TUGAS EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR
BENTUK DAN TES HASIL BELAJAR
DISUSUN OLEH
BHIMA WIBAWA SANTOSO
AIC407003
DOSEN PENGAMPU
Dra. Hj. ASNI JOHARI, M.si
PROGRAM STUDI BIOLOGI
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2010
Bentuk dan Tes Hasil Belajar
Terdapat berbagai teori yang menyebutkan pengertian dari tes:
- Menurut Linn & Gronlund (1990: 5) tes adalah “an Instrument or systematic procedure for measuring a sample behaviour”.
- Djemari Mardapi (2004: 71) menambahkan bahwa tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah
- Secara lebih lengkap, Lee J. Cronbach (1970) menambahkan bahwa tes adalah “a systematic procedure for observing a person's behaviour and describing it with the aid of a numerical scale or a category system”.
Dari beberapa pengertian yang disampaikan oleh beberapa ahli di atas, ada beberapa aspek yang bisa disimpulkan berkaitan dengan pengertian tes yaitu:
Prosedur yang digunakan dalam penyusunan tes adalah sistematis. Prosedur yang sistematis itu sendiri bermakna ada aturan-aturan tertentu yang harus dipenuhi dalam penyusunan tes mencakup pengertian obyektif, standar dan syarat-syarat kualitas lainnya.
o Isi tes merupakan sample dari hal yang hendak diukur. Hal ini bermakna, tidak semua yang ingin diukur dapat tercakup dalam tes. Karenanya kelayakan sebuah tes ditentukan oleh sejauhmana butir-butir soal yang terdapat dalam tes tersebut mewakili kawasan (domain) yang hendak diukur.
o Hal yang ingin diukur oleh tes adalah prilaku. Hal ini bermakna bahwa butir-butir yang terdapat dalam tes bermaksud menunjukkan apa yang diketahui peserta tes. Jawaban peserta tes merupakan sumber utama untuk menemukan apa yang sebenarnya diinginkan oleh tes.
o Sebagai salah satu alat ukur dalam bidang ilmu sosial khususnya pendidikan, tes merupakan alat untuk menaksir tingkat kemampuan seseorang secara tidak langsung melalui respon yang diberikannya atas soal-soal yang terdapat dalam tes. Hasil tes kemudian biasa digunakan untuk memantau perkembangan mutu pendidikan.
1. Tes Bentuk Uraian
A. Pengertian
Tes uraian merupakan suatu bentuk soal yang harus dijawab atau dipecahkan oleh testi dengan cara mengemukan pendapat secara terurai. Dalam tes ini memungkinkan timbulnya variasi dalam jawaban yang diberikan oleh testi (siswa) karena jawaban yang diberikan bersifat subjektif. Tes uraian biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif yang relative tinggi dan kompleks. Soal-soal tes uraian pada umumnya ada pada buku pelajaran dan soal tes uraian berupa soal yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut penguraian sebagai jawaban. Dalam soal uraian siswa diminta untuk merumuskan, mengorganisasikan dan menyajikan jawabannya dalam bentuk uraian. Soal-soal bentuk uraian, jika direncanakan dengan baik, sangat tepat untuk menilai proses berpikir seseorang serta kemampuannya mengekspresikan buah pikiran.
Tes esai adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan atau suruhan yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang Nurkancana dan Sumartana (1986: 42). Tes dirancang untuk mengukur hasil belajar di mana unsur-unsur yang diperlukan untuk menjawab soal dicari, diciptakan dan disusun sendiri oleh pengambil tes. Peserta tes harus menyusun sendiri kata-kata dan kalimat-kalimat dalam merumuskan jawabannya. Butir soal mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes (Zainul dan Nasoetion, 1996 : 33), constructed-response tests are those that call for the examinee to produce something (Popham, 1981 : 266).
