LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA
1. IMITASI PERBANDINGAN GENETIK I
2. IMITASI PERBANDINGAN GENETIK II
OLEH:
BHIMA WIBAWA SANTOSO AIC407003
KELOMPOK I
ERNAWATI AIC407002
DIANA DITA AIC407004
RANA RIO ANDHIKA AIC407005
NURDAYATI AIC407006
PROGRAM STUDI BIOLOGI
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNUVERSITAS JAMBI
2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 JUDUL
A. Imitasi Perbandingan Genetis I
B. Imitasi Perbandingan Genetis II
1.2 TUJUAN
TUJUAN A: 1. Mendapatkan gambaran tentang kemungkinan gen-gen yang dibawa oleh gamet-gamet akan bertemu secara acak (random).
2. Melakukan pengujian lewat test statistic X2 (Chi-square) untuk menetahui apakah hasil yang didapat bisa dianggap baik atau tidak.
TUJUAN B: Melakukan pegujian lewat test X2 (Chi-square test) untuk mengetahui
apakah hasil yang didapat bisa dianggap baik atau tidak.
1.3 WAKTU DAN TEMPAT
Hari/ tanggal : Senin/ 30 N0vember 2009
Waktu : 13.00 s/d selesai
Tempat : Laboratorium UP.MIPA Universitas Jambi
1.4 KAJIAN PUSTAKA
Teori pertama tentang sistem pewarisan yang dapat diterima kebenarannya dikemukakan oleh Gregor Mendel pada tahun 1865. Teori ini diajukan berdasarkan penelitian persilangan berbagai varietas kacang kapri (Pisum sativum). Dalam percobaannya Mendel memilih tanaman yang memiliki sifat biologi yang mudah diamati. Berbagai alasan dan keuntungan menggunakan tanaman kapri yaitu, (a) Tanaman kapri tidak hanya memiliki bunga yang menarik, tetapi juga memiliki mahkota yang tersusun sehingga melindungi bunga kapri terhadap fertilisasi oleh serbuk sari dari bunga yang lain. Hasilnya, tiap bunga menyerbuk sendiri secara alami; (b) Penyerbukan silang dapat dilakukan secara akurat dan bebas, dapat dipilih mana tetua jantan dan betina yang diinginkan; (c) Mendel dapat mengumpulkan benih dari tanaman yang disilangkan, kemudian menumbuhkannya dan mengamati karakteristik (sifat) keturunannya.
Mendel mempelajari beberapa pasang sifat pada tanaman kapri. Masing-masing sifat yang dipelajari adalah: tinggi tanaman, warna bunga, bentuk biji, dan lain-lain yang bersifat dominan dan resesif. Mula-mula Mendel mengamati dan menganalisis data untuk setiap sifat, dikenal dengan istilah monohibrid. Selain itu Mendel juga mengamati data kombinasi antar sifat, dua sifat (dihibrid), tiga sifat (trihibrid) dan banyak sifat (polihibrid). Hasil percobaannya ditulis dalam makalah yang berjudul Experiment in Plant Hybridization.
Varietas-varietas yang disilangkan disebut tetua atau parental (P). Biji-biji hasil persilangan antar parental disebut biji filial-1 (F1). Ciri-ciri F1 dicatat dan bijinya ditanam kembali. Tanaman yang tumbuh dari bij F1 dibiarkan menyerbuk semdiri untuk menghasilkan biji generasi berikutnya (F2). Dalam percobaannya Mendel mngamati sampai generasi F7, dan juga melakukan persilangan antara F1 dengtan salah satu tetuanya (test cross).
Hasil percobaan monohibrid menunjukkan bahwa pada seluruh tanaman F1 hanya ciri (sifat) dari alah satu tetua yang muncul. Pada generasi F2, semua ciri yang dipunyai oleh tetua (P) yang disilangkan muncul kembali. Ciri sifat tetua yang hilang pada F1 terjadi karena tertutup, kemudian disebut ciri resesif, dan yang menutupi disebut dominan. Dari seluruh percobaan monohibrid untuk 7 sifat yang diamati, pada F2 terdapat perbandingan yang mendekati 3:1 antara jumlah individu dengan ciri dominan:resesif.
