Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Senin, 25 Oktober 2010

PERCOBAAN 3
KOMPETISI INTRA SPESIFIK

I.          PENDAHULUAN
            1.1.      Latar Belakang
            Diantara makhluk hidup itu terjalin suatu ikatan saling ketergantungan yang akan mempengaruhi cara hidup, penyebaran, dan kepadatan makhluk hidup di suatu habitat tertentu. Beberapa bentuk ikatan itu antara lain netralisme, kompetisi, komensalisme, predasi dan mutualisme. Setiap individu di dalam populasi merupakan unit fungsional karena individu-individu mengadakan interaksi secara langsung dengan lingkungan maupun antar individu itu sendiri (Tim Biologi, 2000).
            Kompetisi didefinisikan sebagai interaksi antara dua individu baik yang sesama maupun yang berlainan spesies yang menimbulkan pengaruh negatif bagi keduanya akibat memanfaatkan secara bersama sumbar daya yang ada dalam keadaan terbatas. Kompetisi merupakan salah satu bentuk dari interaksi antar organisme. Kompetisi intraspesifik adalah kompetisi yang terjadi antara anggota-anggota dari spesies yang sama (S.J. McNaughton dan Larry L Wolf, 1992).
            Kompetisi atau persaingan antar mahkluk hidup sering terjadi untuk memperebutkan segala keperluan hidupnya misalnya cahaya, air dan tempat hidup (Tim Biologi, 2000). Dalam populasi intraspesifik tiap individu dalam populasi mempengaruhi dan dipengaruhi individu dalam populasi tersebut (Nurdin Muhammad Suin, 2003).

            1.2.      Tujuan Praktikum
            Mempelajari pengaruh jarak tanam (kerapatan tanaman) terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman.

II.        TINJAUAN PUSTAKA
            Kompetisi intraspesifik adalah interaksi antara individu satu jenis (spesies) yang sama sehingga berakibat kematian atau berkurangnya kemampuan untuk bertahan hidup bagi satu atau beberapa individu. Interaksi demikian ini dapat terlaksana secara langsung antara individu dengan individu, atau secara tidak langsung melalui lingkungannya. Makhluk hidup kebanyakan cenderung menghuni habitat yang sama memiliki tuntutan atau keperluan hidup yang serupa dan merubah atau mempengaruhi lingkungannya secara sama. Sehingga makin dekat hubungan kekerabatan suatu jenis makhluk hidup maka semakin besar tingkat persaingannya.
            Bilamana suatu macam sumber daya berlimpah-limpah ketersediannya, tidaklah akan bersifat restriktif, namun bila ketersediannya kurang dari tuntutan individu-individu akan memperebutkannya, sehingga akan ada yang berhasil dan akan ada yang gagal untuk mendapatkannya. Persaingan akan membatasi jumlah individu suatu spesies, misalnya dengan kematian, berkurangnya kesuburan dan kemampuan untuk berkembang biak, dan akan terusirlah individu yang kurang mampu bertahan dari suatu daerah persaingan. Dalam jangka panjang dengan melalui seleksi alami individu yang lemah dibinasakan dan persaingan akan mempengaruhi gen tertentu dalam populasi. Hal ini berakibat terjadinya perubahan evolusioner yang adaptif (Tim Penyusun Ekologi, 2006 : 5).
            Kompetisi terjadi karena adanya lebih dari satu macam organisme yang membutuhkan bahan yang sama dari lingkungannya. Tumbuhan membutuhkan cahaya matahari, air dan mineral dan ruang untuk tumbuh. Hewan membutuhkan makanan, tempat induk membuat sarang dan lain sebagainya. Kompetisi terjadi walaupun tidak ada kontak langsung antara yang berkompetisi (Rustaman dan Redjeki, 1994).
            Tiap individu dalam populasi mempengaruhi dan dipengaruhi individu dalam populasi tersebut. Ada empat hal yang terjadi akibat kompetisi intraspesifik yaitu :
Ø Pengaruh kompetisi intraspesifik akan nyata pada generasi berikutnya.
Ø Pada kompetisi intraspesifik terjadi perebutan pada sumber daya yang terbatas jumlahnya. Kompetisi yang begini disebut kompetisi dalam eksploitasi. Kompetisi yang terjadi berupa interaksi langsung pada individu-individu dikenal dengan nama interferen; yang dalam hal antar individu  saling berebut dan berusaha saling mengalahkan.
Ø Kompetisi intraspesifik yang terjadi tak seimbang dan terjadi searah saja atau satu sisi. Dalam hal ini, dalam populasi ada individu-individu yang secara genetik lebih kuat daripada yang lain, atau ada individu-individu yang terlebih dahulu lahir atau tumbuh sehingga menekan yang lainnya. Misalnya dalam hal populasi padi individu-individu yang secara genetik tinggi akan menyebabkan individu yang secara genetik rendah akan kalah dalam berebut cahaya.
Ø Pengaruh kompetisi intraspesifik tergantung kepadatan. Dalam hal ini, semakin tinggi kepadatan populasi maka tingkat kompetisi juga semakin tinggi pula (Nurdin Muhammad Suin, 2003).
            Menurut P. Michael (1995) persaingan di antara tumbuhan secara tak langsung terbawa oleh modifikasi lingkungan. Di dalam tanah, sistem-sistem akar bersaing untuk air dan bahan makanan, dan karena mereka tidak bergerak, ruang menjadi suatu faktor yang penting. Sekresi akar dan daun-daun yang jatuh menambah sekretori tanah serta senyawaan limbah yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman lain dalam tempat di sekitarnya. Bergantung pada adanya efek penghambat, senyawaan-senyawaan ini diberikan sebagai ototoksis. Di atas tanah, tumbuhan yang lebih tinggi mengurangi jumlah sinar yang mencapai tumbuhan yang lebih rendah dan memodifikasi suhu, kelembaban, serta aliran udara pada permukaan tanah.  
            Persaingan intraspesifik pada tumbuhan maupun hewan bertambah sering bila populasi berkembang dan rapatannya melebihi tingkat optimal. Mekanisme pengaturan diri bekerja pada satu titik yang membatasi pertumbuhan populasi.