Bentuk-bentuk pertanyaan atau suruhan meminta pada murid-murid untuk menjelaskan, membandingkan, menginterpretasikan dan mencari perbedaan. Semua bentuk pertanyaan tersebut mengharapkan agar murid-murid menunjukkan pengertian mereka terhadap materi yang dipelajari. Tes esai digunakan untuk mengatasi kelemahan daya ukur soal objektif yang terbatas pada hasil belajar rendah. Soal tes bentuk ini cocok untuk mengukur hasil belajar yang level kognisinya lebih dari sekedar memanggil informasi, karena hasil belajar yang diukur bersifat kompleks (Subino, 1987 : 1) dan sangat mementingkan kemampuan menghasilkan, memadukan dan menyatakan gagasan (Grounlund, 1981 : 71). Grounlund (1985 : 211) mengatakan,
Some aspects of complex achievement are difficult to measure objectively. Learning outcomes that indicate pupils are to originate ideas, to organize and express ideas, and to integrate ideas in a global attack on a problem, require the greater freedom of response provided by essay test.
B. Penggolongan dan Contoh
Tes bentuk uraian dapat digolongkan kedalam dua bagian yaitu tes uraian bentuk terbuka dan tes uraian terbatas. Pada tes uraian terbuka setiap peserta tes sepenuhnya memiliki kebebasan untuk menjawab sesuai dengan yang dipikirkannya. Sedangkan tes uraian terbatas jawaban yang dikehendaki adalah jawaban yang sifatnya sudah dibatasi. Pembedaan kedua tipe tes uraian ini adalah atas dasar besarnya kebebasan yang yang diberikan kepada peserta tes untuk mengorganisasikan, menulis dan menyatakan pikiran dan gagasannya.
Sebagaimana telah dikemukakan, perbedaan utama antara tes uraian bebas dan uraian terbatas tergantung kepada kebebasan memberikan jawaban. Jawaban yang diberikan oleh peserta tes dalam tes uraian bebas hampir-hampir tidak ada pembatasan. Peserta tes memiliki kebebasan yang luas sekali untuk mengorganisasikan dan mengekspresikan pikiran dan gagasannya dalam menjawab soal tersebut. Jadi jawaban siswa bersifat terbuka, fleksibel, dan tidak tersrtuktur. Contoh uraian bebas :
Uraikanlah perlawanan-perlawanan yang dilakukan oleh bangsa
Untuk menjawab contoh soal tersebut dibutuhkan kemampuan belajar siswa yang kompleks. Dalam menjawab soal tersebut siswa diberikan kebebasan untuk menjawab. Jawaban yang diberikan oleh siswa mulai pengetahuan fakta sampai mengevaluasi terhadap fakta-fakta yang diketahuinya, kemudian mengorganisasikan dalam pikiran dan bahasanya sendiri kedalam bentuk yang logis dan argumentative dalam bentuk narasi. Kemampuan membuat narasi dengan kata-katanya sendiri merupakan kemampuan dalam kategori jenjang yang tinggi. Dengan demikian kompleksitas jawaban pada soal uraian bebas terletak pada tercakupnya berbagai jenjang kemampuan. Pembatasan jawaban hanya terletak pada banyaknya uraian yang harus dibuat untuk mempertimbangkan waktu yang digunakan dalam tes.
C. Ketepatan
Terdapat tiga faktor yang harus dilihat untuk dapat menentukan apakah butiran soal tertentu itu baik atau tidak. Pertama, tingkat kesukaran. Kesukaran butiran soal ditentukan oleh perbandingan antara banyaknya siswa yang menjawab soal itu benar dan banyaknya siswa yang menjawab butiran soal itu. Kedua, indeks diskriminasi atau daya pembeda adalah korelasi antara skor jawaban terhadap sebuah butiran soal dengan skor jawaban seluruh soal. Ketiga, melihat bagaimana pilihan jawaban lain dipilih oleh kelompok-kelompok itu dibandingkan dengan pilihannya terhadap pilihan yang benar.
Soal uraian (essay) berbeda dengan soal objektif dalam kebenarannya yang bertingkat. Jawaban tidak dinilai mulai dari 100% benar dan 100% salah. Kebenaran bertingkat tergantung tingkat kesesuaian jawaban siswa dengan jawaban yang dikehendaki yang dituangkan dalam kunci. Jawaban mungkin mengarah kepada jawaban yang tidak tunggal (divergence). Kebenaran yang dicapai bisa 0%, 20%, 30%, 50%, 70%, atau 100% tergantung ketepatan jawabannya.