Sebagai salah satu kesimpulan dari percobaan monohibridnya, Mendel menyatakan bahwa setiap sifat iorganisme ditentukan oleh faktor, yang kemudian disebut gen. Faktor tersebut kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam setiap tanaman terdapat dua faktor (sepasang) untuk masing-masing sifat, yang kemudian dikenal dengan istilah 2 alel; satu faktor berasal dari tetua jantan dan satu lagi berasal dari tetua betina. Dalam penggabungan tersebut setiap faktor tetap utuh dan selalu mempertahankan identitasnya. Pada saat pembentukkan gamet, setiap faktor dapat dipisah kembali secara bebas. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Hukum Mendel I, yaitu hukum segregasi. Perbandingan pada F2 untuk ciri dominan : resesif = 3 : 1, terjadi karena adanya proses penggabungan secara acak gamet-gamet betina dan jantan dari tanaman F1. Bukti-bukti Mendel untuk menjelaskan teori partikulat mengenai pewarisan: (a) Persilangan tanaman tinggi dan pendek; (b) Pada generasi F1 semua keturunan (zuriat) berbatang tinggi; (c) Pada generasi F2 26% berbatang pendek dan 74% berbatang tinggi.
Miosis dan Hukum Segregasi Mendel
Hukum segregasi Mendel mengikuti proses miosis.
(a) Individu heterozigot untuk alel tinggi (T) dan alel pendek (t).
(b) Setelah kromosom mengganda, melalui miosis I dan II menghasilkan sel-sel haploid. Tiap-tiap sel memiliki alel tunggal untuk gen tinggi tanaman , baik T atau t, maka alel T dan t bersegregai bebas satu sama lain.
(c). Selama fertilisasi alel bergabung secara acak.
Keturunan memiliki rasio genotipe: 1 TT : 2 Tt : 1 tt dan rasio fenotipe : 3 tinggi : 1 pendek.
Uji Statistik Dalam Percobaan Persilangan
Untuk dapat menentukan apakah suatu fenomena yang diamati sesuai atau tidak dengan teori tertentu, perlu dilakukan suatu pengujian dengan melihat besarnya penyimpangan nilai pengamatan terhadap nilai harapan. Selanjutnya besarnya penyimpangan tersebut dibandingkan terhadap kriteria model tertentu. Dalam percobaan persilangan akan dibandingkan frekuensi genotipe yang diamati terhadap frekuensi harapannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
X2 hitung = Ë (oi-Ei)2
Ei
Keterangan:
Oi = nilai pengamatan fenotipe ke -i, Ei = nilai harapan fenotipe ke -i
Keputusan pengujian didapatkan dengan cara membandingkan terhadap X2 d.b. (X2tabel) sebagai berikut:
Bila X2 hitung X2 tabel : maka diterima bahwa sebaran pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan, atau hipotesis diterima. Sebaliknya jika X2 hitung X2tabel : maka sebaran pengamatan berbeda nyata dengan sebaran harapan.
Pada manusia diketahui bahwa rambut keriting adalah dominan terhadap rambut yang lurus. Sebagai contoh seorang pria berambut keriting heterozigot menikah dengan wanita yang juga keriting heterozigot. Apabila mereka mempunyai anak, berapakah kemungkinan anaknya berambut lurus? Dengan hokum Mendel dapat dihitung bahwa kemingkinannya 1:4. Apabila mereka mempunyai tiga anak dan semuanya berambut lurus, apakah ini berarti anak itu adalah hasil dari luar pernikahan? Tentu saja tidak, karna hukum Mendel hanya memberikan proporsi gen saja tetapi tidak menentukan alel apa yang terdapat dalam sel telur atau sel sperma yang kemudian menjadi keturunan tersebut di atas.Apakah hasil dari percobaan diatas mengungkapkan bahwa hukum Mendel tidak tepat? Tentu tidak karna jumlah keturunan manusia tidak terlalu banyak, sehingga faktor kebetulan dapat memegang peranan yang sangat penting.
Hasil tersebut diatas akan sangan berlainan apabila kita mengamati sekitas seratus pasangan yang bergenotip seperi contoh diatas sekaligus dan menghitung perbandingan anak-anak yang berambut lurus terhadap anak-anak yang berambut keriting dari keseratus pasangan sekaligus.Misalnya kalau setiap pasangan rata-rata mempunyai anak 4 orang, dan ditemukan 95 orang anak yang berambut lurus,apakah kekurangan 5 orang berambut lurus sudah membuktikan bahwa hokum Mendel tidak tepat? Dalam hal ini analisis statistikmerupaka salah satu alat yang tepat untuk menjawab permasalahan ini.