III. BAHAN DAN METODE

            3.1.      Waktu dan Tempat
Hari, tanggal   : Rabu, 8 November 2006 - Rabu, 6 Desember 2006
Tempat            : Laboratorium Universitas Jambi

            3.2.      Alat dan Bahan
Bahan :            Biji jagung (Zea mays) (Kelompok 1, 2, 3, 7, 8, dan 9)
                        Kacang hijau (Phaseolus radiatus) (Kelompok 4, 5, 6, 10, 11, dan 12)
Alat     :           Polibag yang telah diisi tanah, penggaris, lembar catatan, ember, dan ajir.

            3.3.      Prosedur Kerja
a.   Praktikan menyediakan 15 polibag ukuran 5 kg.
b. Semua polibag diisi tanah secukupnya. Terlebih dahulu tanah diaduk/dicampur sampai homogen.
c.   Biji jagung atau kacng hjijau yang masih baik dipilih kemudian direndam dalam air selama satu jam.
d. Biji-biji tersebut kemudian ditanam ke dalam polibag yang telah dipersiapkan sebelumnya, diatur sedemikian rupa sehingga dalam percobaan ini terdapat beberapa perlakuan sebagai berikut masing-masing dengan tiga ulangan:
            A. Polibag ditanami dengan 1 biji jagung atau 1 biji kacang hijau
            B. Polibag ditanami dengan 2 biji jagung atau 2 biji kacang hijau
            C. Polibag ditanami dengan 4 biji jagung atau 4 biji kacang hijau
            D. Polibag ditanami dengan 6 biji jagung atau 6 biji kacang hijau
            E. Polibag ditanami dengan 8 biji jagung atau 8 biji kacang hijau
e.  Sebagai cadangan disediakan beberapa pot yang ditanami jenis yang sama untuk pengulangan apabila selama percobaan ada tanaman yang mati.
f.   Penyiraman dilakukan setiap hari, pengamatan dilakukan setiap minggu dan diukur tinggi tanaman dengan penggaris sampai umur tanaman 4 minggu.
g.  Dibuat grafik pertumbuhan untuk masing-masing pot, sumbu X dinyatakan dalam waktu (minggu) dan pada sumbu Y dinyatakan dengan laju pertumbuhan tanaman (LPT).
h.   Untuk mengetahui pengaruh perlakuan diuji dengan statistik (Anova).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