D. Kelebihan dan Kelemahan
Kelebihan :
Ø Dapat mengungkap aspek-aspek pengetahuan atau perilaku yang kompleks secara leluasa
Ø Menuntut siswa untuk mengintegrasikan pengetahuan dalam menjawab persoalan
Ø Menunutut kreatifitas siswa untuk mengorganisasikan sendiri jawabannya.
Ø Dapat melihat jalan pikiran siswa dalam menjawab persoalan.
Ø Tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk menebak jawaban.
Ø Relatif lebih mudah penyusunannya
Ø Menimbulkan sifat kreatif pada diri siswa
Ø Proses siswa ketika menjawab soal-soal itu akan tampak
Ø Tidak memberi kesempatan siswa untuk berspekulasi
Ø Memberi motivasi siswa untuk mengemukakan pendapat dengan bahasanya sendiri
Ø Dapat mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap suatu materi • Memeriksa hasil tes relatif sulit dan memerlukan waktu yang lebih lama
Ø Dalam penilaian mudah dipengaruhi unsur subjektivitas dari penilai
Ø Kurang representatif dalam mewakili materi pelajaran, karena hanya terdiri dari beberapa butir soal
Ø Pemeriksanya hanya dapat dilakukan oleh ahlinya
Kelemahan:
Ø Ruang lingkup yang diungkap sangat terbatas.
Ø Memungkinkan timbulnya keragaman dalam memberikan jawaban sehingga tidak ada rumusan benar yang pasti.
Ø Lebih memberikan peluang untuk bersifat subjektif
Ø Proses penyekoran sering terganggu oeh factor-faktor lain diluar maksut pengukuran, misalnya keindahan dan kerapian tulisan.
Ø terdapat subjektivitas dalam penilaiannya karena penilai yang berbeda atau situasi yang berbeda. Dua atau lebih penilai memberikan penilaian terhadap jawaban yang sama atau seorang penilai menilai sebuah jawaban pada situasi yang berbeda sangat mungkin menghasilkan nilai yang berbeda.
Ø Tes esai menghendaki jawaban yang panjang, sehingga tidak memungkinkan ditulis butir tes dalam jumlah banyak. Akibatnya, soal tidak representatif dalam mengukur kemampuan yang diharapkan.
Ø Penggunaan soal esai membutuhkan waktu koreksi yang lama dalam menentukan nilai.
Dan dari sumber lain diperoleh bahwa tes esai:
Adapun kelebihan soal uraian adalah :
1. Tes uraian dapat dengan baik mengukur hasil belajar yang kompleks. Hasil belajar yang kompleks artinya hasil belajar yang tidak sederhana. Hasil belajar yang kompleks tidak hanya membedakan yang benar dari yang salah, tetapi juga dapat mengekspresikan pemikiran peserta tes serta pemilihan kata yang dapat memberi arti yang spesifik pada suatu pemahaman tertentu. Apabila yang diukur adalah kemampuan hasil bekajar yang sederhana, yaitu memilih suatu yang lebih benar atau yang lebih tepat, maka sebaiknya menggunakan tes objektif.
2. Tes bentuk uraian terutama menekankan kepada pengukuran kemampuan dan kemampuan mengintegrasikan berbagi buah pikiran dan sumber informasi kedalam suatu pola berpikir tertentu, yang disertai dengan keterampilan pemecahan masalah. Integrasi buah pikiran itu membutuhkan dukungan kemampuan untuk mengekspresikannya. Tanpa dukungan kemampuan mengekspresikan buah pikiran secara teratur dan taat asas, maka kemampuan tidak terlihat secara utuh. Bahkan kemampuan itu secara sederhana sudah akan dapat kelihatan dengan jelas dalam pemilihan kata, penyusunan kalimat, penggunaan tanda baca, penyusunan paragraf dan susunan rangkain paragraf dalam suatu keutuhan pikiran.
