Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Rabu, 16 Desember 2009

PENGARUH LIMBAH BUANGAN DETERJEN TERHADAP LINGKUNGAN


PENGARUH LIMBAH BUANGAN DETERJEN TERHADAP LINGKUNGAN
Oleh: Bhima Wibawa Santoso
(A1C407003)
Deterjen, siapa yang tak kenal nama yang satu ini. Rasanya sangat tidak mungkin jika masih ada orang yang dikatakan bahkan tidak pernah melihat atau bahkan hanya sekedar mengenali dan mendengar saja bahan pembersih pakaian ini. Sebuah dilema yang benar-benar pelik dan membingungkan. Betapa tidak, kehadirannya yang mulanya dianggap sangat membantu pekerjaan manusia, ternyata lebih banyak memberikan efek buruk hingga dua kali lipat lebih merugikan dibandingkan keuntungan yang diberikan.
Deterjen yang selama ini kita gunakan untuk mencuci pakaian sebenarny merupakan hasil sampingan dari proses penyulingan minyak bumi yang diberi berbagai tambahan bahan kimia seperti fosfat, silikat, bahan pewarna, dan bahan pewangi. Generasi awal deterjen pertama kali muncul dan mulai diperkenalkan ke masyarakat sekitar tahun 1960-an dengan menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan (surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) sebagai penghasil busa.(Wikipedia, 2009).
Awalnya inovasi yang dianggap cemerlang ini ini mendapatkan respon yang menggembirakan. Namun seiring berjalannya waktu, ABS setelah diteliti lebih lanjut diketahui mempunyai efek destruktif (buruk) terhadap lingkungan yakni sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Hal ini menjadikan sisa limbah deterjen yang dikeluarkan setiap hari oleh rumah tangga akan menjadi limbah berbahaya dan mengancam stabilitas lingkungan hidup kita.
Beberapa negara di dunia secara resmi telah melarang penggunaan zat ABS ini dalam pembuatan deterjen dan memperkenalkan senyawa kimia baru yang disebut Linier Alkyl Sulfonat, atau lebih sering jika kita lihat di berbagai label produk deterjen yang kita pakai dengan nama LAS yang relatif lebih ramah lingkungan. Akan tetapi penelitian terbaru oleh para ahli menyebutkan bahwa senyawa ini juga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit terhadap lingkungan. Menurut data yang diperoleh bahwa dikatakan alam lingkungan kita membutuhkan waktu selama 90 hari untuk mengurai LAS dan hanya 50% dari keseluruhan yang dapat diurai.(Iqbalali, 2009)
Efek paling nyata yang disebabkan oleh limbah deterjen rumah tangga adalah terjadinya eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang dan enceng gondok). Limbah deterjen yang dibuang ke kolam ataupun rawa akan memicu ledakan pertumbuhan ganggang dan enceng gondok sehingga dasar air tidak mampu ditembus oleh sinar matahari, kadar oksigen berkurang secara drastis, kehidupan biota air mengalami degradasi, dan unsur hara meningkat sangat pesat. Jika hal seperti ini tidak segera diatasi, ekosistem akan terganggu dan berakibat merugikan manusia itu sendiri, sebagai contoh saja lingkungan tempat pembuangan saluran selokan. Secara tidak langsung rumah tangga pasti membuang limbah deterjennya melalui saluran selokan ini, dan coba kita lihat, di penghujung saluran selokan begitu banyak eceng gondok yang hidup dengan kepadatan populasi yang sangat besar.
Selain merusak lingkungan alam, efek buruk deterjen yang dirasakan tentu tak lepas dari para konsumennya. Dampaknya juga dapat mengakibatkan gangguan pada lingkungan kesehatan manusia. Saat seusai kita mencuci baju, kulit tangan kita terasa kering, panas, melepuh, retak-retak, gampang mengelupas hingga mengakibatkan gatal dan kadang menjadi alergi.
Menurut data yang diperoleh bahwa deterjen seperti ini justru terkandung bahan-bahan senyawa yang berbahaya pemakaian terus-menerus dan intensif menimbulkan gangguan pada fungsi-fungsi organ, seperti pada sistem pencernaan dan fungsi hati. Air yang sering kita gunakan jika telah terkontaminasi deterjen, dapat menyebabkan penyakit yang dapat mengganggu fungsi-fungsi organ. Dalam waktu panjang, dapat merusak sistem pencernaan, dan fungsi hati. Hal itu disebabkan oleh susunan rantai kimia surfaktan, yang ada di dalam deterjen itu. Apalagi jika kita menggunakan air sumur setiap harinya, jangan sekali-kali limbah buangan deterjen yang telah terpakai dibuang di sekitar sumber air. Karena sisa limbanhya tidak seutuhnya dapat tersaring bersih oleh tanah dan miroorganisme, dan atau mungkin bahkan tidak terurai, karena seperti yang telah diketahui zat terkandung pada deterjen sangat susah untuk terurai. Dan apabila telah mengontaminasi sumber air yang kita gunakan sehari-hari (sumur) dapat memicu berbagai penyakit yang telah disebutkan sebelumnya.( Kartiadi, 2007)