            4.1.      Hasil
Tabel data pengamatan kompetisi intra spesifik

Ulangan
Tinggi tanaman A (cm) jagung
Pengamatan 1
Pengamatan 2
Pengamatan 3
Pengamatan 4
1
2 cm
6 cm
5,5 cm
12 cm
2
5 cm
6,5 cm
9 cm
9 cm
3
6,5 cm
11 cm
11 cm
11,5 cm


Ulangan
Tinggi tanaman B (cm) jagung
Pengamatan 1
Pengamatan 2
Pengamatan 3
Pengamatan 4
1
2
1
2
1
2
1
2
1
6
6,5
11
9,5
12
10,6
14,5
11,5
2
5
6
8,5
9
12
13,8
12
13,8
3
2
5
7,5
8
9
9
10
11


Ulangan
Tinggi tanaman C (cm) jagung
Pengamatan 1
Pengamatan 2
1
2
3
4
1
2
3
4
1
6
4,5
1,5

10
10
5

2
7
6
6

9
9
10,5

3
7

4.5

12

11,7



Ulangan
Tinggi tanaman C (cm) jagung
Pengamatan 3
Pengamatan 4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
10
12,4
8

10,5
13,1
9

2
13,3
12,2
13,5

13,5
13
14

3
12

11,7

12,5

14



Ulangan
Tinggi tanaman D (cm) jagung
Pengamatan1
Pengamatan 2
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
6,1
6,1
6,5
5,8
5,5

10
10,5
9
9,8
10

2
6
6
5
6
5,5
5,8
10
8
8,5
8
8
9
3
4
4
3,5
7
3,5
6
10,3
9,5
5
10,3
6,8
10,5


Ulangan
Tinggi tanaman D (cm) jagung
Pengamatan 3
Pengamatan 4
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
11,7
11,8
9,2
11
11

12
13
11
12
12

2
14
8,5
11,8
9,3
11
12,3
14
13
14
13


3
10,4
10
9,4
10,4
9,5
14,1
15,3
12,5
9,4
15,4
10,3
17,1


Ulangan
Tinggi tanaman jagung E (cm)  pada pengamatan 1
1
2
3
4
5
6
7
8
1
5,3
4,5
4,5
5
4,4
8
5
4,9
2
4,5
5,8
8
6,6
6,2



3
4,2
4
8
4
5





Ulangan
Tinggi tanaman jagung E (cm) pada pengamatan ke 2
1
2
3
4
5
6
7
8
1
11
8,5
5
10
9
11,5
10,2

2
11
12
10
11
12



3
10
7
11,5
9
11,5





Ulangan
Tinggi tanaman jagung E (cm) pada pengamatan ke 3
1
2
3
4
5
6
7
8
1
12,7
10,8
7
13,7
10
10,4
11,5

2
11,9
13,4
11
11
11,6



3
13,5
9,7
14,4
13
13,6





Ulangan
Tinggi tanaman jagung E (cm) pada pengamatan ke 4
1
2
3
4
5
6
7
8
1
15
13
8,7
16
11,6
11,1


2
14
15,1
13
12,2
14



3
14,7
10,5
15,5
14
15




            4.2.      Pembahasan
            Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan praktikan dapat mengamati tinggi tanaman seiring dengan laju pertumbuhannya. Biji jagung yang ditanam ada yang tidak tumbuh dalam pot yang diamati, dan ada pula yang tumbuh tetapi daunnya dimakan ulat, bahkan ada yang batangnya juga dimakan ulat sehingga pengukuran tidak dapat dilakukan. Biji yang tidak tumbuh mungkin disebabkan karena kualitas biji yang kurang bagus atau terjadi persaingan dengan biji jagung lainnya, sehingga biji tidak dapat berkecambah.
            Jagung yang tumbuh ada yang laju pertumbuhannya cepat, dan ada yang laju pertumbuhannya lambat. Jagung yang ditanam daunnya berwarna hijau dan daunnya panjang, dan ukuran lebarnya kecil.
            Dari hasil tinggi tanaman yang diperoleh, rata-rata tinggi tanaman tiap minggu yaitu sebagai berikut.