3. Bentuk tes uraian lebih meningkatkan motivasi peserta didik untuk melahirkan kepribadiannya dan watak sendiri, sesuai dengan sifat tes uraian yang menuntut kemampuan siswa untuk mengekspresikan jawaban dalam kata-kata sendiri. Untuk dapat mengekspresikan pemahaman dan penguasaan bahan dalam jawaban tes, maka bentuk tes uraian menuntut penguasaan bahan secara utuh. Penguasaan bahan yang tanggung atau parsial dapat dideteksi dengan mudah. Karena itu untuk menjawab tes uraian dengan baik peserta tes akan berusaha menguasai bahan yang diperkirakannya akan diujikan dalam tes secara tuntas. Seorang peserta tes yang mengerjakan tes uraian dengan penguasaan bahan parsial akan tidak mampu menjawab soal dengan benar atau akan berusaha dengan cara membual.
4. Kelebihan lain tes uraian ialah memudahkan guru untuk menusun butir soal. Kemudahan ini terutama disebabkan oleh dua hal, yaitu pertama, jumlah butir soal tidak perlu banyak dan kedua, guru tidak selalu harus memasok jawaban atau kemungkinan jawaban yang benar sehingga akan sangat menghemat waktu konstruksi soal. Tetapi hal ini tidak berarti butir soal uraian dapat dikontruksikan secara asal-asalan. Kaidah penyusunan tes uraian tidaklah lebih sederhana dari kaidah penyusunan tes objektif.
5. Tes uraian sangat menekankan kemampuan menulis. Hal ini merupakn kebaikan sekaligus kelemahannya. Dalam arti yang positif tes uraian akan sangat mendorong siswa dan guru untuk belajar dan mengajar, serta menyatakan pikiran secara tertulis. Dengan demikian diharapkan kemampuan para peserta didik dalam menyatakan pikiran secara tertulis akan meningkat. Tetapi dilihat dari segi lain, penekanan yang berlebihan terhadap penggunaan tes uraian yang sangat menekankan kepada kemampuan menyatakan pikiran dalam bentuk tulisan yang dapat menjadikan tes sebagai alat ukur yang tidak adil dan tidak reliable. Bagi siswa yang tidak mempunyai kemampuan menulis, akan menjadi beban.
Tes uraian di samping memiliki kelebihan terdapat pula kelemahan-kelemahannya, yaitu:
- Reliabilitasnya rendah artinya skor yang dicapai oleh peserta tes tidak konsisten bila tes yang sama atau tes yang parallel yang diuji ulang beberapa kali. Menurut Robert L. Ebel A. Frisbie (1986 : 129) terdapat tiga hal yang menyebabkan tes uraian realibilitasnya rendah yaitu pertama keterbatasan sampel bahan yang tercakup dalam soal tes. Kedua, batas-bayastugas yang harus dikerjakan oleh peserta tes sangat longgar, walaupun telah diusahakan untuk menentukan batasan-batasan yang cukup ketat. Ketiga, subjektifitas penskoran yang dilakukan oleh pemeriksa tes.
- Untuk menyelesaikan tes uraian guru dan siswa membutuhkan waktu yang banyak.
- Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai bualan-bualan.
- Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang paling membedakan prestasi belajar siswa.
E. Petunjuk Penyusunan
Tes merupakan prosedur sistematis. Dalam Tes uraian Butir-butir tes disusun menurut cara dan aturan tertentu, prosedur administrasi dan pemberian angka (scoring) harus jelas dan spesifik, dan setiap orang yang mengambil tes harus mendapat butir-butir yang sama dan dalam kondisi yang sebanding. Kedua, tes berisi sampel perilaku. Populasi butir tes yang bisa dibuat dari suatu materi tidak terhingga jumlahnya. Keseluruhan butir itu mustahil dapat seluruhnya tercakup dalam tes. Kelayakan tes lebih tergantung kepada sejauh mana butir-butir di dalam tes mewakili secara representatif kawasan (domain) perilaku yang diukur. Ketiga, tes mengukur perilaku. Butir-butir tes menghendaki subjek agar menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang dipelajari subjek dengan cara menjawab butir-butir atau mengerjakan tugas yang dikehendaki oleh tes. Respon subjek atas tes merupakan perilaku yang ingin diketahui dari penyelenggaraan tes.
