Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Senin, 27 April 2009

TAHAP PERKEMBANGAN REPRODUKSI BABI




Oleh : Bhima Wibawa Santoso
NIM : A1C407003
Jurusan : PMIPA FKIP Biologi Universitas Jambi

TAHAP PERKEMBANGAN REPRODUKSI BABI



I. FISIOLOGI SEMEN

Semen adalah sekresi kelamin jantan yang secara normal diejakulasikan ke dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi. Semen terdiri atas dua bagian, spermatozoa ( disingkat sperma ) atau sel-sel kelamin jantan yang bersuspensi ke dalam suatu cairan atau medium semi-gelatinous yang disebut plasma semen, sebagaimana darah yang terdiri dari sel-sel dan plasma darah. Spermatozoa dihasilkan di dalam testes sedangkan plasma semen adalah campuran sekresi yang dibuat oleh epidydimis dan kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap yaitu kelenjar vesikulares dan prostate. Produksi sperma oleh testis maupun produksi plasma semen oleh kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap kedua-duanya dikontrol oleh hormone. Testis dipengaruhi oleh FSH dan LH dari adenohypophysa sedangkan testes sendiri menghasilkan hormone testosterone yang mengontrol perkembangan dan sekresi kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap.
Perbedaan anatomic kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap pada berbagai jenis hewan menyebabkan pula perbedaan-perbedaan volule dan komposisi semen species-species tersebut. Semen babi lebih voluminous dengan konsentrasi sperma yang rendah sehingga semennya merupakan cairan keputih-putihan. Ejakulasi pada babi hanya berselang beberapa menit. Semen babi dapat ditampung dengan fraksi-fraksi pra-sperma, kaya sperma, dan post sperma. Fraksi post-sperma umumnya bersifat gelatinous; tetapi bahan gelatinous ini dapat ditemukan pada fraksi pra- sperma.

II. PUBERTAS

Pubertas adalah periode saat organ-organ reproduksi babi pertama kali berfungsi dan menghasilkan telur atau sperma dewasa. Umur saat pubertas dicapai bertlainan antara bangsa-bangsa ternak dan juga antara anak babi sekelahiran. Factor-faktor hormonal yang bekecimpung untuk merangsang pubertas pada babi jantan dan babi betina belum banyak diketahui. Prgan utama yang mengontrol munculnya pubertas adalah kelenjar pituitary yang letaknya di dasar otak. Kelenjar ini menghasilkan dua hormone, yaitu FSH dan LH yang merangsang testis dan ovarium.
FSH, LH dan Testosteron yang dihasilkan dalam testis adalah yang bertanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan dan pemasakan sel-sel sperma pada jantan. Seekor babi jantan akan mencapai pubertas pada umur 5- 6 bulan meskipun ia tidak digunakan sampai mencapai umur 7- 8 bulan dan hnaya sebagai pejantan serap. FSH mengakibatkan pertumbuhan dan pemasakan sel-sel telur yang bnayak terpendam dalam ovarium. LH merangsang pelepasan telur-telur daro folikel. Umumnya pubertas muncul pada umur 6- 8 bulan, meskipun penalitian mutakhir menunjukkan bahwa pubertas sering dicapai sedini 145 hari ( rata-rata 5 bulan). Seekor babi betina seharusnya dikawinkan saat berahi atau siklus berahinyayang ketiga karena pada siklus berahi yang pertama dan kedua lebuh sedikit telur yang di ovulasikan. Berbagai factor berpengaruh terhadap munculnya pubertas pada babi betina.

Faktor Genetis.- Babi betina Landrace mencapai pubertas lebuh dini daripada babi betina Hampshire, Yorkshire dan Duroc yang diamati dari banyaknya yang berahi pada umur 6 bulan. Babi betina hasil persilangan juga mencapai pubertas yang lebih dini daripada babi betina murni.

Faktor Makanan.- kurang makan yang ekstrem dapat menunda munculnya pubertas. Pembatasan makanan yang sedang atau moderat tidak akan menunda pubertas atau mempengaruhi fertilitas, tetapi bobot babi betina tersebut lebih rendah daripada yang diberi makan cukup.

Faktor Musim.- Di Negara-negara subtropics babi betina lebih lama mencapai pubertas pada musim panas dan mugkin hal ini disebabkan oleh kondisi klimat yang panas dan lembab.

Faktor Cahaya.- Babi betina yang dipelihara terkurung dengan kegelapan yang komplet memperpanjang umur mencapai pubertas. Babi betina yang dipilih untuk bibit seharusnya memperoleh cahaya 18 jam per hari.

Faktor Perkandangan.- Babi betina yang dipelihara terkurung lebih lambat mencapai pubertas dari yang dipelihara bebas. Babi betina yang dikandangkan atau ditambat individual juga menunda pubertas dan menekan tanda-tanda berahi.

Faktor Stres.- Stres tertentu, seperti transportasi, mencampur atau introduksi ke lingkungan yang baru dapat merangsang babi betina mengalami berahi.