Deterjen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa detergen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan bersifat karsinogen, misalnya 3,4 Benzonpyrene, selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan detergen dalam air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Sedangkan tinja merupakan jenis vektor pembawa berbagai macam penyakit bagi manusia. Bagian yang paling berbahaya dari limbah domestik adalah mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja, karena dapat menularkan beragam penyakit bila masuk tubuh manusia, dalam 1 gram tinja mengandung 1 milyar partikel virus infektif, yang mampu bertahan hidup selama beberapa minggu pada suhu dibawah 10 derajat Celcius
Dalam sebuah percobaan yang ingin melihat dan mengetahui serta menganalis dampak air yang tercemar detergen terhadap organisme yang hidup di air, dalam hal ini ikan mas (cyprinus carpio), ia mendapatkan hasil perbedaan yang nyata saat ikan mas tersebut diletakkan pada medium dengan habitat normal dan pada habitat lingkungan air yang terkandung senyawa deterjen.
Ikan mas (cyprinus carpio) adalah organisme air yang responsif atau peka terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungannya. Insang adalah alat yang digunakannya untuk bernafas. Pada insang terjadi pertukaran O2 dan CO2. Mekanismenya adalah tutup insang menutup, mulut terbuka, air masuk melalui mulut, lalu air melewati insang, terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida, lalu mulut menutup, tutup insang (operculum) terbuka, dan akhirnya air keluar dari insang. Oksigen masuk ke aliran darahnya. Hasil penelitiannya mendapatkan hasil, yaitu Ikan mas yang berada di air murni terus bergerak aktif dan tidak mengalami gangguan apapun terhadap insangnya karena lingkungannya normal, tidak tercemar. Sedangkan empat ikan lainnya berenang di air yang telah tercemari detergen, mulai dari 0,1% sampai 1,5%, sehingga mereka mengalami gangguan pada organnya, terutama insang. Insangnya sampai membengkak dan mengeluarkan lendir. Ikan-ikan itu pun akhirnya mengambang dan mati. (Almazini,2009)
Dalam jangka panjang, air minum yang telah terkontaminasi limbah deterjen berpotensi sebagai salah satu penyebab penyakit kanker (karsinogenik). Proses penguraian deterjen akan menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi dengan klor akan membentuk senyawa klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor sangat mungkin terjadi pada pengolahan air minum, mengingat digunakannya kaporit (dimana di dalamnya terkandung klor) sebagai pembunuh kuman pada proses klorinasi
Pada percobaan tersebut dapat dianalisa bahwa deterjen itu memang mempunyai dampak buruk terhadap berbagai lingkungan kehidupan kita. Baik itu lingkungan terrestrial dimana kita hidup, kemudian lingkungan perairan termasuk organisme yang hidup di dalamnya, atau bahkan juga lingkungan kesehatan manusia sendiri yang sebenarnya tanpa kita sadari mulai perlahan-lahan menyerang kesehatan kita.
Berbagai permasalahan serius telah uraikan terperinci, bagaimana pengaruh limbah buangan deterjen terhadap lingkungan kita. Dalam mengatasi suatu permasalahan tentu perlu akan adanya solusi, dan menurut analisis gambaran yang saya dapatkan. Solusi pemecahannya, yaitu
Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, selayaknya diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah sebagai pengambil kebijakan dan masyarakat pemakai deterjen. Sebuah badan pengawas penggunaan deterjen yang bersifat independen dibutuhkan dalam memecahkan kasus ini. Ia nantinya akan diberi tugas memberikan masukan dan data akurat mengenai seberapa besar pengaruh deterjen bagi kelangsungan lingkungan. Selanjutnya dari laporan tersebut, pemerintah akan menindaklanjutinya dengan membuat sebuah kebijakan yang berpihak dan ramah terhadap lingkungan. Langkah yang paling baik untuk segera dilakukan adalah dengan membangun instalasi pengolahan limbah rumah tangga di setiap RT. Sebelum limbah deterjen dialirkan, ia harus diolah lebih lanjut sehingga dapat mengurangi dampak negatif pada lingkungan. Dengan pengelolaan limbah yang optimal diharapkan kondisi lingkungan akan lebih baik sehingga mendukung kehidupan manusia.
Kemudian, masyarakat harus memahami betul zat-zat apa saja yang dimasukkan dalam deterjen itu dengan membaca label produk. Terkadang produsen tidak menampilkan komposisi produk yang dibuatnya ini, dikarenakan takut akan lakunya produk di pasaran, atau terhalang saat pengujian produk sebelum diluncurkan ke pasaran.
Lalu, ada pula antisipasi dan solusi yang sedikit rumit lagi, dan mungkin hanya dipahami oleh para analisis di bidang kimia. Ternyata untuk mengurangi dampak terlalu buruknya efek deterjen, terdapat berbagai zat yang dapat ditambahkan untuk pengurangan dampak lebih lanjutnya
Menjadi orang yang sedikit protektif dalam menentukan pilihan yang tepat adalah jalan yang tepat. Pikir panjang dulu sebelum tepat mengambil tindakan untuk mnenetukan pilihan menggunakan suatu produk, pikirkan segala dampaknya bagi diri kita, orang lain dan lingkungan sekitar kita. Antisipasi sebelum menentukan pilihan adalah cara yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

(Tidak dipublikasikan, hanya ditampilkan dalam draft asli dokumen pribadi penulis)

Tidak ada komentar:

Pengikut