Ulangan
Poli
bag
Tinggi tanaman jagung (cm)
Pengamatan 1
Pengamatan 2
Pengamatan 3
Pengamatan 4
1

A
2 cm
6 cm
5,5 cm
12 cm
2
5 cm
6,5 cm
9 cm
9 cm
3
6,5 cm
11 cm
11 cm
11,5 cm
1

B
6,25 cm
10,25 cm
11,3 cm
13 cm
2
5,5 cm
8,75 cm
12,9 cm
12,9 cm
3
3,5 cm
7,75 cm
9 cm
10,5 cm
1

C
4 cm
8,33 cm
10,13 cm
10,867 cm
2
6,33 cm
9,5 cm
13 cm
13,5 cm
3
5,75 cm
11,85 cm
11,85 cm
13,25 cm
1

D
6 cm
9,86 cm
10,94 cm
12 cm
2
5,716 cm
8,583 cm
11,15 cm
13,5 cm
3
4,67 cm
8,73 cm
10,633 cm
13,33 cm
1

E
5,2 cm
9,31 cm
10,87 cm
12,567 cm
2
6,22 cm
11,2 cm
11,98 cm
13,66 cm
3
5,04 cm
9,8 cm
12,84 cm
13,94 cm

Berdasarkan data yang diperoleh, pada perlakuan A (polibag berisi 1 tanaman jagung) pada tiap ulangan tingginya bertambah terus setiap minggunya. Pada ulangan 1 tinggi tanaman bertambah dengan cepat pada minggu pertama dan ke empat. Pada ulangan 2 tinggi tanaman pada minggu ketiga dan keempat tidak bertambah. Pada ulangan 3 tinggi tanaman pada minggu pertama dan kedua bertambah dengan cepat, dan pada minggu ke tiga tinggi tanaman tidak bertambah (sama tingginya dengan minggu kedua) dan pada minggu ketiga tingginya hanya bertambah sedikit dari minggu ke empat. Pada perlakuan A ini tanaman tidak berkompetisi karena zat-zat yang dibutuhkan oleh tanaman tersedia untuk tanaman itu sendiri.
Pada perlakuan B (polibag berisi 2 tanaman) tampak adanya perbedaan tinggi batang tanaman jagung, dimana satu tanaman lebih tinggi dari tanaman yang lain. Tetapi pada tiap ulangan perbedaan tinggi tanaman tidak begitu besar. Tinggi tanaman bertambah dengan cepat pada minggu pertama dan kedua. Pada minggu ke tiga dan ke empat tinggi tanaman bertambah sedikit.
            Pada perlakuan C (polibag berisi 4 tanaman jagung), pada minggu pertama ulangan 1 dan 2 ada satu tanaman yang tidak tumbuh, dan pada ulangan 3 ada 2 tanaman yang tidak tumbuh. Pada tiap ulangan umumnya ada satu tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman lainnya, dan ada satu tanaman yang tingginya paling rendah diantara tanaman yang lain. Pada perlakuan ini tampak adanya kompetisi yang terjadi pada masing-masing tanaman untuk mendapatkan zat-zat yang dibutuhkan untuk hidupnya.
            Pada perlakuan D (polibag ditanami 6 biji jagung), pada ulangan 1 ada 1 tanaman yang tidak tumbuh namun pada ulangan 2 dan 3 tanaman tumbuh semua. Pada tiap ulangan ada 1 tanaman yang paling tinggi dari tanaman lainnnya dan ada 1 tanaman yang paling rendah dari tanaman lainnya. Sedangkan 4 tanaman yang lain tingginya hampir sama. Pada tiap ulangan pertambahan tinggi tanaman tiap minggunya hampir sama. Disini terlihat adanya kompetisi dimana ada 1 tanaman yang lebih tinggi dari tanaman lainnya.
            Pada perlakuan E (polibag berisi 8 biji jaging), pada ulangan 1 di minggu pertama semua tanaman jagung tumbuh. Tetapi pada ulangan 2 daan 3,  ada 3 tanaman yang tidak tumbuh. Pada minggu pertama dan kedua tanaman tinggi tanaman bertambah dengan cepat dan pada minggu ketiga dan keempat pertambahan tinggi tanamannya menjadi lambat. Pada polibag ini terjadi kompetisi yang ditandai dengan adanya satu tanaman yang paling tinggi dan ada satu tanaman yang paling rendah tingginya dibandingkan dengan yang lain.
            Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jarak tanam terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman. Pengamatan dilakukan setiap minggu setelah ditanam (sebanyak 4 kali) yaitu :
Pengamatan 1  : 15 November 2006
Pengamatan 2  : 22 November 2006
Pengamatan 3  : 29 November 2006)
Pengamatan 4  : 6 Desember 2006     
            Umumnya pada tiap perlakuan A, B, C, D dan E dari tanaman jagung terdapat satu tanaman yang paling tinggi dan satu tanaman yang paling rendah dibandingkan dengan yang lain. Berdasarkan rata-rata tinggi tanaman dapat diketahui bahwa :
1.  Tinggi tanaman perlakuan A paling rendah dibandingkan dengan tanaman perlakuan lainnya  dari minggu pertama sampai minggu keenpat.
2. Tinggi rata-rata tanaman B lebih tinggi dari tanaman A, tetapi lebih rendah dibandingkan dengan dengan tanaman perlakuan C, D, dan E mulai dari minggu pertama sampai minggu keempat.
3.  Tinggi tanaman pada perlakuamn C, D, dan E hampir sama mulai dari minggu pertama sanpai minggu keempat.
4.   Semakin rapat jarak tanaman maka laju pertambahan tinggi tanaman semakin cepat. Laju pertumbuhan tanaman pada minggu ketiga dan keempat semakin lambat.