Dalam suatu percobaan,jarang ditemukan hasil yang tepat betul, karena selalu saja ada penyimpangan.Yang menjadi masalah ialah berapa banyak penyimpangan yang masih bisa kita terima.Menurut perhitungan para ahli statistic tingkat kepercayaan itu adalah 5 % yang masih dianggap batas normal penyimpangan. Untuk percobaan genetika sederhana biasanya dilakukan analisis Chi-squrae. (Nio,tjan kiaw.1990)
Peluang menyangut derajat kepastian apakah suatu kejadian terjadi atau tidak. Dalam ilmu fenetika ilmu genetika, segregasi dan rekombinasi gen juga didasarkan pada hokum peluang. Rasio persilangan Heterozigot dalah 3:1 jika sifat tersebut diturunkan secara dominant penuh.Jika terjadi persilangan dan hasilnya tidak esuai dengan teori.Kita dapat menguji penyimpangan ini dengan uji Chi-square degan rumus sebagai berikut:
X 2 = ∑ (O.E)2 : E
Dengan:
X2 = Chi Quadrat
O = Nilai pengamatan
E = Nilai harapan
∑ = Sigma ( Jumlah dari nilai-nilai) (Noor.R.R.1996)
Seringkali percobaan perkawinan yang kita lakukan menghasilkan keturunan yang tidak sesuai dengan hukum Mendel. Unjuk menguji hal ini digunakan tes X2 atau disebut juga dengan Chi square. Awalnya tes ini dinamakan test phi ( ƒ ).Untuk memudahkan mengingatnya dikatakan test X. (Suryo.1984)
Frekuansi gen merupakan pernyataan metematis suatu gena yang tersebar dalam suatu populasi yang bereproduksi secara seksual. Bagi suatu lokus genetik yang memiliki produk gena lebih dari satu atau bersifat alelik,maka frekuensi gena tersebut juga frekuensi alel dari lokus tersebut. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa untuk menghitung frekuensi suatu gena atau frekuensi alel perlu diketahui dulu sebaran genotip dalam populasi yangt diperiksa.(Sofro.A.S.1992)
Teori kemungkinan merupakan dasar untuk menentukan nisbah yang diharapkan dari tipe-tipe persilangan genotip yang berbeda. Pengunaan teori ini memungkinkan kita untuk menduga kemungkinan diperolehnya suatu hasil tertentu dari persilangan tersebut.
Metode chi kuadrat adalah cara yang tepat kita pakai untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh dari hasil persilangan denganh hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara teotitis. Dengan cara ini seorang ahli genetika dapat menentukan satu nilai kemungkinan untuk menguji hipotesis itu.
Peristiwa yang mungkin tejadi adalah peristiwa saling asing yaitu peristiwa yang tidak mungkin terjadi bersama-sama.Peristiwa gayut yaitu peristiwa tidak mempengaruhi terjadinya peristiwa lain.
Chi kuadrat adalah uji nyata apakah data yang diperoleh benar mingimpang dari nisbah yang diharapkan,tidak secra betul.Perbandingan yang diharapkan berdasarkan pemisahan hipotesis berdasarkan pemisahan alel secara bebas. (Kusdianti.L.1986)
Orang yang pertama kali melakukan persilangan dengan menggunakan tumbuhan sebagai bahan adalah seorang alim ulama berkebangsan Austria bernama GREGOR MENDEL (1822-1884) pada tahun 1866. Mendel diakui sebagai bapak genetika. Dalam percobaan awal Mendel ia menggunakan 1 sifat beda pada tumbuhan sebagai alat uju silang. Yang mana dalam persilangan monohybrid didapat hasil anakan dengan rasio fenotip 3 : 1. Hali ini dikarenakan gen-gen yang sealel memisah. Ini dikenal sebagai Hukum I Mendel. (Suriyo.1996)
Mendel dal;am dalam percobaan-percobaannya kadang dapat menegahui bahwa ada gen-gen yang tidak dominant dan tidak resesif pula. Dengan perkataan lain gen tesebut tidak memperlihatkan sifat dominan sepenuhnya. Akibat keturunan dari perkawinan individu dengan satu sifat beda akan mempunyai sifat antara dari kedua induknya. Sifat demikian itu dinamakan Sifat Intermediet.
Mendel membuat persilangan degan mengunakan tanaman mulut singa ( Antirrhinum majus) yang bunganya berwarna merah dan putih. Semua tanaman keturunan F1 berbunga merah muda. Ini berarti bahwa sifat dari kedua induknya ikut mengambil peranan.
Ketika tanaman-tanaman F1 dibiarkan menyerbuk sendiri, maka didapat tanaman-tanaman F2 yang memisah dengan perbandingan ¼ merah : ½ merah muda : ¼ putih atau 1:2:1. Disini kita dapat lebih mudah membedakan tanaman yang homozigot (yaitu yang berbunga merah, dan yang berbunga putih ) dari tanaman yang heterozigot (yaitu berbunga merah muda).
Apabila tanaman-tanaman F2 homozigot berbunga merah (MM) dibiarkan menyerbuk sesamanya atau menyerbuk sendiri, maka keturunannya akan selalu berbunga merah saja.
Demikian pula dengan tanaman-tanaman F2 homozigot berbunga putih (mm) untuk selanjutnya akan selalu menghasilkan keturunan berbunga putih saja. Adapun tanaman F2 heterozigot berbunga merah muda bila dibiarkan menyerbuk sesamanya atau mengadakan penyerbukan sendiri akan selalu menghasilkan keturunan yang memisah dengan perbandingan 1:2:1.
Individu homozigot yang selalu menghasilkan keturunan tetap (tidak memisah) dinamakan galur murni. (Suryo.1996)
Jika diadakan penyerbukan silang antara dua tanaman homozigot yang berbeda satu sifat missal Mirabilis jalapa (bunga pukul empat) berbunga merah yang disilangkan dengan yang berbunga putih, maka terjadilah F1 yang berbunga jambon (Merah muda). F1 yang kita sebut monohibrida ini bukan homozigot lagi, melainkan suatu heterozigot.
Jika tanaman F1 ini kita biarkan mengadakan penyerbukan sendiri, kemudian biji-biji yang dihasilkan itu kita tumbuhkan, maka kita peroleh F2 yang berupa tanaman berbunga merah, tanaman berbunga jambon dan tanaman berbunga putih, jumlah-jumlah mana berbanding 1:2:1.
Maka biji-biji F2 yang berbunga merah itu kiat tumbuhkan, kita peroleh F3 yang berbunga merah. Demikian pula biji-biji dari F2 yang berbunga putih , jika itu kita tumbuhkan kita peroleh F3 yang berbunga putih. Senaliknya F2, yang berbunga jambon itu menghasilkan F3 yang terdiri atas tanaman berbunga merah, tanaman berbunga jambon dan tanaman berbunga putih dalam perbandingan 1:2:1 lagi.
Dalam hal ini maka warna jambon itu kita namakan warna intermediet antara merah dan putih. Jadi F1 tersebut diatas merupakan suatu monohibrida yang intermediet.(Dwdjosepoetro.1975)
Monohibrid
Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan satu sifat beda. Persilangan monohIbrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi. Hukum ini berbunyi, “Pada pembentukan gamet untuk gen yang merupakan pasangan akan disegresikan kedalam dua anakan.”
Mendel pertama kali mengetahui sifat monohybrid pada saat melakukan percobaan penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Sehingga sampai saat ini di dalam persilangan monohybrid selalu berlaku hukum Mendel I.
Sesungguhnya di masa hidup Mendel belum diketahui sifat keturunan modern, belum diketahui adanya sifat kromosom dan gen, apalagi asam nukleat yang membina bahan genetic itu. Mendel menyebut bahan genetic itu hanya factor penentu (determinant) atau disingkat dengan factor.
Hukum Mendel I berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu memiliki genotif heterozigot. Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada kromosom, pada waktu gametogenesis gen sealel akan terpisah, masing-masing pergi ke satu gamet (Yatim,1986).
Monohibrid Pada Tumbuhan
Karakter batang tinggi yang dominant terhadap batang rendah berlaku pada umumnya tumbuhan, termasuk jagung. Pada jagung juga dikenal adanya karakter pertumbuhan batang seperti tebu. Pada jamur roti neurospora dikenal pula karakter warna mycelium yang merah dominant terhadap yang putih.
Monohibrid Pada Hewan
Pada marmot, seperti juga pada hewan lainnya, gen dominant menyebabkan pigmentasi normal dan alelnya menyebabkan albino. Marmot yang berpigmentasi normal adalah yang berbulu hitam. Dikawinkan marmot hitam dengan marmot albino. Anak-anaknya semua hitam. Jika anaknya itu dikawini sesamanya maka akan menghasilkan hitam : putih 3 : 1.
Monohibrid Pada Manusia
Semacam bahan kimia sintesis bernama PTC, ada segolongan orang yang bisa mengecapnya akan merasakan pahit dan segolongan orang yang tidak bisa mengecapnya akan merasakan ambar. Rasa pahit disebabkan karena adanya gen dominant.
Selain pengecapan banyak sifat lainnya yang mengikuti sifat persilangan monohybrid, yaitu: polydactyly, phenylketonuria, gigi coklat huntington’s chorea, crstic fibrosis.
Beberapa hal penting tentang perkawinan monoibrid:
· Semua indifidu F1 adalah seragam.
· Jika dominansi tampak sepenuhnya, maka indifidu F1 memiliki fenotip seperti induknya yang dominant.
· Pada waktu F1 yang heterozygote membentuk gamet-gamet, terjadilah pemisahan alel, sehingga gamet hanya mempunyai salah satu alel saja.
· Jika dominasi nampak sepenuhnya, maka perkawinan monohybrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan 3:1
BAB II
ALAT DAN BAHAN
2.1 ALAT DAN BAHAN
- Imitasi percobaan genetis I
- Karton yang telah dibentuk seperti lingkaran, untuk perorangan masing-masing 12 merah dan 12 putih.
- Kantong baju praktikum
- Imitasi percobaan genetis II
1. Karton yang telah dibentuk seperti lingkaran, untuk perorangan masing-masing 12 merah dan 12 putih.
2. Kantong baju praktikum
PROSEDUR KERJA
- Imitasi percobaan genetis I
- Disiapkan 12 karton merah dan 12 karton putih untuk masing-masing orang.
- Diambil 6 berwarna merah dan 6 berwarna putih dan dimasukkan ke dalam masing-masing kantong.
- Kantong di aduk sampai karton yang berada didalamnya homogen.
- Diambil satu karton dari sebelah kiri dan satu karton dari sebelah kanan.
- Dicatat hasilnya, dan diulangi percobaan sampai 10 kali.
- Dicatat hasil yang diperoleh pada table yang tersedia. Baik hasilo perindividu, kelompok maupun kelas.
- Dilakukan pengujian X2 nya, untuk setiap hasil yang didapat.
- Imitasi percobaan genetis II
- Disiapkan 12 karton merah dan 12 karton putih untuk masing-masing orang.
- Diambil 6 berwarna merah dan 6 berwarna putih dan dimasukkan ke dalam masing-masing kantong. Kantong diangap sebagai alat kelamin jantan dan betina, sedangkan kancing diumpamakan dengan ganet-gamet, kancing merah ialah gamet yang memiliki gen R dan bersifat intermediet terhadap kancing putih sebagai alelnya yaitu gen r.
- Kantong di aduk sampai karton yang berada didalamnya homogen.
- Diambil satu karton dari sebelah kiri dan satu karton dari sebelah kanan.
- Dicatat hasilnya, dan diulangi percobaan sampai 10 kali.
- Dicatat hasil yang diperoleh pada tabel yang tersedia. Baik hasilo perindividu, kelompok maupun kelas.
- Dilakukan pengujian X2 nya, untuk setiap hasil yang didapat.
BAB III
HASIL
Tabel 1: Hasil Percobaan Imitsasi perbandingan genetis I (Kelompok I)
NO | NOMOR URUT KELOMPOK | GENOTIP DAN FENOTIP | JUMLAH | ||
RR (MERAH) | Rr (MERAH) | rr (PUTIH) | |||
1 | Bhima | 16 | 27 | 17 | 60 |
2 | Diana | 18 | 24 | 18 | 60 |
3 | 15 | 30 | 15 | 60 | |
4 | Erna | 13 | 33 | 14 | 60 |
5 | Nuro | 17 | 25 | 18 | 60 |
Jumlah | 79 | 139 | 82 | 60 | |
% | 26,3 % | 46,3% | 27,4% | 300=100% |
Derajat bebas (Df)= K (Macam fenotip) – 1
JaDI, Df= 2-1= 1
Faktor koreksi= 0,5
Chi-Square yang diperoleh
RR (merah) & Rr (Mrerah) : 0,25
Rr (putih) : 0,18
Tabel 2: Hasil Percobaan Imitsasi perbandingan genetis II (Kelompok I)
NO | NOMOR URUT KELOMPOK | GENOTIP DAN FENOTIP | JUMLAH | ||
RR (MERAH) | Rr (MERAH MUDA) | rr (PUTIH) | |||
1 | Bhima | 21 | 23 | 16 | 60 |
2 | Diana | 11 | 38 | 11 | 60 |
3 | 16 | 29 | 15 | 60 | |
4 | Erna | 10 | 27 | 23 | 60 |
5 | Nuro | 17 | 25 | 18 | 60 |
Jumlah | 75 | 142 | 83 | 60 | |
% | 25 % | 47,3% | 27,7% | 300=100% |
Derajat bebas (Df)= K (Macam fenotip) – 1
Jadi, Df= 3-1= 2
Faktor koreksi= 0,5
Chi-Square yang diperoleh :
RR (merah) : 0,003
Rr (Mrerah) : 0,96
Rr (putih) : 0,75
Tabel 3: Hasil Percobaan Imitsasi perbandingan genetis I (Semua Kelompok)
NO | NOMOR URUT KELOMPOK DALAM KELAS | GENOTIP DAN FENOTIP | JUMLAH | ||
RR (MERAH) | Rr (MERAH) | rr (PUTIH) | |||
1 | VIII | 55 | 130 | 55 | 240 |
2 | 1X | 56 | 125 | 59 | 240 |
