Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Senin, 25 Oktober 2010

ALELOPATI


LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM

ALLELOPATI

















DISUSUN OLEH

NAMA                                   : ADE FIRMAN A.S
NIM                                        : A1C404023
PRODI                                   : PENDIDIKAN BIOLOGI
DOSEN PENGAMPU          :
AGUS SUBAGIYO,S.Si.M.Si
Dra.PINTA MURNI,M.Si
Dra.HARLIS,M,Si








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN  BIOLOGI
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2008



BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi alelopati dapat ditemukan disetiap organ tumbuhan, antara lain terdapat di daun, batang, akar, rhizoma, buah, biji, umbi, serta bagian-bagian tumbuhan yang membusuk. Umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah golongan fenol.
Persaingan diantara tumbuhan secara tak langsung terbawa oleh modifikasi lingkungan. Didalam tanah, sistem-sistem akar nersaing untuk air dan bahan makanan, dan karena mereka tidak bergerak, ruang menjadi suatu faktor yang penting, sekresi akar dan daun-daun yang jatuh menambah skretori tanah serta senyawa limbah yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman lain dalam tempat sekitarnya
Dalam rangka persaingan hidup, kadang- kadang suatu jenis tumbuhan mengeluarkan senyawa kimia. Senyaw kimia tersebut dapat menghambat pertumbuhan jenis lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Peristiwa semacam ini disebut alelopati

1.2  Tujuan Praktikum
Mempelajari pengaruh alelopati / jenis tumbuhan terhadap pertumbuhan tanaman jagung.




BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


Telah banyak referensi yang mencatat tentang spesies yang dapat mengeluarkan alelopati. Spesies-spesies tersebut dalam lingkungannya akan dapat menekan pertumbuhan spesies lain yang lemah akan zat tersebut. Namun demikian pengaruh interaksi gulma atau tanaman budidaya akan adanya alelopati masih belum banyak diteliti (Moenandar, 1988).
Alelopati kebanyakan berada pada jaringan tanaman seperti daun, akar, batang, rizoma, bunga, buah maupun biji dan dikeluarkan dengan cara seperti penguapan, eksudasi dari akar, pencucian dan pelapukan residu tanaman.
Batang
Batang juga dapat mengeluarkan alelopati, meskipun jumlahnya tak sebanyak daun. Namun demikian, batang-batang seperti jerami yang dilapukkan dan mengandung substansi alelopati dapat sebagai sumber terjadinya alelopati.
Daun
Nampaknya daun merupakan tempat terbesar bagi substansi beracun yang dapat mengganggu tumbuhan tetangganya. Substansi itu pada umumnya tercuci oleh air hujan  atau embun yang terbawa kebawah. Jenis substansi yang beracun itu, meliputi asam organik, gula, asam amino, pektat, asam giberelat, terpenoid, alkaloid, dan fenolat. Sebagai contoh diutarakan daun Chrisantheum (Duke, 1985). 



Buah
Buah sebagai penghasil substansi beracun penghambat pertumbuhan sangat sedikit diperbincangkan, meskipun sebenarnya cukup potensial. Saebagai contoh dapat diutarakan bahwa air buah tomat, air jeruk dan limau berupa penghambat perkecambahan. Buah yang terlampau masak dan jatuh ketanah kemudian terjadi pembusukan akan dapat mengeluarkan substansi beracun dan dapat menghambat pertumbuhan disekitar tempat itu.
Bunga dan Biji
Dalam bunga juga dikenal sejumlah substansi yang dapat menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil tanaman. Dalam biji pun dikenal sejumlah substansi penghambat pada perkecambahan biji dan mikroorganisme.
Kebanyakan substansi pertumbuhan umumnya merangsang pertumbuhan dan berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan dalam morfogenesis. Suatu kelompok substansi lain yang berbeda yang mempengaruhi pertumbuhan, umumnya menghambat pertumbuhan dan disebut penghambat pertumbuhan. Penghambat pertumbuhan yang paling umum adalah senyawa-senyawa aromatik, seperti fenol dan lakton.