2. TES OBJEKTIF
A. Pengertian
Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia. Oleh karena sifatnya yang demikian Popham (1981 : 235) menyebutnya dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test). Butir soal telah mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes. Kemungkinan jawaban telah dipasok oleh pengkonstruksi tes dan peserta hanya memilih jawaban dari kemungkinan jawaban yang telah disediakan (Zainul dan Nasoetion, 1996). Menurut Subino (1987 : 4) perbedaan yang khas bentuk soal objektif dibanding dengan soal esai adalah tugas peserta tes (testee) dalam merespons tes. Pada tes objektif, tugas testi adalah memanipulasikan data yang telah ada dalam butir soal. Hal ini berbeda dengan soal esai dimana testi harus menciptakan dan mencari sendiri unsur-unsur yang dibutuhkan untuk menjawab soal.
Sebagaimana nama yang digunakannya, soal objektif adalah soal yang tingkat kebenarannya objektif. Oleh karenanya, tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif (Arikunto, 1995 : 165). Karena sifatnya yang objektif maka penskorannya dapat dilakukan dengan bantuan mesin. Soal ini tidak memberi peluang untuk memberikan penilaian yang bergradasi karena dia hanya mengenal benar dan salah. Apabila respons siswa sesuai dengan jawaban yang dikehendaki maka respons tersebut benar dan biasa diberi skor 1. Apabila kondisi yang terjadi sebaliknya, maka respons siswa salah dan biasa diberi skor 0. Jawaban siswa bersifat mengarah kepada satu jawaban yang benar (convergence).
Soal tes objektif sangat bermanfaat untuk mengukur hasil belajar kognitif tingkat rendah. Hasil-hasil belajar kompleks seperti menciptakan dan mengorganisasikan gagasan kurang cocok diukur menggunakan soal bentuk ini.
Soal objektif sangat bervariasi bentuknya. Variasi yang bisa dibuat dari soal objektif adalah benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi dan jawaban singkat.
B. Penggolongan dan Contoh
Tes bentuk obyektif memiliki model yang lebih banyak dan variatif dibandingkan tes bentuk uraian. karena itulah tes obyektif lebih sering digunakan dalam tes prestasi hasil belajar dibandingkan tes bentuk uraian. ada beberapa penggolongan tes obyektif yaitu :
a. Tes benar salah
Tes benar salah adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa pernyataan yang bernilai benar atau salah. Biasanya ada dua pilihan jawaban yaitu huruf B yang berarti pernyataan tersebut benar dan S yang berarti pernyataan tersebut salah. Tugas peserta tes adalah menentukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah.
Tes benar salah adalah suatu bentuk tes yang soal-soalnya berupa pernyataan (Sudjana, 2004:264). Sebagian dari pernyataan itu merupakan pernyataan yang benar dan sebagian lain merupakan pernyataan yang salah. Tes ini merupakan tes yang butir pertanyaannya (pernyataannya) dijawab dengan memilih salah satu pilihan jawaban yaitu B (Benar) atau S (Salah).
Contoh salah satu tes bentuk uraian adalah :
B S : Ibukota
B S : Manado adalah Ibukota propinsi Sulawesi Utara
b. Tes Menjodohkan
Tes menjodohkan ini memiliki satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Tugas peserta tes adalah mencari pasangan setiap pertanyaan yang terdapat dalam seri pertanyaan dan seri jawaban. Contoh bentuk tes menjodohkan adalah :
Contoh:
“pasangkanlah pertanyaan yang ada pada lajur kiri dengan yang ada pada lajur kanan dengan menempatkan huruf yang terdapat dimuka pernyataan lajur kiri pada titik-titik yang disediakan di lajur kanan.”
a. transmigrasi . . . . . . . . . 1. masuknya penduduk dari negara lain.
b. Imigrasi . . . . . . . . . . . . 2. pindahnya penduduk ke negara lain.
c. Emigrasi . . . . . . . . . . . 3. pindahnya penduduk dari desa ke kota.