Pengaruh Pejantan.- Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa introduksi pejantan ke sekelompok babi betina yang sebelumnya tidak berkontak dengan pejantan, merangsang dan menyebabkan sebagian babi betina tersebut berahi pada umur 4 bulan.


III. SIKLUS BERAHI

Setelah mencapai pubertas, biasanya babi betina menunjukkan berahi, atau estrus, setiap 18- 22 hari ( rata-rata 21 hari) kecuali siklus ini disela oleh kebuntingan atau kelainan reproduksi. Ada 4 fase yang jelas pada siklus berahi:

Proestrus
Proestrus adalah 3- 4 hari mendahului munculnya estrus. Kelenjar-kelenjar pituitary menghasilkan FSH yang menyebabkan folikel bertumbuh. Selagi folikel bertumbuh, meningkat juga produksi hormone lain, yakni estrogen. Estrogen ini menghambat produksi FSH selanjutnya dan mencegah perkembangan tambahan telur.
Estrogen juga menimbulkan sejumlah perubahan tingkah laku betina pada akhir fase proestrus. Perubahan-perubahan ini meliputi suka mengganggu pejantan, kegelisahan meningkat, menaiki betina-betina lain dan nafsu makan menurun. Selama periode ini babi betina mengeluarka suara khas merengut yang ritmik. Perubahan struktur yang disebabkan oleh level estrogen yang tinggi mencakup vulva yang membengkak dan memerah disertai penebalan dinding uterus.

Estrus
Estrus berlanhgsung selama 2-3 hari dan pada periode tersebut betina memiliki seksual reseptif terhadap jantan. Periode ini biasanya lebuh pendek pada babi betina dibandingkan babi induk. Kelenjar pituitary mengeluarkan LH yang menyebabkan beberapa folikel dari ovarium pecah dan melepas bebeerapa telur. Pelepasan ini dinamakan ovulasi dan merupakan suatu proses yang gradual selama jangka waktu 6-12 jam. Interval-interval antara pecahnya folikel tidak sama. Telah diketahui bahwa lebuh banyak telur yang dilepas dari ovarium dalam 30-36 jam setelah mulai berahi dari waktu selebihnya dalam masa berahi. Banyak telur yangf di ovulassikan biasanya berkisar antara 14-25 butir. Laju ovulasi dipengaruhi oleh beberapa factor:

Faktor Genetis.- laju ovulasi heritabilitasnya sedang (medium) dan berespons terhadap seleksi, namun peningkatan laju ovulasi tidak selalu mengakibatkan lebih banyak anak saat lahir. Bangsa-bangsa babi berbeda banyak telur yang diovulasikan; bangsa Yorkshire, Landrace dan Lacombe umumnya mengovulasikan telur lebih banyak; babi hasil persilangan laju ovulasinya lebih tinggi lagi.

Faktor Pubertas.- Laju ovulasi seekor babi betina akan meningkat hingga siklus berahinya (estrus) yang ketiga.

Faktor Umur Induk.- Laju ovulasi meningkat terus hingga induk melahirkan anak yang ketujuh kalinya.

“Flushing”.- Konsumsi ransom seekor Babi betina yang ditingkatkan selama 10- 14 hari sebelum kawin akan meningkatkan jumlah telur yang di ovulasikan, tetapi berlaku hanya bila konsumsi makannya sangat dibatasi selama fase pertumbuhannya. Peningkatan laju ovulasi biasanya diimbangi oleh kematian embrio yang tinggi sehingga tidak nampak manfaatnya dalam banyak anak per kelahiran di saat melahirkan.
Tanda-tanda berahi yang diperlihatkan selama bagian akhir proestrus semakin nampak dalam fase estrus. Sekitar 12 jam setelah berahi mulai, betina memperlihatkan suatu sikap khas mau kawin, yaitu hanya dengan suatu tekanan ringan saja dilakukan pada punggungnya. Semua kaki kaku, punggung sedikit melengkung, telinga tegang mengarah kepala dan bai betina tersebut sangat susar digerakkan. Sikap respons tak mau bergerak ini disebut juga “ Lordosis Effect” berlangsung sekitar 3 hari sangat berarti benar bagi pemelihara untuk menentukan waktu yang tepat untuk mengawinkan atau melekukan inseminasi buatan.
Fase berikut dari estrus adalah pembengkakan vulva yang memerah mulai berkurang dan lender keruh yang mengental muncul. Keaadaan ini berubah menjadi pucat, lendir menggantung pada akhir fase estrus dan besar vulva berkurang dan kembali ke warnanya yang normal.

Metestrus
Setelah ovulasi, corpus luteum terbentuk dlam setiap folikel yang pecah dalam waktu 6-8 hari. Corpus luteum ini mengeluarkan progesterone, suatu hormone lain yang menghambat produksi FSH dan perkembangan tambahan folikel. Progesterone ini bekerja juga pada perkembangan kelenjar susu. Bila pembuahan terjadi, corpus luteum tetap berfungsi selama kebuntingan. Bila pembuahan tidak terjadi, corpus luteum tetap berfungsi selama kebuntingan. Bila pembuahan tidak terjadi, uterus memberi isyarat untuk meluluhkan corpus luteum dan memberi peluang untuk siklus berikutnya bertlangsung. Pada saat ini, betina tidak akan berespons lagi terhadap “uji Naik” dan ia kembali ke tingkah lakunya yang normal.