3 | II | 80 | 200 | 80 | 360 |
4 | V | 68 | 163 | 69 | 300 |
5 | IV | 99 | 128 | 73 | 300 |
6 | VII | 68 | 163 | 69 | 300 |
7 | VI | 66 | 108 | 66 | 240 |
8 | I | 79 | 139 | 82 | 300 |
9 | III | 75 | 160 | 69 | 300 |
Jumlah | 642 | 1316 | 622 | 2580 | |
% | 24,9 % | 51% | 24,1% | 2580=100% |
Derajat bebas (Df)= K (Macam fenotip) – 1
Jadi, Df= 2-1= 1
Faktor koreksi= 0,5
Chi-Square yang diperoleh
RR (merah) & Rr (Mrerah) : 0,01
Rr (putih) : 0,8
Tabel 4: Hasil Percobaan Imitsasi perbandingan genetis II (Semua Kelompok)
NO | NOMOR URUT KELOMPOK DALAM KELAS | GENOTIP DAN FENOTIP | JUMLAH | ||
RR (MERAH) | Rr (MERAH MUDA) | rr (PUTIH) | |||
1 | VII | 68 | 165 | 67 | 240 |
2 | 1II | 76 | 146 | 28 | 240 |
3 | V | 72 | 156 | 72 | 360 |
4 | IV | 82 | 137 | 81 | 300 |
5 | VI | 59 | 122 | 49 | 300 |
6 | IX | 60 | 122 | 58 | 300 |
7 | I | 75 | 142 | 83 | 240 |
8 | VIII | 57 | 126 | 57 | 300 |
9 | II | 105 | 159 | 96 | 300 |
Jumlah | 654 | 1285 | 641 | 2580 | |
% | 25,6 % | 49,8% | 24,8% | 2580=100% |
Derajat bebas (Df)= K (Macam fenotip) – 1
Jadi, Df= 3-1= 2
Faktor koreksi= 0,5
Chi-Square yang diperoleh :
RR (merah) : 0,003
Rr (Mrerah) : 0.02
Rr (putih) : 0.03
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari percobaan tes imitasi genetis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa ternyata kemungkinan atau peluang yang dimiliki tiap gen itu berbeda. Dan setiap kemungkinan gen itu memiliki peluang, namun persentase peluang tiap gen itu berbeda.
Gambaran tentang kemungkinannya gen-gen yang dibawa oleh gamet-gamet akan bertemu secara acak (random) juga berbeda. Dalam pengamatan, tiap uji percobaan memperlihatkan hasil yang berbeda-beda. Pada percobaan yang kami lakukan hasil RR (merah) jika diambil nilai persentase garis besarnya diperoleh sekitar 25%, dan Rr (Merah) memperlihatkan peluang lebih besar sekitar 50%, dan peluang untuk rr (putih) adalah sekitar 25%.
Begitu pula untuk percobaan imitasi genetis II, hasil yang didapatkan hampir persis pada imitasi genetic I. jika diambil rata-rata memperlihatkan hasil RR (merah) jika diambil nilai persentase garis besarnya diperoleh sekitar 25%, dan Rr (Merah muda) memperlihatkan peluang lebih besar sekitar 50%, dan peluang untuk rr (putih) adalah sekitar 25%.
Wildan yatim (1986) dalam bukunya yang berjudul genetika berpendapat bahwa sesungguhnya ratio fenotip F2 3 : 1 hanya merupakan perhitungan secara teoritis ratio ini diperoleh dari ratio genotipnya. Sebetulnya dalam kenyataan sehari-hari, ratio fenotip yang didapat tidaklah persis demikian. Kalau umpamanya spesies F2 yang dihitung adalah 1000 ekor, maka tidak akan selalu persis bahwa yang normal 750 ekor dan yang ebony 250 ekor.
Makin dekat nilai ratio kenyataan, yang disebut o ( observation) terhadap ratio teoritis, yang disebut e (expected), makin sempurna data yang dipakai, berarti makin bagus pernyataan fenotipnya.
Kalau perbandingan o/e mendekati angka satu berarti data yang didapat makin bagus, dan pernyataan fenotip tentang karakter yang diselidiki mendekati sempurna. Akan tetapi, jika o/e menjauhi 1, data itu buruk dan pernyataan fenotip tentang karakter yang diselidiki berarti dipengaruhi oleh suatu faktor lain. Entah karena faktor lingkungan atau jumlah objek yang diamati terlalu sedikit.
