NatureBentuk-bentuk "helm" yang dimiliki treehopper.
Serangga yang memiliki helm? Mungkin kedengaran aneh. Tapi, spesies itu memang ada dan ditemukan di Ekuador. Struktur serupa helm pada spesies yang termasuk golongan treehopperitu memanjang dari segmen pertama bagian dada hingga belakang tubuh.
Tim ilmuwan dari Institute of Developmental Biology di Perancis, Benjamin Prud'homme and Nicolas Gompel, baru-baru ini berhasil mengungkap peranan evolusi dalam membantu menciptakan spesies tersebut. Hasil penelitiannya dipublikasikan di jurnal "Nature".
Seperti diuraikan di New Scientist, Senin (1/8/2011), sebelumnya, helm diduga hanya pertumbuhan keluar dari dada, bagian tengah tubuh serangga yang juga disebut thorax. Tapi, penelitian Prud'homme dan Gompel menunjukkan bahwa helm ternyata juga kelengkapan tubuh serangga yang sama seperti sayap, kaki, dan antena.
Jadi, ketika serangga pertama kali berevolusi 350 juta tahun lalu, mereka memiliki sayap yang tumbuh dari ketiga segmen dadanya. Namun 100 tahun kemudian, gen Hox menekan pertumbuhan sayap dari segmen pertama dada dengan menghambat kinerja gen terkait. Sayap dari segmen itu pun tak tumbuh sekian lama.
Nah, 40 juta tahun yang lalu, pada treehopper, aksi gen Hox bisa dihambat sehingga sayap tumbuh. Tapi, karena sayap di segmen pertama tak berfungsi membantu serangga terbang, maka dengan bantuan gen Nubbin, Distal-less and homothorax, sayap itu bermodifikasi menjadi struktur serupa helm.
Petunjuk bahwa helm adalah modifikasi sayap terlihat dari kesamaan cirinya, misalnya sama-sama memiliki urat-urat. "Kesamaan itu membuktikan bahwa sayap dan helm punya asal usul yang sama, baik perkembangan maupun evolusinya, walaupun anatomi dan fungsinya berbeda," kata Prud'homme.
Struktur serupa helm diketahui berfungsi untuk mimikri, memungkinkan treehopper berlindung dari predator. Dengan bantuan helm ini, treehopper bisa tampak seperti tanduk, biji, bahkan semut. Helm mungkin juga berfungsi mengamplifikasi suara, membantu serangga berkomunikasi.
Michalis Averof, pakar evolusi dari Institute of Molecular Biology and Biotechnology di Heraklion, Yunani, yang tak terlibat penelitian ini mengatakan, "Apa yang dijumpai pada treehopper adalah contoh menarik bagaimana evolusi bekerja, menciptakan variasi dari program-program yang sudah ada."
http://sains.kompas.com/read/2011/08/02/15573212/Evolusi.Ciptakan.Serangga.Berhelm
Tim ilmuwan dari Institute of Developmental Biology di Perancis, Benjamin Prud'homme and Nicolas Gompel, baru-baru ini berhasil mengungkap peranan evolusi dalam membantu menciptakan spesies tersebut. Hasil penelitiannya dipublikasikan di jurnal "Nature".
Seperti diuraikan di New Scientist, Senin (1/8/2011), sebelumnya, helm diduga hanya pertumbuhan keluar dari dada, bagian tengah tubuh serangga yang juga disebut thorax. Tapi, penelitian Prud'homme dan Gompel menunjukkan bahwa helm ternyata juga kelengkapan tubuh serangga yang sama seperti sayap, kaki, dan antena.
Jadi, ketika serangga pertama kali berevolusi 350 juta tahun lalu, mereka memiliki sayap yang tumbuh dari ketiga segmen dadanya. Namun 100 tahun kemudian, gen Hox menekan pertumbuhan sayap dari segmen pertama dada dengan menghambat kinerja gen terkait. Sayap dari segmen itu pun tak tumbuh sekian lama.
Nah, 40 juta tahun yang lalu, pada treehopper, aksi gen Hox bisa dihambat sehingga sayap tumbuh. Tapi, karena sayap di segmen pertama tak berfungsi membantu serangga terbang, maka dengan bantuan gen Nubbin, Distal-less and homothorax, sayap itu bermodifikasi menjadi struktur serupa helm.
Petunjuk bahwa helm adalah modifikasi sayap terlihat dari kesamaan cirinya, misalnya sama-sama memiliki urat-urat. "Kesamaan itu membuktikan bahwa sayap dan helm punya asal usul yang sama, baik perkembangan maupun evolusinya, walaupun anatomi dan fungsinya berbeda," kata Prud'homme.
Struktur serupa helm diketahui berfungsi untuk mimikri, memungkinkan treehopper berlindung dari predator. Dengan bantuan helm ini, treehopper bisa tampak seperti tanduk, biji, bahkan semut. Helm mungkin juga berfungsi mengamplifikasi suara, membantu serangga berkomunikasi.
Michalis Averof, pakar evolusi dari Institute of Molecular Biology and Biotechnology di Heraklion, Yunani, yang tak terlibat penelitian ini mengatakan, "Apa yang dijumpai pada treehopper adalah contoh menarik bagaimana evolusi bekerja, menciptakan variasi dari program-program yang sudah ada."
http://sains.kompas.com/read/2011/08/02/15573212/Evolusi.Ciptakan.Serangga.Berhelm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar