Papan Buletin Blog Bhima

Bhima's Leaf

Selasa, 02 Maret 2010

LAPORAN POPULASI DEKOMPOSER

POPULASI DEKOMPOSER

Bhima Wibawa Santoso (A1C407003)

Program Studi Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi

ABSTRAK

Populasi Dekomposer merupakan banyaknya sebaran jumlah spesies suatu mikroorganisme pengurai yang mampu menguraikan sisa bahan organik di alam yang diantaranya serasah. Populasi yang tersebar di lingkungan berupa materi makroskopis yang dapat terlihat langsung dengan jelas adalah cacing. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam suatu ekosistem yang bekerja membantu menghancurkan bahan organik. Pecobaan dilakukan dengan menggunakan metode formalin dengan melakukan penyemprotan pada area plot berukuran 1x1 meter sebanak lima plot dalam setiap kelompok. Cacing yang diperoleh di identifikasi dan ditimbang beratnya dan disajikan dalam bentuk kolom hasil data kelas. Percobaan meperlihatkan hasil bahwa sebarann populasi pada kawasa hutan Universitas Jambi yang terdiri atas dua buah plot, keduanya menunjukkan hasil bahwa spesies yang ada pada lahan tersebut sebanyak 7 spesies. Diantaranya 5 spesies yang belum teridentifikasi dan 2 spesies yang teridentifikasi dengan jenis Phontoscolex sp dan Amynthas sp. Keanekaragaman yang diperoleh untuk tiap plot adalah 1,3 pada plot I dan 1,69 pada plot II, sehinngga diperoleh kesimpulan bahawa keanekaragaman terbanyak adalah pada plot II.

PENDAHULUAN

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil (biasanya kurang dari 1 mm) sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniselular) meskipun beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata telanjang. Ilmu yang mempelajari. (Kusnadi, dkk, 2003)

Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolismeyang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan.enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk perngolahan bahan makanan akan diproduksi bila bahan makanan tersebut sudah ada. Mikroorganisme ini juga tidak memerlukan tembat yang besar, mudah ditumbuhkan dalam media buatan, dan tingkat pembiakannya relative cepat (Darkuni, 2001)

Mikroorganisme pengurai dapat dibedakan antara lain berdasarkan kepada struktur dan fungsi sel, yaitu:

  1. Eucaryotes, termasuk dalam dekomposer adalah eucaryotes bersel tunggal, antara lain : ganggang, jamur, protozoa.
  2. Eubacteria, bersel tunggal dan tidak mempunyai membran inti, contoh: bakteri.

Beberapa hewan invertebrata (tidak bertulang belakang) seperti cacing tanah, kutu juga berperan dalam pengurai sampah. Sesuai dengan peranannya dalam rantai makanan, mikroorganisme pengurai dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu :

· Kelompok I (Konsumen tingkat I) yang mengkonsumsi langsung bahan organik dalam sampah, yaitu : jamur, bakteri, actinomycetes.

· Kelompok II (Konsumen tingkat II) mengkonsumsi jasad kelompok I, dan;

· Kelompok III (Konsumen tingkat III), akan mengkonsumsi jasad kelompok I dan Kelompok II.(Tohaga, 2009)

Pada proses pembusukan sayur dan buah, mikroorganisme pektinolitik mampu merombak bahan-bahan yang mengandung pektin yang terdapat pada dinding sel tumbuhan (Tarigan, 1988).

Dalam bidang pertanian, mikroorganisme dapat digunakan untuk peningkatan kesuburan tanah melalui fiksasi N2, siklus nutrien, dan peternakan hewan. Nitrogen bebas merupakan komponen terbesar udara. Unsur ini hanya dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dalam bentuk nitrat dan pengambilan khususnya melalui akar. Pembentukan nitrat dari nitrogen ini dapat terjadi karena adanya mikroorganisme. Penyusunan nitrat dilakukan secara bertahap oleh beberapa genus bakteri secara sinergetik.

Dalam Dwidjoseputro (2005) dijelaskan bahwa ada beberapa genera bakteri yang hidup dalam tanah (misalnya Azetobacter, Clostridium, dan Rhodospirillum) mampu untuk mengikat molekul-molekul nitrogen guna dijadikan senyawa-senyawa pembentuk tubuh mereka, misalnya protein. Jika sel-sel itu mati, maka timbullah zat-zat hasil urai seperti CO2 dan NH3 (gas amoniak). Sebagian dari amoniak terlepas ke udara dan sebagian lain dapat dipergunakan oleh beberapa genus bakteri (misalnya Nitrosomonas dan Nitrosococcus) untuk membentuk nitrit. Nitrit dapat dipergunakan oleh genus bakteri yang lain untuk memperoleh energi daripadanya. Oksidasi amoniak menjadi nitrit dan oksidasi nitrit menjadi nitrat berlangsung di dalam lingkungan yang aerob. Peristiwa seluruhnya disebut nitrifikasi. Pengoksidasian nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh Nitrobacter.
Proses nitrifikasi ini dapat ditulis sebagai berikut:

2NH3 + 3O2 Nitrosomonas, Nitrosococcus 2HNO2 + 2H2O + energi
2HNO2 + O2 Nitrobacter 2HNO3 + energi

Selain itu, mikroorganisme ini juga dapat digunakan sebagai agen pembusuk alami, yang akan mendekomposisi sampah-sampah organik menjadi materi inorganik sehingga dapat mengurangi kuantitas sampah, menyuburkan tanah dan dapat menjadi sumber nutrisi bagi tumbuhan (Anonim, 2006).

Seorang peneliti dari Amerika Serikat yaitu Waksman telah menemukan mikroorganisme tanah yang menghasilkan streptomisin, yaitu bakteri Streptomyces (Dwidjoseputro, 2005).

Dalam hal penyediaan dan penyerapan unsur hara bagi tanaman(biofertilizer), aktivitas mikroba diperlukan untuk menjaga ketersediaan tiga unsur hara yang penting bagi tanaman antara lain, Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalim (K). Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tersebut harus ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya terlebih dahulu agar bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Mikroba penambat N ada yang hidup bebas dan ada pula yang bersimbiosis. Selain itu, mikroorganisme yang ada di lingkungan berperan dalam perputaran/siklus materi dan energi terutama dalam siklus biogeokimia dan berperan sebagai pengurai (dekomposer). Mikroorganisme tanah berfungsi merubah senyawa kimia di dalam tanah, terutama pengubahan senyawa organik yang mengandung karbon, nitrogen, sulfu, dan fosfor menjadi senyawa anorganik dan bisa menjadi nutrien bagi tumbuhan. Mikroorganisme pada lingkungan alami juga dapat digunakan sebagai indikator baik buruknya kualitas lingkungan, baik perairan ataupun terestrial. (Anonim,2006)

Decomposer berfungsi untuk menguraikan makhluk hidup yang telah mati, sehingga materi yang diuraikan dapat diserap oleh tumbuhan yang hidup disekitar daerah tersebut serta beberapa jenis organisme (seperti beberapa macam bakteri dan jamur) yang memecah kembali menjadi unsur atau zat organik dalam rangka daur ekologi dengan hidup dari atau merusak protoplasma yang mati. (Bahtera,2009)

Beberapa jenis cacing tanah antara lain: Pheretima, Periony dan Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing memiliki banyak kegunaan antara lain: membantu menghancurkan bahan organic yang dapat mempengaruhi kesuburan suatu tanah.

Cacing tanah ( terutama cacing hujan ) dari yang terkecil hingga yang terbesar , yang menghuni tanah tanah perkarangan , sawah tegalan , tanah tanah hutan dan lain lainnya . Banyak spesiesnya bermanfaat bagi penyuburan tanah dapat dijelaskan sebagai berikut :

  1. dapat mempercepat pelapukan sisa sisa tanaman
  2. Kotoran cacing dapat meningkatkan kesuburan tanah atau kadar NPK pada tanah
    yang di huninya
  3. lorong lorong yang dibuatnya dalam tanah ( terutama pada lapisan top soil ) memungkinkan masuknya udara sehat ke dalam tanah dan terdesaknya kelebihan zat CO2 ke luar dalam tanah. (Shvoong,2008)