. . . . . . . . . . 4. pindahnya penduduk antar pulau didalam suatu negara
c. Tes Isian
Tes bentuk isian dapat digunakan dalam bentuk paragraf-paragraf yang merupakan rangkaian cerita atau karangan atau berupa satu pernyataan. Beberapa bagian kalimatnya yang merupakan kata-kata penting telah dikosongkan terlebih dahulu. Tugas peserta tes adalah mengisi bagian-bagian yang kosong dengan jawaban yang sesuai. Salah satu contoh tes isian adalah sebagai berikut :
1. Yang merupakan nama asli dari Sultan Hamengkubuwono X adalah …..
2. Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran ……………….. beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran ……………, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran ……………. yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu.
d. Tes Pilihan ganda
Tes bentuk pilihan ganda merupakan tes yang memiliki satu pemberitahuan tentang suatu materi tertentu yang belum sempurna serta beberapa alternatif jawaban yang terdiri dari kunci jawaban dan pengecoh. Tugas peserta tes adalah memilih jawaban dari pilihan yang tersedia dan paling sesuai dengan pernyataan yang ada dalam soal.
Dilihat dari strukturnya bentuk soal pilihan banyak terdiri atas:
i. Stem :suatu pertanyaan / pernyataan yang berisi permasalahan yang akan ditanyakan
ii. Option :sejumlah pilian/alternatif jawaban
iii. Kunci :jawaban yang benar/paling tepat
iv. Distractor/pengecoh :jawaban-jawaban lain, selain kunci
(Sudjana, 2004:267)
Contoh bentuk soal pilihan ganda adalah :
1. Pemilihan Presiden di Indonesia dilaksanakan setiap berapa tahun?
a. 3 tahun
b. 4 tahun
c. 5 tahun
d. 6 tahun
C. Ketepatan
Beberapa ketepatan dalam menyusun tes bentuk benar-salah diantaranya adalah: pernyataan harus jelas benar atau salah, hindari penentu spesifik misalnya semua dan tidak pernah, hindari pernyataan negatif, dan gunakan kalimat sederhana. Secara teknis disarankan untuk membuat jumlah butir yang cukup banyak, soal benar dan salah seimbang, dan urutan soal tidak berpola.
Beberapa ketentuan tes memasangkan/ menjodohkan, ketepatan menyusunnya diantaranya adalah : materi sebaiknya homogen, jumlah jawaban lebih banyak dibanding soal, petunjuk jelas, menggunakan simbol yang berlaianan untuk pertanyaan dan jawaban, dan ditulis dalam halaman yang sama
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan tes bentuk isian adalah: jawaban harus dibatasi, hanya ada 1 jawaban benar, titik-titik diletakkan diujung kalimat atau ditengah kalimat, nyatakanlah satuannya jika dibutuhkan.
Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam tes pilihan ganda menyusunnya adalah: gunakan kalimat positif, hindari kata kunci, hindari hubungan antar butir, dan jawaban diacak.
Sehubungan dengan penggunaan bentuk tes objektif dan esai, tes objektif memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan tes esai. Hal demikian bisa terjadi karena tes objektif umumnya hanya mampu mengukur level kognisi yang paling rendah, yaitu ingatan. Tingkat ingatan (C1) dalam taksonomi Bloom memerlukan kemampuan yang paling rendah dalam perolehan hasil belajar. Taksonomi disusun dari level kognisi yang paling sederhana, yaitu ingatan (C1) hingga yang paling kompleks yaitu evaluasi (C6). The major categories in the cognitive domain are knowledge, comprehension, application, analysis, synthesis and evaluation. These categories begin with the relatively simple knowledge outcomes and proceed through increasingly complex levels of intellectual ability (Grounlund, 1985 : 32)
D. Kelebihan dan Kekurangan
Adapun keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan tes objektif secara keseluruhan adalah :
Keunggulan :
Ø Waktu yang dibutuhkan relative lebih singkat
Ø Panjang pendeknya suatu tes (banyak sedikitnya butir soal) bisa berpengaruh terhadap kadar reliabilitas
Ø Proses pensekoran dapat dilakukan secara mudah karena kunci jawaban dapat dibuat secara pasti
Ø Proses penilaian dapat dilakukan secara objektif karena kunci jawaban sudah dapat ditentukan secara pasti.