Diestrus
Diestrus ini adalah waktu inaktivitas yang pendek yang ditandai oleh penghancuran corpus luteum setelah 14 hari dari puncak berahi. Dalam 3-4 hari serombongan folikel baru mulai berkembang dan siklus tadi akan terulang sendiri.


IV. SPERMATOGENESIS

Pada waktu lahir tubuli seminiferi tidak berlumen dan hanya ada dua jenis sel yaitu spermatogonia dan sel-sel indifferent. Selama pubertas tubuli seminiferi mulai berlumen dan epithel kecambah berubah dari bentuk sederhana menjadi bentuk kompleks yang khas bagi hewan jantan dewasa.
Sperma terbentuk di dalam tubuli seminiferi dari sel-sel induk sperma yang diploid, spermatogonia tipe A yang terletak pada membrane basalis. Spermatogenesis merupakan suatu proses kompleks yang meliputi pembelahan dan diferensiasi sel. Selama proses tersebut jumlah kromosom direduksi dari diploid 2n: 38 pada babi menjadi haploid (n), juga terjadi reorganisasi komponen-komponen inti sel dan sitoplasma secara meluas. Spermatogenesis meliputi spermatocitogenesis (spermiocytogenesis) atau pembentukan spermatocyt primer dan sekunder dari spermatogonia tipe A dan spermiogenasis atau pembentukan spermatozoa dan spermatid. Spermatocytogenesis dikendalikan oleh FSH dari adenohypophysa dan spermiogenesis berada di bawah pengaruh LH dan testosterone
Sel-sel kelamin jantan berkembang secara progresif dan bermigrasi dari membrane basalis kea rah lumen tubuli seminiferi. Akan tetapi selama waktu tersebut mereka berhubungan dengan sitoplasma sel-sel sertoli yang mungkin memberi makan kepada spermatozoa.

Fase I. (15- 17 hari) Pembelahan mitotic spermatogonia menjadi dua anak sel yaitu spermatogonium dormant yang menjamin kontinuitas spermatogonia dan spermatogonium aktif yang membagi diri empat klai sehingga akhirnya membentuk 16 spermatocit primer (2n).
Fase II. (kurang lebih 15 hari) Pembelahan Meiotik dari spermatocyt primer (2n) menjadi spermatocyt sekunder (n).
Fase III. (beberapa jam) Pembelahan spermatocyt sekunder menjadi spermatid.
Fase IV. (kurang lebih 15 hari) Metamorfosis spermatid menjadi spermatozoa tanpa pembelahan sel. Proses spermatogenesis meliputi perombakan radikal bentuk sel dimana sebagian besar sitoplasma termasuk RNA, air dan glycogen terlepas atau menghilang. Spermatid adalah suatu sel bundar yang relative besar, sedangkan sperma merupakan suatu sel langsing memanjang yang kompak dan motil, dan terdiri dari kepala dan ekore. Aparat golgi dari spermatid membentuk tudung anterior atau akrosom sperma dan mitokondria dari sitoplasma berkumpul pada ekor yang tumbuh keluar dari sentriol. Babi mempunyai 24 spematosit primer dan 96 spoermatozoa dari satu spermatogonium. Akan tetapi selama miosis terjadi kehilangan sel, sekitar 25%, yang ditandai oleh adanya inti-inti piknotis. Spermatozoa akhirnya dilepaskan dari sitoplasma sel-sel sertoli dan memasuki lumen tubuli seminiferi.
Kurang lebih 15 hari sesudsah terbentuk, spermatogonia dormant mulai membagi diri dengan cara yang sama, dan proses ini terulang sampai tak terhingga. Fase I,II, dan III disebut spermatogenesis dan Fase IV disebut spermiogenesis. Sperma babi memerlukan waktu kira-kira 13 sampai 15 hari untuk menyelusuri epididimis.
Karena spermatogenesis pada babi berlangsung 35 sampai 46 hari, maka waktu yang dibutuhkan dari spermatogonium A smapai spermatozoa yang di ejakulasikan pada babi mencapai kira –kiara 50- 60 hari.
Almquist dan Amann (1961), dan Ortavant et al. (1969) telah memperkirakan bahwa babi menghasilkan 25 sampai 30 juta sperma per gram testis perhari karena waktu spermatogenesis yang relative singkat dan banyak spermatozoa yang dihasilkan dari spermatogonium tipe A. jadi produksi harian untuk seekor babi dengan satu testis seberat 300 gram, masing-masing akan mencapai 15 milyar spermatozoa. Jumlah spermatozoa mempunyai korelasi tinggi dengan berat dan ukuran testis.