Hasil pengamatan dengan Uji tes statistic Chi_Square:
- Untuk pengamatan data kelompok percobaan imitasi genetis I
Rumus : 3:1
Yang diharapkan : 225:75
Yang diamati : 218:82
X²= (Yang diamati – Yang diharapkan – 0,5)²
Yang diharapkan
Untuk RR (Merah) dan Rr (Merah);
X²= (Yang diamati – Yang diharapkan – 0,5)²
Yang diharapkan
{(218 – 225) – 0,5)} ²
225
(-7 – 0,5) ²
225
56,25
225
= 0,25
Dengan hasil 0,25 dalam tabel perhitungan kemungkinan nilai chi-square kemungkinan hipotesis imitasi genetis I adalah 60% dan hipotesis diterima
Untuk rr (Putih)
X²= (Yang diamati – Yang diharapkan – 0,5)²
Yang diharapkan
{(82 – 75) – 0,5)} ²
225
(7 – 0,5) ²
225
42,25
225
= 0,18
Dengan hasil 0,18 dalam tabel perhitungan kemungkinan nilai chi-square kemungkinan hipotesis imitasi grnetis I adalah 90% dan hipotesis diterima
- Untuk pengamatan data kelompok percobaan imitasi genetis II
Rumus : 1:2:1
Yang diharapkan : 75: 150: 75
Yang diamati : 75: 142: 83
Untuk RR (Merah);
X²= (Yang diamati – Yang diharapkan – 0,5)²
Yang diharapkan
{(75– 75) – 0,5)} ²
75
( – 0,5) ²
75
0,25
75
= 0,003
Dengan hasil 0,003 dalam tabel perhitungan kemungkinan nilai chi-square kemungkinan hipotesis imitasi genetis II adalah 97% dan hipotesis diterima
Untuk Rr (Merah muda);
X²= (Yang diamati – Yang diharapkan – 0,5)²
Yang diharapkan
{(142– 150) – 0,5)} ²
75
(-8 – 0,5) ²
75
72,25
75
= 0,96
Dengan hasil 0,96 dalam tabel perhitungan kemungkinan nilai chi-square kemungkinan hipotesis imitasi genetics II adalah 95% dan hipotesis diterima
Untuk rr (Putih):
X²= (Yang diamati – Yang diharapkan – 0,5)²
Yang diharapkan
{(83– 75) – 0,5)} ²
75
(8 – 0,5) ²
75
56,25
75
= 0,75
Dengan hasil 0,75 dalam tabel perhitungan kemungkinan nilai chi-square kemungkinan hipotesis imitasi genetis II adalah 96% dan hipotesis diterima
- Untuk pengamatan data kelas percobaan imitasi genetis I
Rumus : 3:1
Yang diharapkan : 1935:645
Yang diamati : 1958 : 622
X²= (Yang diamati – Yang diharapkan – 0,5)²
Yang diharapkan
Untuk RR (Merah) dan Rr (Merah);
X²= (Yang diamati – Yang diharapkan – 0,5)²
Yang diharapkan
{(1958– 1935) – 0,5)} ²
1935
(23 – 0,5) ²
1935
22,5
1935
= 0,01
Dengan hasil 0,01 dalam tabel perhitungan kemungkinan nilai chi-square kemungkinan hipotesis imitasi genetis I adalah 98% dan hipotesis diterima
Untuk rr (putih);
X²= (Yang diamati – Yang diharapkan – 0,5)²
Yang diharapkan
{(622– 645) – 0,5)} ²
645
(-23 – 0,5) ²
645
522,25
645
= 0,8
Dengan hasil 0,8 dalam tabel perhitungan kemungkinan nilai chi-square kemungkinan hipotesis imitasi genetis I adalah 40% dan hipotesis diterima
- Untuk pengamatan data kelas percobaan imitasi genetis II
Rumus : 1:2:1
Yang diharapkan : 645: 1290: 645
Yang diamati : 644: 1285: 641
Untuk RR (Merah);
X²= (Yang diamati – Yang diharapkan – 0,5)²
Yang diharapkan
{(644– 645) – 0,5)} ²
645
(-1 – 0,5) ²
645
2,25
645
= 0,003
Dengan hasil 0,003 dalam tabel perhitungan kemungkinan nilai chi-square kemungkinan hipotesis imitasi genetis II adalah 98% dan hipotesis diterima
Untuk Rr (Merah muda);
X²= (Yang diamati – Yang diharapkan – 0,5)²
Yang diharapkan
{(1285– 1290) – 0,5)} ²
1290
(-5 – 0,5) ²
1290
30,25
1290
= 0,02
Dengan hasil 0,02 dalam tabel perhitungan kemungkinan nilai chi-square kemungkinan hipotesis imitasi genetis II adalah 97% dan hipotesis diterima
Untuk rr (Putih):
X²= (Yang diamati – Yang diharapkan – 0,5)²
Yang diharapkan
{(641– 645) – 0,5)} ²
645
(-4 – 0,5) ²
645
20,25
645
= 0,03
Dengan hasil 0,03 dalam tabel perhitungan kemungkinan nilai chi-square kemungkinan hipotesis imitasi genetis II adalah 96% dan hipotesis diterima
Perbedaan fenotip dari keturunan yang diperoleh atau diperkirakan akan diperoleh pada percobaan persilangan adalah hasil dari persatuan gamet tetua jantan dan betina yang berlangsung secara acak pada waktu terjadi pembuahan o0leh sperma pada sel telur. Menurut Mendel, persilangan atau pembentukan hibrid, mengikuti kaidah (3+!)n untuk sifat kedominanan penuh, dan {(1+2)+1}n untuk sifat kedominanan tak penuh. Pada rumus untuk sifat kedominanan penuh, angka 3 menunjukkan angka nisbah fenotipeyang sama pada homozigot dominan dan heterozigot (=hibrid) sedangkan angka 1 menunjukkan angka nisbah fenotipe homozigot resesif. Pada rumus untuk sifat kedominanan sebagian, angka nisbah 3 tersebut memecah (=bersegregasi) menjadi (1+2) yaitu 1 menunjukkan angka nisbah fenotipe homozigot dominan dan 2 menunjukkan angka nisbah fenotipe heterozigot. Untuk kedua rumus tersebut bilangan eksponensial n menunjukkan banyaknya sifat beda yang dikendalikan secara genetik.