            Menurut Rustaman dan Redjeki (1994), kompetisi terjadi karena adanya lebih dari satu macam organisme yang membutuhkan bahan yang sama dari lingkungannya. Dalam percobaan yang dilakukan, tumbuhan membutuhkan cahaya matahari, air dan mineral untuk tumbuh. Kompetisi intraspesifik adalah interaksi individu satu jenis atau spesies yang sama. Dalamhal ini, satu polibag terdapat jenis tanaman yang sama (maka disebut kompetisi intraspesifik), maka tingkat persaingannya besar karena yang diperebutkan adalah hal yang sama-sama dibutuhkan. Dalam percobaan ini adanya persaingan antar tanaman menyebabkan pada berkurangnya kesuburan tanah. Hal ini dapat dilihat dari laju pertambahan tinggi tanaman setiap minggunya semakin lambat. Di dalam tanah, sistem-sistem akar bersaing untuk memperoleh air dan unsur hara yang diperlukan, dan karena mereka tidak bergerak, ruang menjadi suatu faktor yang penting. Menurut Nurdin Muhammad Suin (2003), pengaruh kompetisi intraspesifik tergantung kepadatan. Dalam hal ini, semakin tinggi kepadatan populasi maka tingkat kompetisi juga semakin tinggi pula.

V.        KESIMPULAN

            Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Praktikan dapat melihat pengaruh jarak tanam (karapatan tanaman terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman. Semakin tinggi kepadatan populasi maka tingkat kompetisi juga semakin tinggi pula. Semakin rapat jarak antar tanaman maka laju pertumbuhan tinggi tanaman semakin cepat dan laju pertumbuhan setiap minggunya menjadi semakin lambat. Laju pertumbuhan tinggi tanaman berbentuk kuva sigmoid.
DAFTAR PUSTAKA

(Tidak dipublikasikan, hanya ditampilkan dalam draft asli dokumen pribadi penulis).

Tidak ada komentar:

Pengikut