Pengangkutan, Pematangan dan Penyimpanan Spermatozoa

Spermatozoa diangkut dalam sejumlah besar cairan sekresi dari tubuli seminiferi dan rete testis ke dalam ductuli efferents testes yang berliku-liku yang terletak dekat caput epididimis dan bermuara ke dalam ductus epididimis. Struktur-struktur ini yang tadinya berasal dari mesonefros memiliki fungsi yang hampir sama dengan ginjal dalam hal aktivitas-aktivitas absorptive dan sekretoris.kontraksi selubung testikuler mungkin membantu mendorong semsn dari testes ke ductuli efferens. Hampir seluruh cairan, 200 ml per hari pada babi diabsorbsi. Konsentrasi sperma dalam cairan ini adalah 100 juta per ml. sel-sel sekretoris dan bersilia dengan silia yang memukul kea rah epididimis ditemukan pada ductuli efferents.
Aktivitas peristaltic otot licin epedidimis bertanggungjawab atas pengangkutan sperma di daerh ini. Mirovili ditemukan pada sel-sel epididimis tetapi bersifat non-motil. Mekanisme kontraktil yang terlihat dalam pengangkutan sperma pada hewan jantan sebagian diatur oleh oksitoksin. Epitheliuym epididimis mempunyai fungsi absorptive dann sekretoris yang menghasilkan ion=ion natrium, kalium, kalsium, klorida, pospor dan protein, enzim dan glicerylphosporylcholine (GPC) dalam berbagai konsentrasi pada cairan luminal berbagai bagian epididimis. Komposisi plasma epididimis berhubungan erat dengan fungsi testikuler, pengangkutan sel-sel sperma dan lingkungan hormonal dan fisik testes. Volume plasma pada babi, isi epididimis mengalami pengenceran terus menerus dari caput ke cauda epididimis. Waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan spermatozoa melalui epididimis kira-kira & sampai 15 hari.

V. OOGENESIS

Pada permulaan minggu-minggu pertama masa embrional sel-sel kecambah primitive pembentuk gamet jantan maupun betina disebut genosit, berkembang di caudal entoblast ektraembrional atau kantong kuning telur. Sel-sel kecambah asli ini bermigrasi dengan pergerakan amuboid dari kantong kuning telur melewati mesenterium dorsalis ke lereng-lereng benih. Perpindahan tersebut pada embrio babi terjadi kira-kira 35 hari masa kebuntingan. Dalam beberapa hari kemudian kelamin gonad embrio dapat dibedakan oleh adanya pembentukan tunica albuginea di permukaan dan lokasi sel-sel kecambah di sentral, spermatogonia pada testis primer dan lokasi oogonia yang peripheral pada ovarium primitive. Oogonia kemudian berpoliferasi atau memperbanyak diri secara mitosos sesudah diferensiasi kelamin dan measuki profase dari pembelahan miosis yang pertama dimana sel-sel tersebut dinamakan oocyt. Oogenesis tidak lain adalah transformasi atau perubahn bentuk dari oogonia menjadi oocyt. Proses oogenesis berakhir sebelum atau sesudah partus.
Menurut Mauleon (1969) diferensiasi kelamin terjadi pada embrio yang berumur 30 hari pada babi. Akhir periode mitosisoogonial yang menendakan akhir periode oogenesis utama adalah pada hari ke-32 masa kebuntingan sampai 7 hari sesudah partus pada babi.
Petunbuhan oocyt ditandai oleh pembesaran cytoplasma karena penumpukan granula-granula deutoplasama (kuning telur) dalam berbagai ukuran, pembentukan zona pellucida sebagai suatu selaput sel telur dan proliferasi mitosis epitel folokuler dan jaringan sekitarnya. Sel-sel folikuler ini dapat berfungsi sebagai sel-sel pemberi makan bagi oocyt dengan jalan menyediakan deutoplasma bagi bakal sel telur tersebut. Menjelang pubertas, sel telur telah mengumpulkan reserve materi sebagai sumber enersi bagi perkembangan selanjutnya. Factor yang menentukan oocyt mana yang harus mulai tumbuh atau menyelesaikan pertumbuhannya selama siklus reproduksi tidak diketahui.
Pertumbuhan oocyt dibagi atas dua fase. Selama fase pertama oocyt bertumbuhcepat dan erat berhubungan dengan perkembangan folikel ovarii. Ukuran dewasanya tercapai kira-kira pada waktu pertumbuhan antrum dimulai di dalam folikel. Selama fase kedua, oocyt tidak bertambah besar, sedangkan folikel ovarii yang berespons terhadap hormone-hormon hypophysa sangat bertambah besar diameternya. Pada umumnya pertumbuhan ini hanya berlaku bagi folikel dimana ovum telah mencapai ukuran yang maksimal.
Selama fase terakhir pertumbuhan folikel, oocyt mengalami pematangan. Nucleus yang telah memasuki profase pembelahan miotik selama pertumbuhan oocit bersiap-siap untuk menjalani pembelahan reduksi. Nucleoli dan selaput inti menghilang dan kromosom memadatkan diri menjadi suatu bentuk yang kompak, sentrosom membagi diri menjadidua sentriol dan disekitarnya terbentuk aster. Kedua aster tersebut bergerak saling menjauhi dan membentuk spindle diantaranya. Kromosom dalam pasangan-pasangan diploid dibebaskan ke dalam sitoplasmadan tersususn pada datarn khatulistiwa spindle (metaphase). Oocit primer kini menjalani pembelahan miotik. Pada pembelahan pertama dua sel anak sel terbentuk, masing-masing mengandung setengah jumlah kromosom. Akan tetapi berbeda dengan pada spermatogenesis, satu anak sel mengambil hamper semua sitoplasma, sel ini disebu oocyt sekunder; anak sel lain yang jauh lebih kebil disebut badan kutub. Pada pembelahan sel kedua, oocyt sekunder membagi diri menjadi ootid (n) dan badan kutub kedua (n). kedua badan kutub tersebut yang mengandung sedikit sekali cytoplasma, terjirat di dalam zona pellucida dan mengalami degenerasi. Badan kutub pertama dapat pula membagi diri sehingga zona pellucida dapat berisi satu, dua atau tiga badan kutub.
Waktu dimana kedua pembelahan reduksi berlangsung tidak perlu bertepatan dengan waktu ovulasi. Oocyt biasanya berada pada tingkat patau diploten dari profae I selama diestrus. Segera sebelum ovulasi oosyt mungkin mengalami pembelahan miotik pertama. Pembelahan miotik kedua mulai terjadi akan tetapi tidak terselesaikan sebelum atau apabila tidak terjadi pembuahan. Jadi badan kutub kedua dan pronukleus betina terbentuk pada waktu pembuahan. Ova pada babi mengandung satu kutub pada waktu ovulasi.