Lahan pertanian yang mengandung cacing tanah pada umumnya akan lebih subur karena tanah yang bercampur dengan kotoran cacing tanah sudah siap untuk diserap oleh akar tanaman. Ca­cing tanah yang ada di dalam tanah akan mencampurkan bahan organik pa­sir ataupun bahan antara lapisan atas dan bawah. Aktivitas ini juga menye­babkan bahan organik akan tercampur lebih merata. Kotoran cacing tanah juga kaya akan unsur hara. Ahli-ahli perta­nian di luar negeri dari tahun ke tahun tertarik oleh gerak-gerak cacing tanah. Mereka menyatakam bahwa kadar ki­miawi kotoran cacing dan tanah asli­nya banyak perbedaannya.

Pada tahun 1941 hasil penelitian T.C. Puh menyatakan, bahwa karena akti­vitas cacing tanah, maka N, P, K ter­sedia dan bahan organik dalam tanah dapat meningkat. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur pokok bagi tanaman.

Tahun 1949 Stockli dalam penelitian­nya menjelaskan, bahwa humus dan mikroflora kotoran cacing tanah lebih tinggi dari tanah aslinya. Demikian juga percobaan pada tanah-tanah gundul be­kas tambang di Ohio (Amerika Serikat) menunjukan, bahwa cacing tanah dapat meningkatkan kadar K tersedia 19% dan P tersedia 165%.

Tahun 1979, Wollny juga menyatakan bahwa cacing tanah mempengaruhi ke­suburan dan produktivitas tanah. Dengan adanya cacing tanah, kesuburan dan produkvitas tanah akan meningkat. Se­lain itu cacing tanah juga dapat mening­katkan daya serap air permukaan.

Liang cacing tanah yang ditinggal dalam tanah berfungsi memperbaiki aerasi dan drai­nase. Keduanya sangat penting dalam pembentukan tanah. Cacing tanah juga membantu peng­angkutan sejumlah lapisan tanah dari bahan organik. Lapisan bawah permu­kaan dan mencampurkan tanah dari ba­han organik dengan bahan organik. Cacing tanah juga dapat memper­baiki dan mempertahankan struktur tanah. Lubang-lubang cacing dan humus secara langsung menjadikan tanah gem­bur. (Tmo,2009)

Metoda formalin

Metoda ini pertama kali ditemukan oleh Raw tahun 1959. Metoda ini kurang baik untuk jenis cacing tanah yang membuat lubang horizontal di tanah karena cairan formalin itu tidak sampai dengan sempurna pada cacing.

Kosentarsi formalin yang digunakan yang disarankan adalah berkisar antara 0,165-0,55% dan sebaiknya 0,27 %. Walaupun demikian tergantung pula pada keadaan tingkat kekeringan tanah. Untuk membuat formalin dengan kosentrasi 0,55 % maka 25 ml formalin 40 % dicampur dengan air sebanyak 1 gallon ( Sekitar 4,5)

Sebanyak 9 liter formalin 0,75 % digunakan untuk mengkoleksi cacing tanak pada plot seluas 0,5 x 0,5 m2 dengan pemberian sebanyak 3 x (3 liter tiap kalinya) dengan selang waktu 10 menit. Pengaruh kadar air dan tanah sangat besar terhadap jumlah cacing yang didapat. Untuk itu perlu dikoreksi nilainya. Berdasarkan penelitian Lakhani dan Satchell tahun 1970 maka koresi itu adalah sebagai betikut :

P.e=P.d x exp. [0,0075 (T-10,6)2 x exp. [-0,0214 (M-40)]

Dimana

P.e = Jumlah Cacing

P.D = Jumlah cacing yang didapat

T = suhu tanah dalam 0C pada kedalaman 10 cm

M = Kadar air tanah (%)

Perkiraan ini kemungkinan besar tidak cocok untuk kondisi di Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan percobaan.( Suin,nurdin Muhammad.1989)

BAHAN DAN METODE

Percobaan Populasi Dekomposer dilaksanakan pada bulan Januari 2010 pada area hutan Universitas Jambi. Pengamatan dilakukan dengan cara melihat dan meneliti seberapa besar mikroorganisme (dekomposer/pengurai) di sepanjang area tersebut yang berperan dalam pemecahan bahan organik.

Percobaan dilakukan dengan membuat plot berukuran 1x1 meter. Setiap kelompok melakukan pengamatan terhadap lima buah plot pada tempat yang berbeda. Plot dibersihkan terlebih dahulu dari berbagai serasah yang menutupi tanah dan ekosistem yang akan diamati. Kemudian dengan larutan formalin 40% yang telah dibuat disemprotkan merata ke setiap plot yang telah dibersihkan sebelumnya. Setelah 15-20 menit penyemprotan cacing akan keluar. Berbagai jenis dari spesies cacing yang terlihat diambil dan dimasukkan dalam larutan formalin 40% lalu di bilas dengan air bersih dilanjutkan dengan penimbangan dan identifikasi jenis yang diperoleh dan ditampilkan dalam bentuk kolom data kelas.

Buat kolom nama jenis, unit cuplikan dan ulangannya. Pada tiap jenis dalam masingmasing unit cuplikan sebutkan jumlah individu yang diperoleh. Jumlahkan kearah horizontal dan vertikal. Jumlah arah vertikal hanya melihat jumlah individu dalam setiap cuplikan sementara jumlah arah horizontal hanya melihat besar masingmasing jenis tanpa memperhatikan banyak individu dalam setiap cuplikan kemudian dilanjutkan dengan perhitungan dugaan populasi (N).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari percobaan yang telah dilakukan hasil menunjukkan bahwa pada plot I (berisi sepuluh plot) dengan data cacing yang diperoleh adalah 4 spesies, terdiri atas spesies A, Spesies D, Phontoscolex sp, dan Amynthas sp. Spesies A yang ditemukan berjumlah 14, Spesies D berjumlah 6, Phontoscolex sp 9, dan Amynthas sp sebanyak 9. Sehingga total cacing yang bisa diperoleh adalah 38 spesies. Kemudian perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan rumus keanekaragaman, sehimngga keanekaragaman yang diperoleh adalah 1,3.

Kemudian untuk plot II data cacing yang diperoleh adalah 7 spesies, terdiri atas spesies A, Spesies B, Spesies C, Spesies D, dan Spesies E serta yang teridentifikasi jenisnya antara lain Phontoscolex sp, dan Amynthas sp. Spesies A yang ditemukan berjumlah 9, Spesies B berjumlah 5, spesies C berjumlah 3, Spesies D sebanyak 2, dan Spesies E sebanyak 2 ekor, dan yang telah teridentifikasi dari jenis Phontoscolex sp sebanyak 15 ekor, dan Amynthas sp sebanyak 4 ekor. Sehingga total cacing yang bisa diperoleh adalah 40 spesies. Kemudian perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan rumus keanekaragaman, sehimngga keanekaragaman yang diperoleh adalah 1,69.

Decomposer berfungsi untuk menguraikan makhluk hidup yang telah mati, sehingga materi yang diuraikan dapat diserap oleh tumbuhan yang hidup disekitar daerah tersebut serta beberapa jenis organisme (seperti beberapa macam bakteri dan jamur) yang memecah kembali menjadi unsur atau zat organik dalam rangka daur ekologi dengan hidup dari atau merusak protoplasma yang mati. (Bahtera,2009)

Beberapa jenis cacing tanah antara lain: Pheretima, Periony dan Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing memiliki banyak kegunaan antara lain: membantu menghancurkan bahan organic yang dapat mempengaruhi kesuburan suatu tanah.