BAB II
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu       :  13.00
Tanggal     :     -     - 2007
Tempat      : Laboratorium MIPA
3.2 Alat dan Bahan
  1. Bagian akar dan daun alang- alang dan akasia
  2. Benih jagung dan kacang hijau
  3. Tanah subur dan pupuk kandang
  4. Polibag atau pot
  5. Gelas ukur, gelas piala, mortal dan blender, pisau, gunting, timbangan

3.3 Prosedur Kerja
            Ditanam benih di dalam polibag ( Berisi satu tanaman berumur satu minggu )

            Dibuat ekstrak akasia
·         Daun akasia dipotong- potong dengan gunting
·         Buat ekstrak atau hasil rendaman bagian tumbuhan tersebut dengan air dengan perbandingan tumbuhan : air = 1 : 7
·         Setelah 24 jam  saring ekstrak
           

Encerkan larutan stok dengan air aquades
 

·         Kontrol, tanpa larutan allelopati
·         Perlakuan A, larutan biang/stok
·         Perlakuan B, Larutan konsentrasi 5% dari larutan biang
·         Perlakuan C, Larutan konsentrasi 10% dari larutan biang
·         Perlakuan D, Larutan konsentrasi 15% dari larutan biang
·         Perlakuan E, Larutan konsentrasi 20% dari larutan biang
·         Perlakuan F, Larutan konsentrasi 25% dari larutan biang

Penyiraman 2 kali sehari ( sebanyak 50 cc )
·         Mengunakan aquades
·         Dilakukan penyilangan penyiraman dengan larutan allelopati

Pengamatan setelah 4 minggu
·         Tinggi tanaman mulai dari atas permukaan tanah
·         Bobot basah dan kering
·         Kelainan- kelainan morfologi yang terjadi pada akar, batang dan daun



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
perlakuan
Tinggi tanaman(cm)
Berat Basah (gr)
Keadaan morfologi tanaman kacang hijau
Kontrol
1




2


3

9,o



11,3



12,6

3,7



5,2



7,8

·    Akar panjang dan berwarna putih kekuning- kuningan
·    Batang dan daun kelihatan segar

·    Akar panjang dan berwarna putih kekuning- kuningan
·    Batang dan daun kelihatan segar

·    Akar panjang dan berwarna putih kekuning- kuningan
·    Batang dan daun kelihatan segar
Rata-rata
10,96
16,70

Stok 100%
1.



2.



3.

8,0



7,3



11,3

2,7



3,1



3,8

·         Daun layu
·         Batang kurus dan kecil
·         Akar pendek

·         Daun layu
·         Batang kurus dan kecil
·         Akar pendek

·         Daun layu
·         Batang kurus dan kecil
·         Akar pendek


Rata-rata
32,06
9,60

Konsentrasi
5% 
1.



2.



3



9,0



9,7



5,8


3,0



3,9



2,5



·         Batang kelihatan segar
·         Akar panjang dan segar
·         Daun bewarna hijau

·         Batang kelihatan segar
·         Akar panjang dan segar
·         Daun bewarna hijau

·         Batang kelihatan segar
·         Akar panjang dan segar
·         Daun bewarna hijau

Rata-rata
8,16
9,40

Konsentrasi 10%
 1.




2.



3.


11,3




10,2



9,6


4,2




5,5



4,0


·      Akar panjang
·      Daun berwarna hijau segar
·      Batang segar


·      Akar panjang
·      Daun berwarna hijau segar
·      Batang segar

·      Akar panjang
·      Daun berwarna hijau segar
·      Batang segar

Rata-rata
10,36
14,6

Konsentrasi
15%
  1.



2.



3.


12,5



13,5



12


13,05



11,5



8,3


·         Akra kelihatan segar
·         Batang segar
·         Daun kelihatan masih segar

·         Akra kelihatan segar
·         Batang segar
·         Daun kelihatan masih segar

·         Akra kelihatan segar
·         Batang segar
·         Daun kelihatan masih segar
Rata-rata
8,46
13,2

Konsentrasi
20%
  1.