VI. OVULASI

Ovulasi dapat didefenisikan sebagai pelepasan ovum dari folikel de graaf. Jumlah telur yang diovulasikan oleh kedua ovaria pada satu estrus adalah 18 sampai 20 pada babi. Di dalam suatu spesies seperti babi yang banyak menghasilkan ova pada satu periode estrus, jumlah sel-sel telur yang dibebaskan pada satu waktu adalah cukup konstan. Hal ini berarti bahwa semacam system di dalam tubuh hewan tersebut mengatur jumlah telur yang diovulasikan. Apabila salah satu ovarium babimultipara disingkirkan, maka ovarium yang tertinggalakan mengovulasikan lebih banyak sel telur tetapi tidak melebihi jumlah ova yang dapat di ovulasikan oleh kedua ovaria. Ovulation rate dipengaruhi berbagai factor, termasuk makanan, umur, dan hereditas. Akan tetapi tidak satupun factor-faktor ini dapat menyebabkan penguranagan atau peninggian “ovulation rate” secara gambling dengan batas-batas tertentu.
Rata-rata ovulasi adlah selama periode berahi atau segera sesudah berakhir berahi. Sinkronisasi antara estrus dan ovulasi diperlukan untuk menjamin fertilisasi karena umur ovum maupum umur sperma did lam saluran kelamin betina adlah relative singkat.
Kadar gonadotropin di dalam darah mempengaruhi uvolation rate karena banyak movum telah dihasilkan sesudah gonadotropin selama proestrus (superovulasi). Telah diketahui pula bahwa kehamilan majemuk (superfecundatio) sering terjadi pada wanita apabila gonadotropin diberikan kepada pasien yang anovulatoris.

Mekanisme Ovulasi
Secara umum dikenal bahwa ovulasi distimuler oleh LH, tetapi mekanisme sebenarnya tidak diketahui. Mungkin LH meyebabkan pengendoran dinding folikel sehingga lapisan-lapisan pecah dan melepaskan ovum dan cairan folikel.
Cyste folikel, suatu keadaan abnormal dimana folikel tidak pecah dan cairan folikel yang banyak bertimbun di dalamnya, mungkin disebabkan oleh kekurangan LH. Penyuntikan LH menyebabkan pecahnya cyste folikel. Akan tetapi penyuntikan LH tidak segera menyebabkan ovulasi.

Pembentukan Corpus Luteum
Sesudah selesai ovulasi terbentuklah corpus luteum didalam folikel yang telah pecah dan mulai mensekresikan progesterone. Selama corpus luteum tetap aktif menghasilkan progesterone, kadar sekresi FSH oleh adenohipophysa tetap rendah dan folikel ovarii kurang berkembang. Adalah menarik untuk diperhatikan bahwa ayam berovulasi dan menghasilkan telur setiap hari tanpa sedikitpun persamaan dengan siklus berahi antar ovulasi pada mamalia. Hal ini disebabkan karena pada ayam tidak berbentuk corpus luteum di tempat folikel yang pecah, sehingga hanya sedikit atau tidak ada progesterone yang terbentuk.

Mekanisme Neurohumoral dan Ovulasi
Pelepasan LH fari kelenjar hypophysa ditimbulkan oleh mekanisme neurohumoral. Pada spesies yang berevolusi secara tidak spontan (misalnya kelinci dan kucing), rangsangan kopulasi dibawa oleh susunan saraf ke bagian ventral hipotalamus. Hipotalamus akan mensekresikan factor pelepas Lh (LH – RF) ke dalam aliran darah menuju adenohipophysa, yang menyebabkan pelepasan LH dan ovulasi. Umumnya pada babi berovulasi secara spontan, bahan penyebab pelepasan LH dari hipophysa anterior tidak begitu diketahui. Tetapi nampaknya mekanisme neurohormal juga ikut terlibat.


