fakultatif, dan mikroaerofilik. Bakteri aerob membutuhkan O2 untuk hidupnya dalam jumlah banyak. Bakteri anaerob dapat tumbuh tanpa ada O2. Bakteri anaerob fakultatif merupakan bakteri yang tumbuh dengan ada atau tidaknya O2. Sedangkan bakteri mikroaerofilik adalah bakteri yang tumbuh pada jumlah O2 yang sedikit. Di dalam medium cair, bakteri tumbuh di permukaan medium yang berhubungan langsung dengan udara bebas. Bakteri anaerob dalam medium cair tumbuh di dasar medium cair karena bakteri tidak membutuhkan O2 sedangkan di dasar medium tidak terdapat O2. Bakteri anaerob fakultatif anaerob terdapat di seluruh bagian medium, di permukaan, di tengah, dan di dasar medium karena bakteri dapat hidup dengan atau tanpa O2. Bakteri mikroaerofilik tumbuh di dekat permukaan medium karena bakteri hanya mengambil O2 dalam jumlah yang sedikit (Pelczar and Reid, 1958).



B. Tujuan
Acara praktikum ini bertujuan untuk :
1. Mempelajari cara pemakaian mikroskop yang benar untuk mengamati preparat mikrobia dengan berbagai perbesaran
2. Mempelajari cara pembuatan medium dasar sebagai tempat biakan bakteri
3. Mengisolasi bakteri untuk mendapatkan kultur murni dengan berbagi metode
4. Mengamati morfologi jamur benang, sel khamir serta sifat bakteri dengan berbagai
pengecatan

II. METODE
A. Alat dan bahan
Pada praktikum kali ini alat yang dipakai adalah mikroskop, tabung reaksi, cawan petri steril, jarum ose, jarum enten dan drigalsky. Sedangkan bahan yang digunkan yaitu alcohol, medium nutrient agar padat dan cair, pepton, indicator universal, bakteri Escherchia coli Bacillus subtili dan Rhizopus sp., Penicilium notatum, dan Aspergillus sp., Debaryomyces sp., Saccharomyces sp.

B. Cara Kerja
Mikroskopi
Bagian-bagian mikroskop diamati, kemudian dicatat fungsinya serta dipelajari prosedur penggunaan mikroskop.
Penyiapan media tumbuh
Sebanyak 15-20 gram agar-agar ditambahkan pada nutrient cair, penambahan dilakukan untuk setiap 1000ml medium cair. Campuran tersebut kemudian diaduk hingga merata lalu disterilkan dengan menggunakan otoklaf yang diatur pada tekanan 2 atm, temperature 1210C selama 5 menit. pH medium diatur terlebih dahulu sebelum ditambahkan agar. Untuk medium agar tegak dan miring, disiapkan dengan menggunakan tabung reaksi 10ml diisi dengan larutan medium tersebut. Untuk medium tegak, medium nutrient diisikan ke tabung reaksi sebanyak 10ml dan 5ml untuk medium miring. Setelah disterilisasi, tabung diletakkan miring dengan sudut kemiringan 300 terhadap bidang datar dan dibiarkan padat, sedangkan untuk medium nutrient agar tegak tetap diletakkan pada posisi tegak.
Mikroskopi sel bakteri, khamir, dan jamur benang
Pertama-tama lampu mikroskop dinyalakan, kemudian intensitas cahaya diatur dengan kondensor dan diagfragma sehingga sesuai dengan kondisi mata pengamat. Preparat diletakkan pada meja benda (preparat kapang dan bakteri), secara bergantian dengan perbesaran lemah. Pemutar focus diputar untuk mendapatkan bayangan atau fokus yang sesuai dengan mata pengamat (digunakan perbesaran kecil terlebih dahulu). Setelah bayangan yang didapat bagus dan terlihat jelas focus dapat diganti dengan perbesaran yang lebih besar atau yang diinginkan (400x untuk kapang dan khamir serta 1000x untuk bakteri) dan sesuaikan lagi fokusnya. Jika belum mendapat bagian preparat yang diinginkan, meja beda dapat digeser-geser dengan pengatur meja benda. Untuk pengamatan bakteri, sangat dianjurkan untuk memakai minyak imersi. Setelah mikroskop selesai dipakai, lampu mikroskop dimatikan dan kondensor serta diagfragma dikembalikan seperti pada posisi awal. Lensa obyektif diputar sampai pada lensa yang memiliki perbesaran terkecil. Preparat diambil dari meja benda. Meja benda diturunkan ke posisi awal. Untuk pemakaian minyak imersi, setelah pemakaian mikroskop, minyak imersi dibersihkan dengan menggunakan larutan xylol.
Teknik isolasi
  1. Metode streak plate
Medium agar steril disiapkan dalam cawan petri, selanjutnya ose disterilkan dengan cara insinerasi ( diganggang). Kultur bakteri cair diambil menggunakan ose yang telah steril lalu ose digoreskan pada medium agar yang menghadap ke api supaya tetap aseptis. Goresan yang dibuat diusahakan tetap menyambung dan membentuk gradien goresan. Setelah itu, cawan petri ditutup , dibungkus serta siap untuk diinkubasi..
  1. Metode pour plate
Kultur bakteri cair diencerkan terlebih dahulu. Kemudian medium agar yang masih cair disiapkan dan ditunggu hingga temperatur 50oC. Kultur cair dan medium agar cair dicampur dan digojog hingga homogen. Larutan selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril, dan cawan petri dibungkus kembali lalu dibiarkan dalam suhu kamar.
  1. Metode surface plate
  2. Medium agar steril dalam cawan petri disiapkan. Kultur bakteri cair diambil sebanyak 1 ml dengan pipet ukur dan propipet kemudian dituangkan ke dalam cawan petri steril. Kultur bakteri cair diratakan dengan menggunakan drygalski di atas permukaan medium agar. Cawan petri lalu dibungkus dengan kertas dan dibiarkan pada suhu kamar.
RyEzHa bLog

Tidak ada komentar:

Pengikut