2.



3.


8,6




11,2



7,4



4,1




6,1



3,8



·         Akar segar
·         Daun pada bagian atas menguning
·         Batang kelihatan segar

·         Akar segar
·         Daun pada bagian atas menguning

·         Ba Akar segar
·         Daun pada bagian atas menguning
·         Batang kelihatan segar tang kelihatan segar

Rata-rata
13,5
12,46

Konsentrasi
25%
 1.





2.





3.


11,8





9,7





9,2


4,6





3,9





3,8


·         Akar pendek
·         Batang segar
·         Daun berwarna hijau pucat dibagian bawah agak kekuningan

·         Akar pendek
·         Batang segar
·         Daun berwarna hijau pucat dibagian bawah agak kekuningan

·         Akar pendek
·         Batang segar
·         Daun berwarna hijau pucat dibagian bawah agak kekuningan


Rata-rata
20,23
12,3


4.2 Pembahasan
                        Pada praktikum kali ini dapat dilihat pertumbuhan kacang hijau tumbuh begitu lambat ( kekerdilan ) ini diakibatkan perlakuan dari ekstrak akasia yang menghambat pertumbuhan kacang hijau tersebut.Zat kimiawi yang bersifat racun itu dapat berupa gas, atau zat cair yang keluar dari akar.  Hambatan pertumbuhan akibat adanya aleopati adalah dapat terjadi pada pembelahan selnya, pengambilan mineral, respirasi, penutupan stomata, sintesis protein, dan lain-lainnya. Zat-zat tersebut keluar dari bagian atas tanah berupa gas atau eksudat yang turun kembali ketanah dan eksudat dari akar. Jenis zat pada umumnya berasal dari golongan fenolat, terpenoid, dan alkaloid.
            Dapat kita lihat pada perlakuan allelopati 5% rata- rata tinggi tanama 8,16 cm, disini dapat kita lihat bahwa pemberian perlakuan menghambat pertumbuhan kacang hijau karena ini disebabkan adanya faktor penghambat dari ekstrak akasia yang digunakan untuk menyiram tanaman.
            Sedangkan berat basah dapat kita lihat pada konsentrasi 10 % berat basahnya adalah 4,2 gr, 5,5 gr, dan 4,9 gr. Pada perlakuan allelopati dengan konsentrasi 100% berat basahnya yaitu 2,7 gr, 3,1 gr, 3,8 gr,. Dapat dilihat disini bahwa semakin tinggi konsentrasi yang kita berikan pada tanaman maka berat basahnya akan semakin menurun ini disebabkan karena kelembaban dari konsentarsi yang di berikan terhadap tanama.
            Substansi yang aktif bertindak dalam peristiwa alelopati diistilahkan dengan fisotoksis dari pelapukan sisa tanaman. Bahan kimia yang dihasilkan tanaman dan merugikan tanaman lain adalah secara potensial bersifat ototoksik. Ototoksisitas sebagai penghambat tumbuhan tersebut penghasil substansi alelokemik tersebut menunjukkan adanya pengaruh intra spesifik. Sianogenesis merupakan suatu reaksi hidrolisis yang membebaskan gugusan HCN. Sinida menghambat perkembangan pertumuhan akar dan biji. Zat –zat inilah yang bersifat menghambat petumbuhan tanaman, sehingga disebut sebagai zat penghambat.




BAB V
KESIMPULAN

            Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulkan yaitu :
·         Zat yang terkandung didalam ektrak akasia yang dibuat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Sebab kacang hijau menyerap zat dari ekstrak akasia yang diberikan pada setiap perlakuan.
















DAFTAR PUSTAKA

Sukmana, Y.& Yakub.1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Grafindo Persada : Jakarta
Heddy, suwarsono. 1986. PENGANTAR EKOLOGY. CV. Rajawali : Jakarta.
Tim Ekologi Umum. 2006. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. UNJA : Jambi.
Jody, Moenandir.1988. Persaingan Tanaman Budidaya Gulama. Rajawali : Jakarta.



Tidak ada komentar:

Pengikut