VII. KOPULASI

Betina yang berahi biasanya adlah agrsor pencari pejantan. Bila mereka bertemu, tingkah laku kawin dan bercumbu sampai kopulasi, terlihat perilaku kopulasi sbb:
1) Kontak cungur ke cungur.
2) Pejantan mencium alat kelamin betina (vulva).
3) Betina mencium alat kelamin jantan (penis).
4) Kontak kepala ke kepala, lagu bercanda, pejantan menggerut dan mulut berbuih dan kencing secara ritmk.
5) Pejantan berusaha menaiki betina tetapi betina menolak.
6) Pejantan berusaha meraih betina, mencungur legok dan bawah perut disrtai lagu bercanda.
7) Betina memperlihatkan respons tak bergerak (immobilitas).
8) Pejantan naik dan berkopulasi, perkawinan berlangsung 10 – 20 menit.

Peranan pejantan merangsang sikap mau kawin dari betina sangat penting. Sekitar 50% betina berahi biasanya akan berespons terhadap “uji naik” oleh pemelihara. Respons ini meningkat melampaui 90% bila pejantan hadir, atau bau pejantan tercium ataupun kehadiran pejantan terdengar oleh betina berahi. Ludah pejantan mengandung senyawa berbau yang merangsang betina berahi untuk menunjukkan sikap sedia kawin.
Ejakulat betina biasanya didepositkan melalui corong serviks uterus yang sedang relax. Pada saat perkawinan kelenjar pituitary betina mengeluarkan hormone oksitoksin yang menimbulkan kontraksi ritmik uterus. Kontraksi ini membantu transportasi sel-sel sperma ke tuba fallopi untuk menunggu pengeluaran ovum dari folikel yang masak.



VIII. FERTILISASI

Fertilisasi adalah bila satu sel sperma bersatu dengan sel telur untuk membentuk zigot. Urutan proses yang terjadi (pada gambar).
Perkawinan harus dilakukan pada aat yang tepat agar terjamin banyak telur yang dibuahi. Pembuahan dimungkinkan terjadi sekitar 24 jam, oleh sebab ituperkawina pertama garus komplet 12-16 jam setelah muncul sikap tak mau bergerak. Jika perkawinan dilakukan terlalu awal, sperma tiba di tuba fallopi terlalu awal dan mungkin mati sebelum ada telur yang dilepas. Bila dikawinkan terlalu lambat, etlur terlalu masak (lebih dari 6 jam) dan akan berakibat lebuh dari satu sperma masuk ke dalam satu telur dan akan mengakibatakan polyspermy. Karena sulit menentukan fase berahi yang tepat, disarankan pengawinan kedua kalinya 12-24 jam setelah perkawinan ytang pertama mungkin terlalu awal.
Tahapan yang menunjukkan terjadinya fertilisasi pada babi adalah:
a) Seperma berkontak dengan zona pellucida (Z.p) Badan kutub pertama (Pb, 1) telah disingkirkan; inti sel telur sedang mengalami pembelaham meiotic yang kedua (2nd M).
b) Sperma telah menembus zona pellucida, dan kini bertaut pada vitellus (vit.) hal ini merangsang reaksi zona, yang ditandai oleh pembayangan yang mentelusur sekeliling zona pelucida.
c) Kepala sperma terambil kedalam vitellus, dan terletak tepat dibawah permukaan yang telah terungkit diatasnya.
d) Sperma kini hamper seluruhnya berada di dalam vitellus. Kepala sperma membengkak. Vitellus berkurang volumenya, dan badan kutub kedua sudah disingkirkan.
e) Pronuclei jantan dan betina mulai berkembang. Mitokondria (Mit.) berkumpul disekitar pronuclei.
f) Pronuclei berkembang sempurna dan mengandung banyak nucleoli. Pronucleus jantan lebih besar daripafda betina.
g) Fertilisasi telah sempurna. Pronuclei telah menghilang dan diganti oleh kelompok-kelompok kromosom yang telah bersatu di dalam profase pada pembagian cleavage pertama.