Ø Faktor terka-menerka relatif lebih kecil
Ø Dapat dipakai untuk mengukur berbagai tujuan kurikuler
Ø Tidak mengandung jawaban yang dapat dimaknakan bermacam-macam.
Ø Siswa dapat memperoleh jawaban yang benar tanpa melakukan sesuai dengan yang diminta
Ø Bagaimanapun fleksibelnya bentuk ini masih sukar untuk dapat mengungkapkan kemampuan membuktikan, melukis, kreativitas kemampuan membaca, penemuan, pemecahan masalah.
Ø Lebih representatif mewakili isi dan banyaknya materi/bahan
Ø Lebih objektif dalam penilaian
Ø Lebih mudah dan cepat memeriksanya
Ø Waktu yang diperlukan untuk memeriksa jawaban siswa relatif singkat
Ø Pemeriksaan hasil tes dapat dibantu oleh orang lain
Ø Soal-soal lebih mungkin dapat dipakai ulang
Kelemahan tes objektif secara umum :
Ø Terdapat kemungkinan untuk dapat menebak jawaban dengan tepat. Tidak dapat mengetahui jalan pikiran testi dalam menjawab suatu pesoalan.
Ø Membatasi kreativitas siswa dalam menyusun jawaban sendiri.
Ø Bahan ajar yang diungkap dengan tes objektif, pada umumnya lebih terbatas pada hal-hal yang factual.
Ø Dibutuhkan persiapan penyusunan tes yang relatif lebih sulit dibandingkan tes uraian
Ø Proses berpikir anak tidak bisa diukur
Ø Sifat kreatif siswa akan cenderung menumpul
Ø Beberapa aspek kemampuan tidak bisa atau sukar diungkapkan
Ø Banyak kesempatan untuk untung-untungan
Ø Kerjasama siswa dalam menjawab tes lebih terbuka
Keunggulan dan kelemahan tes ini dapat diperhatikan berikut ini:
a. Tes Benar-Salah
Keunggulan tes bentuk benar-salah Kelemahan tes bentuk benar-salah
• Dapat dipakai untuk berbagai bidang studi dan keadaan
• Waktu tes relatif singkat
• Materi yang diwakili oleh soal-soal yang ditanyakan bisa banyak sekali.
Kelemahan tes Benar-salah
• Kebenaran pernyataan itu diragukan (ambiguity)
• Penggunaannya terbatas
• Faktor terka menerka.
b. Tes Isian
Keunggulan tes bentuk isian Kelemahan tes bentuk isian
• Faktor terka-menerka kecil
• Penilaian dapat objektif
• Dapat mencakup banyak materi
• Jawaban soal yang ditanyakan dapat tidak ambiguity.
Kelemahan tes Isian
• membuat soal yang jawabannya hany sebuah itu sukar
• untuk mengukur proses berpikir yang mendalam dan penalaran sukar.
c. Tes memasangkan/ Menjodohkan
Keunggulan tes memasangkan • Waktunya relatif singkat
• Banyak pertanyaan dapat diajukan sehingga dapat mengukur ruang lingkup bahasan yang lebih luas
• Faktor terka-menerka kecil
• Penilaiannya mudah dan objektif.
Kelemahan Tes memasangkan/ menjodohkan
• Sukar untuk menentukan materi/pokok bahasan yang mengukur hal-hal yang berhubungan
• Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan pada fakta dan hafalan saja.
E. Petunjuk Penyusunan
a. Pedoman utama dalam pembuatan butir soal bentuk pilihan ganda adalah:
1) Pokok soal harus jelas
2) Pilihan jawaban homogen dalam arti isi
3) Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama
4) Tidak ada petunjuk jawaban benar
5) Hindari menggunakan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah
6) Pilihan jawaban angka diurutkan
7) Semua pilihan jawaban logis
8) Jangan menggunakan negatif ganda
9) Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes
10) Bahasa Indonesia yang digunakan baku
11) Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.
b. Beberapa petunjuk yang merupakan persyaratan dalam penulisan butir soal benar-salah yaitu :
1. Setiap butir soal harus menguji atau mengukur hasil belajar peserta tes yang penting dan bermakna, tidak menanyakan hal yang remeh (trivial). Misalnya: Lemah : Haji Samanhudi seorang pedagang batik dari solo Lebih baik : Haji Samanhudi adalah pendiri Syarekat Dagang Islam.