Uji χ2 (chi-square) merupakan alat bantu untuk menentukan seberapa baik kesesuaian suatu percobaan (goodness of fit). Pada uji ini penyimpangan nisbah amatan (observed) dari nisbah harapan (expected) dengan rumus
χ2 = Σ (O – E)2 ⁄ E
χ2 = Σ (O – E)2 ⁄ E
χ2 = (O1 – E1) ⁄ E1 + (O2 – E2) ⁄ E2 + .......... + (On – En) ⁄ En
Nilai χ2 diinterpretasikan sebagai peluang dengan mencocokkannya ke tabel χ2 berdasarkan derajat bebasnya. Derajat bebas (db) adalah banyaknya fenotip yang dapat diekspresikan (n) dikurangi satu. Pada satu sifat beda berkedominanan penuh terdapat dua fenotip dan db = n-1 = 2-1 = 1. Pada dua sifat beda berkedominanan sebagian, db = 9-1 = 8.( Rumpaisum,Marice A. 2009)
Perkawinan Monohibrid
(Dominansi penuh)
Hasil yang diperoleh untuk perkawinan monohibrid (dominansi penuh) yaitu gen Merah (RR/Rr) 222 dan putih (rr) 78 sehingga total Q = 300 sehingga setelah dihitung menggunakan rumus Chi-square X2 dan perhitungan dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh signifikan, sehingga hipotesis diterima
(Dominansi tidak penuh)
Hasil praktikum ini untuk dominansi tidak penuh dapat dilihat pada tabel hasil, jumlah gen Merah (RR) 82, Merah muda (Rr) 147 dan Putih (rr) 71 sehingga totalnya 300, setelah di hitung dengan rumus Chi-square X2 dan perhitungan dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh signifikan, sehingga hipotesis diterima
BAB V
KESIMPULAN
· Berdasarkan hukum Mendel rasio fenotipe generasi F2 persilangan monohibrid adalah 3:1.
· Adanya penyimpangan antara hasil yang didapat dari percobaan dengan hasil yang diharapkan secara teoritis.
· Chi-square test digunakan untuk mengevaluasi penyimpangan dari hasil percobaan.
· Nilai probabilitas percobaan persilangan monohibrid antara 70%-90%.
· Data yang diperoleh pada percobaan persilangan monohibrid tergolong bagus.
· Berdasarkan hukum Mendel rasio fenotipe generasi F2 persilangan dihibrid adalah 9:3:3:1.
· Nilai probabilitas percobaan persilangan dihibrid antara 30%-50%.
· Data yang diperoleh pada percobaan persilangan dihibrid tergolong bagus.
· Probabilitas atau istilah lainnya kemungkinan, kebolehjadian, peluang dan sebagaimya umumnya digunakan untuk menyatakan peristiwa yang belum dapat dipastikan.
· Dalam praktikum ini menggunakan suatu uji yang dikenal dengan uji X2 dan memperhatikan besarnya sampel dan jumlah peubah.
· Teori kemungkinan banyak digunakan dalam ilmu Genetika.
DAFTAR RUJUKAN
(Tidak dipublikasikan, hanya ditampilkan dalam draft asli dokumen pribadi penulis)
4 komentar:
i like yuor blog..,,,
very nice,... ^_^
keren blog mu bim
mas, lagunya bagus judulnya apa ya?
lagunya bagus, judulnya apa mas?
Posting Komentar