IX. KEBUNTINGAN

Meskipun perkembangan sejak penbuahan hingga kelahiran merupakan suatu proses berkesinambung, kebuntingan dianggap terdiri dari 3 fase, yaitu:
1. Preimplantasi.- selama dua mib\nggu pertama kebuntingan, telur yang bertunas bergerak dari tuba fallopi ke masing-masing tanduk uterus dan telur bertunas bebas letaknya sampai hari ke 12. dari hari ke-12 hingga hari ke-18 telur tertunas menempatkan diridan menetapkan posisi akhirnya di uterus (implantasi). Dalam banyak hal, bila kurang dari empat telur tertunas yang hidup pada saat tersebut, corpus luteum ovarium akan meregres dan induk babi akan kembali berahi. Bila seekor saja anak yang lahir, hal itu dimungkinkan karena telur tertunas yang hidup lainnya ada dalam waktu yang kritis (hari-hari ke-12 hingga 18) namun selanjutnya mereka lenyap. Kematian embrio babio termasuk tinggi, dan kebanyakan kematian terjadi selama fase preimplantasi. Sebab-sebab kematian yang tinggi ini belum jelas. Kapasitas uterus bukan factor yang signifikan selama fase awal kebuntingan, namun kesesakan uterus selama fase akhir kebuntingan mungkin menjadi suatu factor ketahanan hidup.
2. Embrio.- Periode embrio berlangsung selama minggu-minggu ke-3, 4 dan 5 kebuntingan dan ditandai oleh awal pembentukan organ-organ dan bagian-bagian tubuh. Dalam periode ini selapu pembungkus embrio (ari-ari, tembuni, plasenta) terbentuk dan berfungsi melindungi dan memberi amakan embrio. Selaput tersebut erat berpadu dengan dinding uterus tetapi secara fisik tidak. Zat makanan dan oksigen diteransfer melalui selaput tersebut ke embrio dan materi sisa disalurkan keluar. Kebanyakan abnormalitas congenital utama seperti rahang supping dan atresia ani (tidak ada dubur) diakibatkan oleh gangguan pertumbuhan dalam periode ini. Jika semua anak mati setelah sekitar hari ke-18 induk nampaknya tidak pusing akan hal ini dan berlagak seperti bunting, kembalinya berahi pada induk seperti ini akan terlambat beberapa minggu, malahan beberapa bulan.
3. Fetus.- Periode fetus berlangsung dari hari ke-36 hingga anak lahir sekitar hari ke-114. jenis kelamin setiap fetus semakin dapat dibedakan dan tulang tempat otot bertaut mulai terbentuk. Sekitar hari ke-60 fetus mengembangkan system imunitasnya sendiri terhadap infeksi yang ringan. Berlainan dengan embrio yang mati, fetus yang mati jarang diserap oleh tubuh, malahan dari fetus yang mati akan bermumifikasi dan sewaktu keluar waktu lahir warnanya hitam kelabu atau kulitnya hitam dan mata terbenam dalam.

Beberapa factor genetic dan lingkungan mempengaruhi performans reproduktif selama pertunasan dan kebuntingan.

Temperatur dan Humiditas.- laju konsepsi dan banyak anak per kelahiran menurunpada betina yang kawin selama bulan-bulan panas dan puncak anak terbanyak bila kawin pada bulan-bulan musim dingin.
Mungkin pejantan berperan sebagian dalam penurunan anak yang lahir dari yang kawin pada bulan-bulan panas.pejantan yang dipelihara pada tempat bertemperatur tinggi, sekitar 32ยบ C, sekitar 2 hingga 3 minggu kemudian menghasilkan semen berkualitas inferior, dank arena itu laju konsepsi menurun. Kualitas sel sperma tidak akan kembali normal hingga 55-60 hari kemudian. Oleh karena itu dari pejantan yang menderita stress panas dapat menurunkan laju konsepsi selama 2 bulan setelah stress panas. Fertilitas pejantan dapat dipertahankan pada level yang baik bila disediakan tambahan penyejuk, seperti naungan dan penyemprotan dengan air sejuk. Penyemprotan hanya efektif bila gerakan angin sekeliling pejantan memadai dan humiditas kurang dari 70%.
Betina tidak dipengaruhi oleh stress panas sebelum atau selama berahi, namun temperature yang tinggi selama fase implantasi (12-18 hari setelah kawin) nyata mengurangi jumlah embrio yang hidup. Sebagai akibatnya, tinggi persentase betina yang kembali berahi oleh kematian dini dari embrio, dan juga tidak berpengaruh terhadap produksi sel-sel sperma dan kualitas semen jantan, kecuali bila skrotim mengalami kerusakan oleh pembekuan.

Stres.- betina adalah yang paling peka terhadap stress selama 30 hari pertama dan 30 hari terakhir kebuntingan. Bila terjadi perkelahian atau perubahan lingkungan nyang drastic selama periode-periode tersebut dapat mengakibatkan kematian embrio atau abortus.

Perkandangan.- Tipe kandang yang ditempati betina selama bunting tidak mempengaruhu laju kelahiran, jumlah anak yang hidup-lahir atau mati-lahir. Namun dalam beberapa kejadian, stress yang timbul karena betina digabung dan berkelahi sesamanya jika sekelompok betina dikandangkan bersam dapat meningkatkan kematian embrio.

Konsumsi Makanan.- Konsumsi maknan induk yang tinggi selama bunting mengakibatkan induk terlalu gemuk dan mengalami lebih banyak embrio yang mati disbanding dari induk yang dipelihara dalamk kondisi yang normal. Konsumsi makanan yang tinggi selama awak periode kebuntingan juga merugikan terhadap jumlah anak yang akan lahir. Konsumsi makanan yang meningkat pada akhirperiode kebuntingan tidak berpengaruh terhadap jumlah anak yang lahir. Di pihak lain, konsumsi makanan selalu berenergi rendah selam bunting menurunkan jumlah anak sewaktu lahir.


X. KELAHIRAN

Hormon yang memprakarsi kelahiran (proses kelahiran) atau partus adalah prostaglandin F2-alfa yang dihasilkan oleh fetus. Hormone ini menyebabkan regresi korpus luteum dan mengakibatkan keluarnya hormone-hormon relaxin dan oxytocsin dari kelenjar pituitary. Hormon relaxin dan oxitocsin menimbulkan relaksasi serviks sehingga terbuka corong jalan anakm lahir dan oxitocsin menyebabkan kelenjar susu mengeluarkan air susu.
Menjelang kelahiran, induk memperlihatkan tanda-tanda gelisah, dan aktivitas membuat sarang. Kadang-kadang induk jadi gelisah bila materi pembuat sarang tidak ada. Laju pernapasan meningkat selama 12 jam terakhir dan temperature rectum meningkat 5 jam sebelum melahirkan. Kelahiran paling sering terjadi selama periode awal malam hari.
Induk melahirkan dan merebahkan tubuh pada salh satu sisi. Pengeluaran fetus individual dari tenduk uterus berlangsung dengan satu pola yang berurutan dan berlangsung dalam 1-5 jam. Sekitar 70% anak babi lahir dengan kaki muka lebih dulu keluar. Anak-anak babi yang lahir dengan kaki belakang dulu muncul adalah yang paling banyak mati-lahir lebih sering terjadi pada proses kelahiran yang lebih lama berlangsung.
Kebanyakan dari anak yang mati-lahir oleh proses kelahiran yang lama berlangsung disebabkan oleh kurang napas selama dalam saluran kelahiran. Waktu kelahiran yang kelamaan melemahkan anak saat lahir dan anak tersebut kurang kuat bersaing dengan rekannya sekelahiran untuk memperoleh air susu.
Pada akhir kelahiran, biasanya induk babi berdiri untuk kencing dan kenudian rebah lagi. Tabiat inilah sebenarnya salah satu penyebab sering anak yang baru lahir mati karena tertindih atau terinjak oleh induk.



XI. LAKTASI

Hormone oxytocsin yang dikeluarkan sewaktu melahirkan bekerja juga untuk merangsang keluarnya air susu dan dengan demikian suplai air susu bagi anak yang lahir cukup tersedia. Sekresi air susu selama 24 jam pertama setelah melahirkan, yang disebut kolostrum, mengandung level protein dan antibody yang lebih tinggi dari air susu yang keluar kemudian.
Pada awalanya induk menghasilkan sekitar 4 kg air susu perhari dan meningkat terus hingga minggu keempat dari masa laktasi menjadi sekitar 7 kg dan selanjutnya menurun.
Beberapa induk babi memperlihatkan tanda-tanda berahi 1-3 hari setelah melahirkan, namun ovum belum matang dan tidak dikeluarkan dari indung telur, sehingga mengawinkan induk pada saat tersebut tidak ada gunanya.
Induk melepas air susu, yang diukur dari frekuensi anak babi menyusu. Paling sering terjadiselama 6 jam pertama setelah melahirkan dan kemudian menurun lambat laun hingga suatu level sekitar sekali per jam sekitar hari ketiga laktasi.
Selama 24 jamsetelah melahirkan, induk memprakarsai setiap kali menyusukan dengan sederetan suara merengeh yang halus memancing anak dating ke ambing. Sebalikmya, sekitar akhir hari ke 3 anak babilah yang memancing induk untuk menyusukan anak dengan mengelus-elus ambing induk dengan cungurnya atau merengek-rengek sekitar kepala induk. Tindakan demikian mengakibatkan induk menggeser tubuhnya untuk memaparkan semua putting susunya dan beberapa menit anak merengeh sambil mengelus-elus ambing dengan penuh semangat. Tindakan ini memuncak, dan tiba-yiba reda sewaktu air susu dilepas induk, dan anak-anak babi mengisapnya tanpa bunyi merengek dalam waktu satu menit, inilah akhir waktu menyusu.
Pada hari yang pertama anak-anak babi telah menentukan putting pilihannya. Pertarungan yang terhebatuntuk merebut putting induk terjadi selama 4 jamn pertama dan seterusnya cepat berkurang.
Putting-putting susu yang paling sering diperebutkan anak babi adalah putting-putting yang di depan, yang menghasilkan air susu lebih banyak. Umumnya anak-anak babi yang lebih besar dan tegar menguasai putting yang di bagian depan, sebab merekalah yang lebih berhasil memperebutkannya. Setiap anak mengidentifikasi putting baginya melalui penglihatan, penciuman, dan mengenal anak disampingnya dan terciptalah pemilikan “teat order” atau eselon putting antara sesame anak babi seperindukan.

2 komentar:

vita mengatakan...

assalamualaikum
thank a lot ya ,,telah meringankan tugas kuliah struktur perkembangan hewanku,,

Bhima Wibawa mengatakan...

Vita: Ok sama2 vita

Pengikut