Cacing tanah ( terutama cacing hujan ) dari yang terkecil hingga yang terbesar , yang menghuni tanah tanah perkarangan , sawah tegalan , tanah tanah hutan dan lain lainnya . Banyak spesiesnya bermanfaat bagi penyuburan tanah dapat dijelaskan sebagai berikut :

  1. dapat mempercepat pelapukan sisa sisa tanaman
  2. Kotoran cacing dapat meningkatkan kesuburan tanah atau kadar NPK pada tanah
    yang di huninya
  3. lorong lorong yang dibuatnya dalam tanah ( terutama pada lapisan top soil ) memungkinkan masuknya udara sehat ke dalam tanah dan terdesaknya kelebihan zat CO2 ke luar dalam tanah. (Shvoong,2008)

Lahan pertanian yang mengandung cacing tanah pada umumnya akan lebih subur karena tanah yang bercampur dengan kotoran cacing tanah sudah siap untuk diserap oleh akar tanaman. Ca­cing tanah yang ada di dalam tanah akan mencampurkan bahan organik pa­sir ataupun bahan antara lapisan atas dan bawah. Aktivitas ini juga menye­babkan bahan organik akan tercampur lebih merata. Kotoran cacing tanah juga kaya akan unsur hara. Ahli-ahli perta­nian di luar negeri dari tahun ke tahun tertarik oleh gerak-gerak cacing tanah. Mereka menyatakam bahwa kadar ki­miawi kotoran cacing dan tanah asli­nya banyak perbedaannya.

Metoda ini formalin kurang baik untuk jenis cacing tanah yang membuat lubang horizontal di tanah karena cairan formalin itu tidak sampai dengan sempurna pada cacing.

Kosentarsi formalin yang digunakan yang disarankan adalah berkisar antara 0,165-0,55% dan sebaiknya 0,27 %. Walaupun demikian tergantung pula pada keadaan tingkat kekeringan tanah. Untuk membuat formalin dengan kosentrasi 0,55 % maka 25 ml formalin 40 % dicampur dengan air sebanyak 1 gallon ( Sekitar 4,5)

Sebanyak 9 liter formalin 0,75 % digunakan untuk mengkoleksi cacing tanak pada plot seluas 0,5 x 0,5 m2 dengan pemberian sebanyak 3 x (3 liter tiap kalinya) dengan selang waktu 10 menit. ( Suin,nurdin Muhammad.1989)

KESIMPULAN

  • Jumlah cacing yang yang diperoleh ditentukan berdasarkan berbagai faktor seperti struktur tanah yang berbeda, kelembaban tanah yang berbeda dan jenis cacing tanah yang membuat lubang horizontal di tanah karena cairan formalin itu tidak sampai dengan sempurna pada cacing.
  • Jumlah cacing tanah yang didapat pada area plot I ini adalah 38 ekor dengan 4 jenis spesies yang dipeoleh
  • Angka keanekaragaman populasi dekomposer pada Plot I adalah 1,3.
  • Jumlah cacing tanah yang didapat pada area plot II ini adalah 40 ekor dengan 7 jenis spesies yang dipeoleh
  • Angka keanekaragaman populasi dekomposer pada Plot II adalah 1,69.
  • Keseluruhan jumlah spesies pada semua plot adalah 78 ekor, dengan 7 jenis spesies

DAFTAR PUSTAKA

Anonim . 2006. Pengantar Mikrobiologi,(http://www.wanna_share.23s9887_apm.html,

Diakses 15 Januari 2010

Bahtera.2009.Peranan Dekomposer.

http://bahtera.org/kateglo/?mod=dictionary&action=view&phrase=dekomposer. Diakses 15 Januari 2009

Darkuni, M. Noviar. 2001. Mikrobiologi (Bakteriologi, Virologi, dan Mikologi). Malang: Universitas Negeri Malang.


Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Imagraph.


Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi. Malang: JICA

Shvoong.2008.Dekomposer Cacing Tanah.http://id.shvoong.com/internet-and technologies/universities-research-institutions/1933973-hubungan-dekomposer dan-mikroorganisme/,. Diakses 15 Januari 2010

Tarigan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Tohaga.2009. Manajemen Instalasi Pengolahan Sampah Organik http://pdpasartohaga.wordpress.com/kajian-management-instalasi-pengolahan sampah-organik-ipso/pembuatan-kompos-dan-permasalahannya/.

Diakses 15januari 2010

Tmo.2009.Manfaat Cacing.http://tmo-sumberagung.blogspot.com/2009/05/manfaat cacing-tanah.html. Diakses 15 Januari 2010

Tidak ada komentar:

Pengikut