2. Setiap soal haruslah menguji pemahaman, tidak hanya pengukuran terhadap daya ingat. Butir soal tidaklah dianjurkan untuk menguji kemampuan mengingat kata atau frase yang terdapat dalam buku ajar atau bacaan lainya. Misalnya: Lemah : B-S : Bila penawaran banyak sedangkan permintaan sedikit maka harga akan turun. Lebih baik : B-S : Pak udi membeli pakaian sangat murah karena di pasar barang itu tersedia banyak sedangkan yang membeli sangat jarang.
3. Contoh, soal pertama hanya menguji ingatan tentang hokum penawaran dan permintaan dalam ekonomi. Sedangkan dalam soal berikutnya peserta tes diuji dengan penerapan dari hokum permintaan dan penawaran.
4. Kunci jawaban yang ditentukan haruslah benar.
5. Butir soal yang baik haruslah jelas bagi seseorang peserta tes yang belajar dan jawaban yang salah kelihatan seakan-akan benar bagi peserta tes yang tidak belajar dengan baik.
6. Pernyataan dalam butir soal harus dinyatakan secara jelas dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
7. Butir soal benar-salah dapat dimodifikasi sehingga dapat meningkatkan daya bedanya dan mengurangi kelemahan utamanya yaitu mendorong penerkaan
c. Petunjuk penyusunan tes menjodohkan/ memasangkan
Petunjuk-petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun teks bentuk matching adlah :
a. seri pertanyaan-pertanyaan dalam matching test hendaknya tidak lebih dari sepuluh soal. Sebab pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu akan membingungkan murid. Juga kemungkinan akan mengurangi homogenitas antara item-item itu. Jika itemnya cukup banyak, lebih baik dijadikan dua sesi.
b. Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebih banyak dari jumlah soalnya. Dengan demikian murid dihadapkan kepada banyak pilihan, yang semuanya mempunyai kemungkinana benarnya, sehingga murid terpaksa lebih mempergunakan pikirannya.
c. Antara item-item yang trgabung dalam satu seri matching test harus merupakan pengertian-pengertian yang benar-benar homogen.
Petunjuk penyusunan tes isian
Saran-saran dalam menyusun test bentuk isian ini adlah sebagai berikut :
a. perlu selalu diingat bahwa kita tidak dapat merencanakan lebih dari satu jawaban yang kelihatan logis.
b. Jangan mengutip kalimat/pernyataan yang tertera pada buku/ catatan.
c. Diusahakan semua tempat kosong hendaknya sama panjang.
d. Diusahakn hendaknya setiap pernyataan jangan mempunyai lebih dari satu tempat kosong.
e. Jangan mulai dengan tempat kosong.
F. Pembuatan table spesifikasi
Aspek Yang Diukur pokok | Ingatan (50 %) | Pemahaman (30 %) | Aplikasi ( 20%) | Jumlah (100%) |
Pengertian evaluasi (40%) | 8 soal | 5 soal | 3 soal | 16 soal |
Fungsi evaluasi (30%) | 6 soal | 4 soal | 2 soal | 12 soal |
Macam-macam cara evaluasi (30%) | 6 soal | 4 soal | 2 soal | 12 soal |
jumlah | 20 soal | 13 soal | 7 soal | 40 soal |
DAFTAR PUSTAKA
Asmawi, Z. dan Nasution, N. (1994). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Cole, Peter. G and Chan, Lorna. (1994). Teaching Principles and Practice.
Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Pedoman Pengembangan Silabus.
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran.
Hamalik, Oemar. (2005). Kurikulum dan Pembelajaran.
Mulyana, E. Hendi. (2005). Asesmen dalam Pembelajaran
Ruseffendi. (1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa khususnya dalam Pengajaran Matematika.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan.
Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar